Skip to content

Hidup Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular Selama Ramadhan

Anwar Muhammad Foundation – Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Kehadirannya disambut dan dirayakan dengan berbagai cara. Salah satu aspek yang terpenting dalam perayaan bulan Ramadhan adalah makanan. Puasa membatasi umat muslim untuk makan hanya pada waktu sahur dan berbuka. Hal ini menjadikan waktu makan sebagai waktu yang paling ditunggu-tunggu selama Ramadhan.

Sampah Makanan Meningkat Selama Ramadhan

(sumber foto: pexels.com)

Selama Ramadhan, masyarakat cenderung membeli lebih banyak keperluan makanan. Stok makanan diperbanyak untuk mengurangi aktivitas belanja sehari-hari, mengingat energi manusia selama berpuasa terbatas. Bahan makanan juga diperbanyak karena porsi makan meningkat setelah seharian menahan lapar dan dahaga. Terkadang, waktu berbuka menjadi momen makan dan minum secara berlebihan.

Selama Ramadhan, masyarakat mengkonsumsi produk daging 50% lebih banyak dibandingkan waktu di luar Ramadhan. Hal ini juga berlaku pada produk-produk makanan lain, seperti sayur. Konsumsi roti bahkan meningkat 63% dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Hal ini berpotensi menghasilkan sisa makanan.

Baca Juga: Penguatan Kebijakan Lingkungan Demi #PeopleNotProfit

Berpuasa seharian menjadikan waktu berbuka harus diisi dengan makanan yang tidak biasa. Kegiatan makan di luar atau take out pun meningkat selama Ramadhan, terlebih jajanan takjil yang menjadi keharusan menu berbuka puasa. Hal ini berarti bahwa sampah kemasan juga meningkat, terlebih kemasan plastik yang banyak digunakan.

Selama Ramadhan, kegiatan bertamu juga sering dilakukan. Tuan rumah harus menyiapkan banyak makanan untuk tamunya, terlebih di masa sekarang yang mana pembatasan sosial sudah mulai kendor. Masyarakat memanfaatkan momen ini untuk menyambung silaturahmi sambil berbuka bersama. Tidak jarang, makanan sisa dihasilkan. Makanan yang disediakan melebihi kemampuan orang-orang untuk makan.

Mengurangi dan Memanfaatkan Makanan Sisa: Hidup Berkelanjutan dari Rumah

Hidup berkelanjutan bisa dimulai dari satuan terkecil masyarakat, yaitu keluarga. Aktivitas-aktivitas kecil dapat kita lakukan mulai dari rumah, tidak terkecuali dalam konteks makanan sisa. Terdapat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah makanan sisa mencemari lingkungan.

  1. Meal Planning

Meal planning berarti bahwa kita merencanakan makanan apa yang akan kita masak. Hal ini menjadikan kita memperhitungkan bahan apa saja yang kita butuhkan dan seberapa banyak bahan tersebut harus dibeli. Tidak ada lagi istilah belanja impulsif. Meal planning dapat mencegah kita menghasilkan makanan sisa.

  1. Makan makanan sisa

Masyarakat seringkali memperlakukan waktu berbuka puasa sebagai balas dendam setelah menahan lapar dan haus selama lebih dari 12 jam. Saat menyiapkan makanan, masyarakat kalap membeli atau memasak makanan dalam jumlah besar. Tidak jarang, makanan tersebut bersisa. Kita tidak selalu harus membuang makanan sisa begitu saja. Selama dapat disimpan dengan baik, makanan tersebut bisa kita konsumsi kembali saat sahur.

  1. Fridge cleanup

Belanja bahan makanan tidak harus menjadi keseharian. Terkadang, hasil belanja beberapa waktu lalu masih tersisa di dalam kulkas atau lemari penyimpanan makanan. Lebih bijak jika kita mengecek kabinet-kabinet berisi makanan di rumah dan mengkonsumsinya terlebih dahulu.

  1. Mengomposkan makanan sisa

Pengomposan merupakan metode pengolahan sampah organik. Bahan organik dapat diuraikan oleh mikroorganisme dan nutrisinya dapat menyuburkan tanah. Dengan mengomposkan makanan sisa, kita tidak hanya mengurangi sampah, melainkan juga dapat menghasilkan pupuk untuk bercocok tanam.

  1. Membawa kontainer makanan

Kita dapat membawa kontainer makanan untuk membeli makanan atau jajanan selama Ramadhan. Hal ini akan mengurangi sampah kemasan yang dihasilkan. Saat makan di rumah makan pun, bila perlu, makanan sisa bisa kita bawa pulang dengan kontainer yang kita bawa.

Upaya mencegah dihasilkannya sampah selama Ramadhan tidak hanya diupayakan oleh masyarakat awam saja. Pelaku bisnis juga dapat andil dalam pengurangan maupun pengolahan sampah makanan. Hal ini merupakan bentuk penerapan ekonomi sirkular dalam bisnis yang dijalankan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melejit, Harga Pertamax Pun Naik

Mengganti kemasan plastik dengan kemasan biodegradable merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan. Selain baik bagi lingkungan, kemasan non plastik lebih aman digunakan untuk makanan ataupun minuman. Selain itu, porsi produk dapat dibuat tidak berlebihan. Hal ini akan memudahkan pembeli untuk menghabiskan makanan hingga tuntas. Makanan sisa pun dihindari.

Penyediaan sarana prasarana pengolahan sampah rumah tangga yang memadai wajib dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun komunitas masyarakat. Infrastruktur yang dekat dengan masyarakat akan lebih mengena dan pemanfaatannya juga tinggi. Sekalipun sampah dihasilkan, sarana prasarana ini dapat mencegah sampah mencemari lingkungan.

Ramadhan Menjadi Momen Sakral Spiritual dan Kebersihan

Dihasilkannya sampah yang lebih banyak selama ramadhan kontradiktif dengan nilai-nilai kebaikan yang diusung oleh Ramadhan itu sendiri. Ramadhan adalah tentang mensyukuri apa yang kita miliki. Ramadhan juga berarti mengajarkan hidup secara sadar. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan Ramadhan yang suci atau bersih, baik secara hati maupun fisik.

 

Author