Skip to content

Bangunan Berkelanjutan dengan Penerapan Ekonomi Sirkular

Anwar Muhammad Foundation – Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia, pembangunan terus dilakukan. Infrastruktur semakin berkembang. Sarana prasarana semakin banyak disediakan. Permukiman semakin bertambah. Meskipun berdalih memenuhi kebutuhan manusia, pembangunan tidak bisa menyepelekan aspek keberlanjutan. Salah satu upaya untuk menciptakan sektor bangunan atau konstruksi yang berkelanjutan adalah dengan menggunakan konsep ekonomi sirkular.

Dampak yang Disebabkan oleh Sektor Konstruksi

(sumber foto: pexels.com)

Berbicara mengenai limbah dan polusi, sektor konstruksi jarang menjadi topik yang ikut dibicarakan. Masyarakat disibukkan oleh topik-topik yang lebih awam, seperti sampah plastik atau asap kendaraan. Padahal, di Indonesia, sektor konstruksi memiliki peran yang cukup signifikan. Pembangunan menjadi salah satu agenda prioritas yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini berarti banyak proses konstruksi yang akan dilakukan. Selain itu, sektor ini termasuk dalam 5 sektor yang memiliki potensi besar dalam mengadopsi ekonomi sirkular.  

Secara global, limbah konstruksi dan pembongkaran bisa mencakup hingga 30% total limbah padat di tempat pembuangan akhir. Hal ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi menyumbang limbah yang cukup banyak. Di Indonesia, setiap tahunnya, jumlah limbah konstruksi dapat mencapai 29 juta ton. Sebagian besar limbah tersebut belum mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Business Model Sirkular, Paradigma Baru Berbisnis

Laju daur ulang limbah konstruksi di Indonesia masih belum cukup ambisius. Hanya 14% dari limbah konstruksi yang bisa didaur ulang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah sistem pengumpulan dan pengolahan yang belum maksimal. Selain itu, sektor konstruksi berdampak pada lingkungan melalui emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Material bangunan dan konstruksi mencakup 11% total emisi karbon global.

Mengadopsi Ekonomi Sirkular dalam Sektor Konstruksi

(sumber foto:  indonesiacef.id)

Potensi 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Refurbish, dan Renew) dalam sektor konstruksi yang terbesar adalah Reduce, Recycle, dan Renew. Reduce berarti pembangunan dapat menggunakan material yang seefisien mungkin. Hal ini karena terdapat data yang menunjukkan bahwa 10 – 30% bahan konstruksi tidak terpakai. Maka dari itu, perlu proses perhitungan dan perencanaan agar bangunan bisa melalui beberapa siklus kehidupan sehingga limbah konstruksi pun bisa dicegah.

Selain itu, inovasi konstruksi, seperti 3D printing dan konstruksi modular merupakan solusi lain untuk mengurangi limbah konstruksi. Inovasi-inovasi ini, selain dapat bermanfaat pada aspek sirkularitas, juga memiliki efisiensi yang tinggi dalam proses pembangunannya. Hal ini menjadikan inovasi-inovasi ini menarik minat lebih banyak konsumen.

 Baca Juga: Menghadapi Risiko ESG dengan Kalkulasi dan Analisis

Upaya daur ulang pun memiliki potensi yang tinggi dalam penerapan ekonomi sirkular sektor konstruksi. Material bangunan yang tidak terpakai seringkali masih bisa dimanfaatkan. Semakin besar bagian bangunan yang dimanfaatkan kembali, semakin besar dampak ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan.

Akan lebih baik jika pembangunan menggunakan konsep Renew. Hal ini dilakukan dengan menggunakan material bangunan yang lebih ramah lingkungan. Selain melihat dari aspek material yang digunakan, proses desain juga penting. Bangunan harus bisa dibangun untuk kondisi seadaptif mungkin sehingga kerusakan bisa diminimalisir. Selain itu, desain yang memudahkan pemeliharaan juga harus dilakukan.

Author