Skip to content

Musim Kemarau Pendek, Panen Padi Meningkat 14 %

Anwar Muhammad Foundation – Musim kemarau tahun 2025 di Indonesia diperkirakan datang lebih pendek dan terlambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan curah hujan yang lebih tinggi dari perkiraan. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi sektor pertanian, khususnya produksi padi, karena pasokan air yang lebih terjaga untuk sawah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia mengalami anomali iklim dengan musim hujan yang lebih panjang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperkirakan peningkatan produksi padi sekitar 14,93% untuk periode Januari-Juli 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai sekitar 21,76 juta metrik ton. Peningkatan ini juga terlihat dari potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 7,14 juta hektar, meningkat 14,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan luas panen padi yang meningkat signifikan pada awal tahun 2025, mendukung prediksi kenaikan produksi gabah kering giling secara nasional. Meski demikian, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap curah hujan tinggi yang berpotensi mengganggu hasil panen di beberapa daerah. Secara keseluruhan, musim kemarau pendek ini diharapkan mendorong peningkatan produktivitas padi dan mendukung ketahanan pangan nasional.

Dampak Ganda Curah Hujan Tinggi Selama Kemarau

Produksi padi 2025 meningkat

Sumber: DKPP Buleleng

Di satu sisi, hujan yang masih turun saat kemarau menjadi berkah bagi petani padi karena pasokan air irigasi tetap terjaga, sehingga mendukung kelangsungan tanam dan meningkatkan produksi padi. Namun, di sisi lain, kondisi kelembapan yang tinggi ini menjadi tantangan serius bagi tanaman hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, petani hortikultura perlu menyesuaikan pola tanam, memperkuat sistem drainase, dan meningkatkan proteksi tanaman agar produksi tidak menurun. BMKG juga mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan semua pihak dalam menghadapi dinamika iklim yang semakin tidak menentu ini agar dampak negatifnya dapat diminimalkan.

Apa Itu Holtikultura?

Produksi padi 2025 meningkat

Sumber: kumparan

Hortikultura adalah cabang ilmu pertanian yang mempelajari dan mengelola budidaya tanaman kebun, meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat. Istilah ini berasal dari bahasa Latin hortus yang berarti kebun dan cultura atau colere yang berarti budidaya. Hortikultura mencakup berbagai proses mulai dari pembenihan, pembibitan, penanaman, perawatan, hingga panen dan distribusi produk tanaman. bidang hortikultura berperan penting dalam mendukung keberlanjutan pertanian padi melalui beberapa cara, salah satunya seperti mendorong pengembangan teknik budidaya modern yang dapat diaplikasikan juga pada tanaman pangan, termasuk padi, untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman.

Risiko dan Tantangan Pertanian Hortikultura

Produksi padi 2025 meningkat

Sumber: wikifarmer

Petani hortikultura sering menghadapi kendala dalam mengakses teknologi modern dan infrastruktur yang memadai, seperti irigasi, penyimpanan, dan transportasi, yang berdampak pada produktivitas dan kualitas hasil panen, selain itu Keterbatasan modal menjadi hambatan utama bagi petani untuk mengembangkan usaha hortikultura, terutama dalam pembelian benih unggul, pupuk, dan pestisida organik.

Baca Juga : Hayati Tak Sekadar Teori

Strategi Adaptasi dan Mitigasi

Sumber: DKPP Buleleng

Strategi adaptasi dan mitigasi dalam pertanian hortikultura menghadapi perubahan iklim meliputi beberapa langkah penting, antara lain;

  • Pertama, penyesuaian waktu dan pola tanam menjadi kunci untuk menghindari dampak negatif pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan, sehingga produksi tetap optimal.
  • Kedua, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, salinitas, dan penyakit membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi iklim ekstrem.
  • Ketiga, penerapan teknologi pertanian modern, seperti irigasi tetes, sensor tanah dan cuaca (smart farming), serta sistem informasi cuaca real-time, mendukung pengelolaan sumber daya air dan pengendalian hama secara efektif.
  • Keempat, pola tanam tumpang sari dan pengendalian hama terpadu digunakan untuk mengurangi serangan hama yang meningkat akibat perubahan iklim.

Selain itu, mitigasi dilakukan dengan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian. Pendekatan ini didukung oleh koordinasi dengan BMKG melalui sistem peringatan dini (Early Warning System) untuk membantu petani mengambil keputusan tepat waktu. Keseluruhan strategi ini bertujuan menjaga produktivitas hortikultura, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim.

 

Kesimpulan

Musim kemarau tahun 2025 di Indonesia diperkirakan lebih pendek dan terlambat datang, dengan curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, sehingga memberikan keuntungan bagi sektor pertanian padi. Kondisi ini menjaga pasokan air irigasi dan mendukung peningkatan produksi padi nasional hingga sekitar 14%, dengan luas panen yang juga meningkat signifikan. Namun, curah hujan tinggi selama kemarau membawa dampak ganda, karena meskipun menguntungkan padi, kelembapan berlebih menjadi tantangan serius bagi tanaman hortikultura yang rentan terhadap hama dan penyakit. Oleh karena itu, adaptasi pola tanam dan penguatan sistem perlindungan tanaman menjadi penting.

Referensi

Indonesia.go.id. (2025, Juli). Januari-Agustus 2025, Produksi Beras Nasional Capai 24,97 Juta Ton.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2025, 3 Juni). Produksi Beras Nasional Januari–Juli 2025 Tembus 21,76 Juta Ton, Naik 14,49 Persen.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2025, April). Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia (Hasil KSA Amatan Februari 2025)

Agricom.id. (2025, April). Produksi Padi Februari 2025 Melonjak, Mentan Amran: Tertinggi dalam Dua Dekade.

Author