Ditulis oleh: Fikri A.A.
Gambir (Uncaria gambir) merupakan komoditi subsektor perkebunan yang masih diusahakan secara tradisional di Indonesia[1]. Kegiatan pemanfaatan gambir dilakukan melalui usaha perkebunan gambir dan pengolahan hasilnya yang dilakukan melalui kegiatan pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan[2]. Perkebunan dalam hal ini menjadi salah satu subsektor pertanian penting dalam upaya pembangunan penghidupan berkelanjutan. Pemanfaatan tanaman gambir berfokus pada getah kering dari ekstrak daun dan ranting tumbuhan “Uncaria gambir” (Catechu Pallidum) yang tumbuh baik secara liar maupun yang dibudidayakan., penyembuhan hormon, pigmen, dan bahan campuran pelengkap makanan[3]. Tanaman gambir tumbuh di dekat sungai dan hutan. Daun dan dahan tanaman gambir dapat dipanen setelah satu tahun dalam periode tiga sampai empat kali setahun. Tanaman gambir hidup selama lebih dari dua tahun dengan cabang tumbuh pada arah horizontal dan vertikal.
Secara teknis, tanaman gambir mengandung katekin, epikatekik, dan antosianidol yang memberikan ciri khas warna coklat kemerahan. Produk gambir diproduksi dengan proses tradisional melalui perebusan daun juvenile, lalu diperas untuk diambil sarinya dan dijadikan konsentrat, kemudian dicetak dan dikeringkan yang menjadi produk akhir. Tanaman gambir bermanfaat sebagai bahan baku dalam berbagai proses industri seperti farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, dan bio pestisida. Pemanfaatan gambir banyak digunakan oleh konsumen dan industri. Gambir bias digunakan sebagai skin lotion, pasta untuk mengobati ketombe, obat untuk diare dan disentri, obat kumur untuk radang tenggorokan, di Kalimantan sering digunakan sebagai obat pegal linu dan sakit punggung. Warnanya dikenal dengan Cutch Brown karena kandungan Catechin-nya. Zat tersebut digunakan di Industri tekstil pada proses pencelupan dan penyamakan kapas, wool, dan sutra. Selain itu, zat tersebut juga digunakan untuk pelembut kulit melalui proses penyamakan kulit. Gambir juga digunakan sebagai pewarna pigmen. Di India, gambir sering digunakan sebagai bahan makanan Pan masala.
Tanaman gambir adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan banyak dibudidayakan di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia. Sampai saat ini, Indonesia tercatat sebagai negara pengeskpor utama gambir di dunia. Gambir merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan karena 80% dari produk gambir di dunia berasal dari Indonesia[4]. Untuk pasar ekspor, permintaan gambir dunia sudah cukup besar dan diperkirakan akan terus meningkat. Sejalan dengan berkembangnya jenis barang industri yang memerlukan gambir, kebutuhan gambir akan selalu meningkat. Di Indonesia, provinsi dengan jumlah produksi tanaman gambir terbesar adalah Sumatera Barat dengan potensi pemanfaatan dan pemasaran yang besar[5]. Gambir juga dinilai memberikan dampak positif dan manfaat ekonomi bagi perekonomian lokal maupun negara. Gambir memiliki nilai ekonomi USD 64.087.000 pada tahun 2017, yang bertumbuh dari USD 31.296.000 pada tahun 2012. Eksportir utama Gambir Indonesia berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara. Gambir yang berasal dari Sumatera Barat diangkut ke gudang importir di Medan untuk kemudian dipasarkan secara global. Model pemasaran seperti ini merupakan model rantai pasokan yang paling memungkinkan.
[1] Yusrizal. 1998. Analisis Tataniaga Gambir di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
[2] Nasrul, H. 2017. Profil Sistem Usaha Pertanian Gambir di Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (2) : 124-131. Jurnal.polinela.ac.id Palembang (Online) diakses pada tanggal 6 November 2018.
[3] Nazir. 2001. Gambir. Yayasan HASIL Hutan Non Kayu (HUTANKU). Griya Andalas Ulu Gadut. Padang.
[4] Evalia, N.A., Sa´id, E.G., dan Suryana. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri dan Peningkatan Nilai Tambah Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Jurnal Manajemen Agribisnis, 9 (3): 173-182.
[5] Apriani, Septa. 2019. Prospek Pengembangan Getah Gambir (Uncaria gambir) Sebagai Komoditi Ekspor di Desa Toman, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin. Palembang