Skip to content

Menyambut Mudik 2022: Bagaimana Dampak Ekonomi dan Sosialnya?

Anwar Muhammad Foundation – Tahun ini merupakan tahun ketiga Indonesia masih diliputi suasana pandemi Covid-19. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini masyarakat sudah sangat terbiasa dengan kebiasaan baru yang ditimbulkan akibat pandemi. Ketakutan akan Covid-19 menurun. Bahkan, beberapa masyarakat sudah abai akan protokol kesehatan.

Mudik tahun ini merupakan mudik ketiga yang mana masyarakat tidak bisa secara leluasa melakukannya. Meskipun mudik sudah diperbolehkan, masih ada batasan-batasan yang akan diterapkan untuk mencegah lebaran menjadi faktor penyebab naiknya kasus Covid-19.

Mematuhi protokol kesehatan (prokes) merupakan syarat mendasar yang perlu dipatuhi oleh para pemudik. Prokes dilakukan dengan menerapkan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer. Peraturan-peraturan berdasarkan dosis vaksinasi juga telah dikemukakan di Surat Edaran No. 16 Tahun 2022 Satgas Penanganan Covid-19.

Mengenang Mudik 2 Tahun Terakhir

(sumber foto: .pexels.com)

Di 2 tahun terakhir ini, aktivitas mudik menurun. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial oleh pemerintah. Awalnya, masyarakat secara sadar menghindari mudik karena khawatir akan penyebaran Covid-19. Mereka takut terpapar ataupun memapari sanak saudara yang ada di kampung halamannya. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa pemudik biasanya berasal dari wilayah perkotaan yang potensi paparannya lebih tinggi dibandingkan kampung halamannya.  Pemerintah juga menerapkan banyak kebijakan yang mencegah aktivitas mudik.

Banyak dilakukan penyekatan di jalan oleh pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan. Bahkan, warga yang melanggar kebijakan dengan melakukan mudik dipaksa untuk putar balik agar bisa kembali ke rumah masing-masing. Mudik hanya bisa diterapkan di area tertentu. Penerapan kebijakan karantina juga menjadikan masyarakat enggan melakukan mudik.

Baca Juga: Hidup Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular Selama Ramadhan

Menilik Dampak Mudik Terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial

Mudik berasal dari kata “udik” yang berarti desa. Mudik berarti perjalanan seseorang kembali ke kampung halamannya. Biasanya, pemudik berasal dari daerah dengan urbanitas lebih tinggi. Hal ini menjadikan mudik menimbulkan beberapa dampak dalam aspek ekonomi ataupun sosial.

Mobilitas merupakan salah satu faktor pertumbuhan ekonomi penduduk. Masyarakat yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain akan membawa sumber daya ekonomi sembari bermobilisasi. Itulah yang terjadi selama mudik. Pemudik melakukan perjalanan dan banyak melakukan kegiatan konsumsi dalam prosesnya.

Mudik menguntungkan pemerintah dan sektor informal, terutama pada bidang transportasi. Penggunaan angkutan umum oleh pemudik akan memberi keuntungan pada perusahaan transportasi serta para pekerjanya. Penjual makanan dan minuman yang berada di fasilitas transportasi juga akan mendapatkan berkah mudik.

Selain itu, biasanya keluarga pemudik akan ke tempat wisata yang ada di kampung halamannya. Pengelola tempat wisata maupun pemerintah daerah pun mendapatkan keuntungan. Waktu lebaran juga dapat dihabiskan di pusat perbelanjaan, mengingat lebaran identik dengan barang-barang yang baru serta makanan yang berlimpah.

Baca Juga: Biogas: Solusi Masalah Sampah Makanan Selama Ramadhan

Bagaimana Mudik Tahun Ini?

Keuntungan-keuntungan ekonomi dan sosial akibat mudik sempat mengalami kontraksi selama 2 tahun terakhir. Meskipun demikian, kebijakan pelarangan mudik memang harus dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus. Hal ini juga dilakukan agar Indonesia segera pulih dan dapat melakukan aktivitas ekonomi dan sosial seperti biasanya.

Tahun ini, pemerintah sudah memberikan lampu hijau bagi para pemudik asalkan syarat-syarat perjalanan terpenuhi. Sebagai masyarakat yang bijak, sudah wajib bagi kita untuk mematuhi segala ketentuan yang ada. Pertanyaan mulai muncul sembari menantikan mudik lebaran 2022: akankah pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial kembali pulih akibat mudik?

Author

Tags: