Skip to content

Business Model Sirkular, Paradigma Baru Berbisnis

Anwar Muhammad Foundation – Dewasa ini, bisnis yang berkelanjutan merupakan normal baru. Masyarakat kini lebih menggandrungi bisnis yang tidak hanya mementingkan keuntungan materi, melainkan juga aspek lain yaitu lingkungan dan sosial. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat akan isu-isu tersebut sudah mulai meningkat. Selain itu, dinamika yang dihadapi dalam keseharian berbisnis mendorong pelaku bisnis untuk bisa mementingkan keberlanjutan baik secara internal ataupun eksternal.

Paradigma Berbisnis Baru

(sumber foto: Unsplash)

Business model (model bisnis) merupakan salah satu dasar berjalannya suatu bisnis. Model bisnis merupakan cara membangun bisnis serta memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Model bisnis dapat menjadikan bisnis bisa menyesuaikan perubahan yang terjadi di pasar, inovasi, dan kerangka hukum. Oleh karena hal-hal dinamis, maka model bisnis pun harus terus diperbaharui.

Saat ini, mulai bermunculan beberapa pihak yang menerapkan moel bisnis sirkular. Terdapat beberapa perbedaan antara model bisnis konvensional dengan model bisnis sirkular. Apabila ditinjau dari bagaimana bisnis menghasilkan nilai, model bisnis konvensional memiliki rantai nilai yang berakhir di pengguna barang atau jasa. Namun, dalam model bisnis sirkular, tidak ada akhir rantai nilai karena kreasi nilai berjalan seperti siklus.

Baca Juga: Ekonomi Sirkular untuk Mengurangi Sampah Kemasan Plastik

Bisnis konvensional lebih mementingkan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Namun, dengan model bisnis sirkular, bagaimana konsumen bisa mendapatkan barang dan jasa lebih dipentingkan. Kesuksesan bisnis konvensional lebih berfokus pada keuntungan materi yang didapatkan dari penjualan barang atau jasa. Mereka berorientasi pada hasil. Namun, bisnis yang sirkular lebih mementingkan bagaimana mereka bisa menciptakan keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, serta keuntungan yang dapatkan.

Model bisnis sirkular juga banyak melakukan kolaborasi dan ko-kreasi. Hal ini dilakukan agar dampak yang ditimbulkan oleh bisnis menyeluruh serta meluas. Berbeda dengan model bisnis konvensional, mereka berinteraksi dengan pembeli hanya untuk proses jual beli. Begitupun dengan pemangku kepentingan lain, seperti supplier. Tidak ada nilai tambah antara komunikasi dengan pihak lain.

Baca Juga: Berbeda Wilayah, Berbeda Sektor, Berbeda Pula Dinamika ESG

Menuju Model Bisnis Sirkular

Terdapat beberapa hal penting yang seharusnya ada dalam bisnis model sirkular. Model bisnis sirkular harus memasukkan regulasi ramah lingkungan di dalam sistemnya. Regulasi ini lebih utama apabila berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya, bahan, dan produk secara maksimal. Selain itu, model bisnis harus dapat mengurangi limbah selama proses bisnis berlangsung. Hal ini bisa dilakukan dengan efisiensi produksi hingga penyediaan sarana pengelolaan limbah.

Model bisnis sirkular juga harus dapat memaksimalkan value proposition melalui desain produk. Nilai produk dapat mencakup nilai intrinsiknya hingga kemudahan membenahi produk sehingga dapat memiliki usia pakai yang panjang. Proses bisnis yang dilakukan pun harus menggunakan energi seminimal mungkin. Hal ini dilakukan dengan penggunaan teknologi yang canggih ataupun meningkatkan efisiensi proses.

Baca Juga: Perbedaan Dari Citizen Engagement Dan Citizen Participation

Model bisnis sirkular harus mencakup bisnis secara keseluruhan. Bisnis harus dipastikan memiliki proses seperti loop yang tertutup. Terakhir, kolaborasi merupakan bagian yang penting dalam model bisnis sirkular. Kolaborasi bahkan bisa dilakukan antara pelaku bisnis dengan konsumen sehingga ditemukan titik tengah antara kepentingan masing-masing.

Author