Skip to content

Transportasi Berkelanjutan dalam Menyambut Mudik Lebaran

Anwar Muhammad Foundation – Saat ini, seluruh umat muslim di dunia sedang merayakan bulan Ramadhan, bulan dimana puasa wajib dilakukan. Berpuasa merupakan gambaran manusia melawan hawa nafsu. Selepas Ramadhan, Idul Fitri atau lebaran datang sebagai simbol meraih kemenangan karena telah berhasil menahan nafsu selama 1 bulan.

Idul Fitri di Indonesia identik dengan aktivitas mudik atau pulang kampung. Tahun ini, mudik akan disambut lebih meriah karena 2 tahun terakhir masyarakat tidak bisa leluasa melakukan mudik akibat pandemi Covid-19. Berbagai persiapan dilakukan, baik oleh pemerintah ataupun masing-masing individu.

Menyambut mudik, sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang harus mempersiapkan diri. Aktivitas mobilisasi warga Indonesia akan jauh lebih meningkat di masa mudik lebaran. Tahun ini, 80 juta orang diperkirakan melakukan mudik. Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana transportasi mudik. Penegakan protokol kesehatan juga tetap dilakukan mengingat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya usai.

Mudik dan Pembangunan Berkelanjutan

(sumber foto:  Indira Tjokorda on Unsplash)

Mudik mengandung kata “udik” yang berarti desa atau kampung. Mudik berarti perpindahan seseorang dari satu tempat ke kampung halamannya. Oleh karena itu, mudik sejatinya merupakan mobilisasi. Mobilisasi identik dengan transportasi.

Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, terdapat target-target dalam SDGs yang berkaitan dengan transportasi. Di tahun 2020, jumlah kematian dan luka akibat kecelakaan lalu lintas ditargetkan berkurang setengahnya secara global. Target lain yang sedang berusaha dicapai adalah terciptanya infrastruktur transportasi yang berkualitas, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan berketahanan.

Baca Juga: Menyambut Mudik 2022: Bagaimana Dampak Ekonomi dan Sosialnya?

Saat ini, tercatat ada 1 miliar penduduk global yang tidak memiliki akses terhadap infrastruktur transportasi yang baik. Keterbatasan ini menjadikan mereka kesulitan untuk mendapatkan fasilitas aspek lain, seperti kesehatan dan pendidikan. Hal ini menjadikan pembangunan yang berkelanjutan tidak bisa diwujudkan karena terjadi kesenjangan.

Pun dalam konteks mudik, pulang ke kampung halaman akan jauh lebih sulit tanpa adanya akses yang memadai. Padahal, mudik memiliki dampak positif yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sosial pada daerah dengan urbanitas rendah. Hal ini dapat berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, transportasi yang berkelanjutan harus bisa diwujudkan untuk mendukung mudik lebaran.

Indonesia dalam Mewujudkan Transportasi Berkelanjutan

Untuk mencapai transportasi yang berkelanjutan, terdapat beberapa prioritas yang harus dilakukan oleh Indonesia. Salah satu hal utama yang harus dilakukan adalah dengan menyediakan infrastruktur transportasi yang memadai. Infrastruktur adalah kunci dari jaringan transportasi berkelanjutan. Infrastruktur harus mengedepankan koherensi serta konektivitas. Pusat kota harus bisa terhubung dengan pusat desa, terlebih mudik biasanya dilakukan dari kota ke desa.

Perhatian terhadap transportasi publik harus semakin besar. Transportasi publik yang efisien, terjangkau, serta ramah lingkungan merupakan jenis transportasi yang ideal untuk keberlanjutan. Masyarakat dapat menjadikan transportasi umum sebagai opsi utama dengan unsur keterjangkauan transportasi. Hal ini diperkuat dengan aspek efisien dan ramah lingkungan yang menjadikan masyarakat berkontribusi menjaga lingkungan. Indonesia perlu melakukan modernisasi jaringan transportasi agar mobilisasi dapat dilakukan dengan lebih efisien.

Baca Juga: Active Urban Mobility: Bersepeda, Sehat dan Berkelanjutan

Elektrifikasi kendaraan juga harus menjadi salah satu kegiatan utama dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan. Hal ini didorong dengan transisi energi pada sumber listrik kendaraan. Promosi kendaraan listrik juga bisa didukung dengan kemudahan-kemudahan seperti pengecualian pajak serta penyediaan titik charging yang tersebar di banyak wilayah.

Perkembangan kebijakan juga harus digalakkan untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan yang legal dan tegas penerapannya. Pembatasan emisi menjadi salah satu unsur regulasi yang memastikan kendaraan bermobilitas dengan ramah lingkungan. Bagi jalur-jalur tertentu yang sangat padat, pembatasan pengguna kendaraan bermotor pribadi juga bisa dilakukan.

Komunikasi terhadap masyarakat juga perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan peningkatan kualitas berdasarkan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Terakhir, diperlukan kolaborasi antara pemerintah dengan pihak swasta. Hal ini dapat meningkatkan lingkungan kompetitif sehingga mendorong inovasi dalam transportasi berkelanjutan.

 

Author