Skip to content

Menyongsong Society 5.0, Ekonomi Sirkular Tetap Ambil Peran

Anwar Muhammad Foundation – Setelah istilah industri 4.0 digaungkan dalam beberapa tahun terakhir, kini terdapat istilah Society 5.0. Terminologi tersebut mengandung arti masyarakat yang menyeimbangkan peningkatan ekonomi dan resolusi isu sosial dengan mengintegrasikan ruang fisik dan dunia maya. Pada Society 5.0, manusia, data, serta sistem terhubung dalam dunia maya dan diolah oleh artificial intelligence (AI). Hal ini menjadikan hasil analisis data bernilai tambah guna menyelesaikan dinamika global.

Untuk menciptakan Society 5.0, maka sumber daya manusia yang ada harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi telah merambah ke kehidupan masyarakat sejak lama. Kini, banyak masyarakat sudah paham dengan berbagai alat elektronik beserta fitur-fitur canggihnya. Dari usia muda hingga tua, teknologi sudah menjadi teman sehari-hari. Bagi masyarakat kota maupun desa, teknologi sudah menjadi penyokong aktivitas keseharian.

Penggunaan Alat Elektronik di Indonesia Terus Meningkat

(sumber foto: pexels.com)

Faktor perekonomian menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat mulai aktif memanfaatkan peralatan teknologi dan informasi. Tren pun menjadi faktor lain yang menjadikan gadget sebagai teman beraktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Menariknya, faktor struktural seperti akses listrik yang lebih merata serta internet yang lebih stabil, juga menjadikan masyarakat memanfaatkan peralatan elektronik.

Indonesia memiliki populasi pengguna handphone sebesar 78 juta jiwa. Hal ini menjadikan Indonesia menempati posisi keempat pengguna ponsel pintar terbanyak di dunia. Pengguna alat elektronik diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Kelas konsumen semakin bertumbuh. Tingkat urbanisasi juga semakin meningkat. Lebih dari 70% penduduk yang mengonsumsi barang elektronik berasal dari perkotaan.

Pentingnya Ekonomi Sirkular dalam Sektor Elektronik

Salah satu sektor yang memiliki potensi ekonomi sirkular terbesar di Indonesia adalah sektor elektronik. Hal ini karena sektor ini menyumbang PDB (Pendapatan Domestik Bruto) serta memberikan lapangan pekerjaan yang besar bagi Indonesia. Namun, dampak yang dihasilkan apabila tidak ditindaklanjuti dengan baik juga dapat menimbulkan kerugian yang besar.

Baca Juga: Menepis Hambatan dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular Indonesia

Alat elektronik memiliki potensi perusakan lingkungan yang besar. Limbah elektronik merupakan salah satu jenis limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Kandungan logam dalam alat elektronik dapat membahayakan lingkungan apabila tidak terkelola dengan baik. Selain itu, satu ton logam tertentu dalam alat elektronik bisa menghasilkan 2 ribu ton limbah beracun. Proses produksinya pun membutuhkan energi dalam jumlah tidak kecil. Apabila tidak dilakukan perubahan, maka limbah elektronik akan meningkat sebesar 39% di tahun 2030.

Memanen Keuntungan Ekonomi Sirkular dalam Sektor Elektronik

Dampak lingkungan tentu menjadi sektor yang mendapatkan pengaruh secara langsung oleh ekonomi sirkular. Dengan memaksimalkan proses produksi hingga konsumsi alat elektronik, emisi karbon yang bisa dicegah mencapai 0,4 juta ton CO2e. Meskipun relatif kecil terhadap sektor-sektor lain, hal ini masih merupakan langkah yang baik untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia. Dengan pendekatan sirkular, sektor elektronik mampu mengurangi limbah hingga 24% di tahun 2030.

Baca Juga: PLTS Atap: Meningkatkan Pemanfaatan Potensi Energi Surya

Perekonomian pun mendapatkan keuntungan dari penerapan ekonomi sirkular. Sekitar Rp 12 triliun akan bisa dihasilkan apabila Indonesia bisa mengadopsi prinsip sirkularitas dalam sektor elektronik. Keuntungan secara sosial juga tidak kalah menarik ditawarkan. Lapangan pekerjaan semakin bertambah. Kurang lebih terdapat 75.000 peluang pekerjaan bagi masyarakat di sektor elektronik pada tahun 2021 hingga 2030.

Melihat ini semua, sudah merupakan hal yang tepat bagi Indonesia untuk menggencarkan implementasi ekonomi sirkular dalam sektor elektronik. Dampak negatif yang ditimbulkan dari ekonomi yang linear bisa ditepis. Keuntungan bisa didapatkan. Masyarakat pun siap menjadi Society 5.0 dan memajukan bangsa agar berdaya saing global.

Author