Anwar Muhammad Foundation – Seiring bertambahnya waktu, isu lingkungan makin awam dibicarakan di berbagai kalangan masyarakat. Dampak-dampak isu lingkungan kini sudah biasa dirasakan di kehidupan sehari-hari. Kesadaran untuk peduli lingkungan semakin tinggi. Kesadaran ini mulai merambah di kegiatan konsumsi.
Produk-produk pemenuh kebutuhan masyarakat kini mulai mempertimbangkan aspek lingkungan dalam produksinya. Lebih jauh, dalam distribusi dan pemasaran pun aspek lingkungan menjadi konsiderasi yang cukup penting. Dalam hal tersebut, dewasa ini, green marketing banyak diterapkan.
Green marketing merupakan strategi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan bisnis sembari memperhatikan perspektif lingkungan. Selain merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan bagi lingkungan, green marketing menjadi upaya pemasaran produk perusahaan. Tingginya kesadaran masyarakat akan masalah lingkungan menjadikan green marketing sebagai upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan profit yang didapat.
Salah satu alat green marketing adalah ekolabel. Ekolabel merupakan sebuah sertifikasi performa lingkungan suatu produk. Ekolabel diperuntukkan bagi produk yang menimbulkan dampak minim terhadap lingkungan. Pemberian ekolabel didasari pertimbangan life cycle. Hal ini berarti bahwa penilaian dilakukan secara menyeluruh dari proses hulu ke hilir.
Ekolabel banyak menjadi alat produk-produk pertanian atau perkebunan untuk menunjukkan upaya mewujudkan pertanian atau perkebunan berkelanjutan. Ekolabel yang biasa dipakai seperti label “organik”, “segar”, “ramah lingkungan”, dan lain sebagainya. Ekolabel ini menjadi bukti kepada masyarakat bahwa produk pertanian atau perkebunan tersebut dihasilkan tanpa membahayakan lingkungan.
Seberapa Jauh Kita Bisa Mempercayai Ekolabel?
Pemberian ekolabel bisa dilakukan oleh berbagai pihak. Terdapat 3 sistem pemberian ekolabel terhadap sebuah produk. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan sistem yang diterapkan juga bisa berdasarkan kasus yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan.
- Sistem Pihak Pertama
Ekolabel dapat dibuat oleh perusahaan yang menghasilkan produk itu sendiri. Pertimbangan yang diberikan adalah sesuai dengan standar perusahaan tersebut. Standar ini tentu tidak selalu diterapkan oleh perusahaan lain. Faktor inilah yang menjadikan sistem ini sedikit kontroversial. Terdapat beberapa kasus dimana label yang diberikan terlalu umum dan definisinya tidak jelas. Contohnya adalah “100% ramah lingkungan”. Masyarakat tentu tidak bisa menilai definisi ramah lingkungan yang dimaksud perusahaan. Biasanya, sistem ini lebih ditujukan pada promosi.
- Sistem Pihak Kedua.
Sistem Pihak Kedua dilakukan oleh asosiasi industri yang mencakup perusahaan yang ingin mendapat ekolabel. Penilaian dilakukan ahli dari pihak eksternal, seperti akademisi ataupun organisasi lingkungan. Yang menjadi karateristik khusus sistem ini adalah bagaimana asosiasi tersebut masih berhubungan dengan perusahaan.
Baca Juga : Pertanian yang Menghijaukan Perekonomian Indonesia
- Sistem Pihak Ketiga
Pihak ketiga yang dimaksud dalam sistem ini adalah institusi publik ataupun swasta yang khusus untuk memberikan ekolabel. Institusi ini sudah mendapatkan kepercayaan untuk memberikan ekolabel berdasarkan standar kriteria yang jelas. Pihak ketiga ini bersifat independen dari perusahaan yang akan diperiksa, sehingga lebih bisa dipercaya daripada Sistem Pihak Kedua.
Sumber foto : Free Vector | Cruelty free badges set (freepik.com)
Ekolabel dan Keuntungannya
Dari sisi konsumen, ekolabel dapat memberikan berbagai keuntungan. Konsumen yang memiliki kesadaran akan masalah lingkungan tinggi bisa melengkapi perilaku konsumsinya dengan membeli produk berekolabel. Konsumen yang memiliki pertimbangan akan latar belakang produk bisa memilah dan memilih produk mana yang memenuhi kriteria yang diinginkan. Mereka akan merasa lebih tenang karena terdapat ekolabel pada produk yang mereka konsumsi.
Dilihat dari perspektif bisnis, ekolabel bisa menjadi sarana untuk mengukur performa produksi. Ekolabel akan bisa meningkatkan kredibilitas produk. Tidak hanya itu, ekolabel menjadi media komunikasi dan pemasaran tentang latar belakang produk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekolabel bisa meningkatkan pembelian produk. Walaupun terdapat faktor-faktor lain, seperti tingkat kesadaran konsumen, kepercayaan ekolabel, serta tingkat ekonomi konsumen, yang bisa mempengaruhi pembelian produk.
Bagi pemerintah, ekolabel bisa menjadi alat untuk membangun perubahan perilaku berkelanjutan di masyarakat dan bisnis. Terlebih saat ini negara-negara secara global mencegah dampak krisis iklim menyerang negara mereka. Perilaku konsumsi yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pun bisa menjadi faktor mencapai tujuan tersebut.