Skip to content

Transformasi Perdesaan

  • by

Bersumber dari materi Dr. Fikri Zul Fahmi, S.T., M.Sc., Dosen PWK ITB Kelompok Keahliah Perencanaa Wilayah dan Perdesaan pada kajian isu strategis “Kupas Tuntas Transformasi Desa” pada 27 Februari 2021.

Transformasi yang terjadi di suatu desa ditandai dengan perkembangan teknologi, misalnya pada sektor pertanian. Teknologi pertanian ikut berkembang menyesuaikan perkembangan zaman. Pada mulanya para petani di desa menggunakan cangkul untuk menggemburkan tanah yang akan ditanami, kemudian berkembang menggunakan tenaga kerbau, dan digantikan dengan traktor.

Memahami konsep transformasi perdesaan sebaiknya dimulai dari pendefinisian kata ‘transformasi’ terlebih dahulu. Kata transformasi diambil dari terjemahan kata transformation (bahasa Inggris). Istilah tranform (Neufebet dan Guralnik, 1988) dapat diartikan sebagai perubahan, dan tranformation dapat diartikan sebagai proses perubahan. Transformasi adalah pegantian struktur yang kaitannya dengan perubahan strategi mata pencaharian utama dari agrikultur menjadi nonagrikultur. Secara lebih luas, transformasi dapat diartikan sebagai segala perubahan baik yang terjadi secara fisik maupun nonfisik, seperti sifat dasar, fungsi, dan struktur. Dalam lingkup perdesaan, telah disinggung pada paragraf awal, bahwa transformasi perdesaan salah satunya ditandai pada transformasi pertanian. Transformasi pertanian perdesaan, dapat diartikan sebagai perubahan bentuk, ciri, struktur, dan kemampuan sistem pertanian yang dapat menumbuhkan, mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan.

Dalam pemaparannya, Pak Fikri menyampaikan bahwa urbanisasi dan transformasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Transformasi pertanian di perdesaan adalah bentuk respons terhadap tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, proses transformasi harus dipandang sebagai gejala alamiah dan proses aktif dari sistem sosial yang berada di belakang kegiatan agribisnis di pedesaan (Pranadji dan Hastuti, 2004).

Selain itu, dalam materinya juga dijelaskan secara lebih rinci bahwa transformasi desa ditunjukkan oleh berbagai hal, seperti penurunan angka buruh tani, peningkatan level diversifikasi agrikultural, perubahan struktur ekonomi dari agrikultur menjadi nonagrikultur, besarnya keberagaman mata pencaharian, tingginya ruang dan mobilitas sosial, besarnya ketergantungan pada hubungan antarpasar, dan terjadinya pertumbuhan interpenetrasi atau keterhubungan rural-urban (Rigg, 2014). Pernyataan ini mengingatkan konsep deagrarianisasi yang menggambarkan proses perpindahan struktur masyarakat dari mode agraria menuju sesuatu yang lain.

Dibalik transformasi perdesaan yang terjadi, digitalisasi mengambil peran sangat penting. Melalui penyusupan internet dan teknologi informasi, transformasi desa mengalami percepatan. Digitalisasi berpotensi memunculkan pengetahuan baru, pekerjaan baru yang melahirkan diversifikasi ekonomi, dan interaksi sosial sehingga percepatan transformasi pun tidak dapat dihindari.

Di sisi yang lain, transformasi perdesaan yang terjadi secara dinamis juga menimbulkan dampak negatif. Transformasi ini membuat tingkat kemiskinan perdesaan menjadi lebih tinggi dari pada perkotaan. Masalah ini masih menjadi tugas besar negara dan membutuhkan perencanaan-perencaan yang tepat untuk mengurangi kesenjangan kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan.

Referensi:

Neufeldt,V. and D.B. Guralnik. 1988. Webster s New Woprld Dictionary of American English. Webter s New World. New York

Pranadji, Tri dan Hastuti, Endang Lestari. 2004. “Transfprmasi Sosio-Budaya dalam Pembangunan Pedesaan”. AKP Vol. 2 No. 1. Bogor

Rigg, Jonathan. 2014. “Urban Interactions, Agriculture and Wealth: A Southeast Asian Perspective”. http://phg.sagepub.com/content/22/4/497

Author