Skip to content

PLTA sebagai Energi Hijau, Apakah Benar-benar ‘Hijau’?

cover

Anwar Muhammad Foundation – Green energy atau energi hijau adalah energi yang dihasilkan dari sumber daya alam terbarukan dan ramah lingkungan. Beberapa bentuk energi hijau antara lain energi matahari, angin, air, panas bumi, dan biomassa. Pemanfaatan energi hijau sangat penting untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan kerusakan lingkungan akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan. Salah satu contoh energi hijau yang digunakan oleh Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Kemajuan PLTA di Indonesia, Keuntungan bagi Manusia dan Kerugian bagi Ekosistem

(Sumber: IAIA, 2023)

Saat ini, Indonesia memiliki banyak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), terutama di daerah yang memiliki potensi air yang besar. Jenis PLTA yang digunakan di Indonesia umumnya adalah PLTA konvensional. PLTA konvensional menggunakan bendungan untuk menciptakan waduk yang memasok air ke turbin untuk menghasilkan listrik. Contoh PLTA konvensional di Indonesia adalah PLTA Saguling,Bandung, Jawa Barat dan PLTA Cirata, Purwakarta dan Bandung, Jawa Barat.

Terdapat pula jenis PLTA pompa-turbin yang dapat menyimpan energi listrik berlebih selama masa rendah permintaan dan menyalurkannya saat permintaan tinggi. PLTA Upper Cisokan Pumped Storage, Bogor, Jawa Barat dan PLTA Sembilang, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan merupakan contoh PLTA pompa-turbin di Indonesia. Keduanya termasuk dalam proyek strategis nasional untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Baca Juga: Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Berkelanjutan

PLTA sebagai sumber energi listrik yang bersih dan ramah lingkungan mampu mengalihkan penggunaan pembangkit listrik tenaga fosil. Hal ini berarti bahwa PLTA berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca. Namun, apakah pembangunan PLTA benar-benar merupakan pembangunan yang ramah lingkungan?

Proyek PLTA juga dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati. Pembangunan PLTA dapat menyebabkan perubahan pada ekosistem perairan akibat perubahan dari air yang mengalir menjadi habitat waduk buatan. Pembangunan PLTA juga dapat menyebabkan sungai mengering, perubahan aliran sungai, perubahan kualitas air, perubahan temperatur, erosi, dan sedimentasi. Adanya modifikasi habitat akibat pembangunan PLTA akan memberikan dampak yang signifikan terhadap flora dan fauna didalamnya. Modifikasi habitat yang terjadi akan mengganggu keseimbangan ekosistem yang disebut Environmental Flows.

Perubahan Permanen terhadap Ekosistem Perairan

(Sumber: IAIA, 2023)

Adanya pembangunan PLTA akan mengubah aliran air dan semua entitas dalam ekosistem tersebut. Environmental flows adalah kebutuhan jumlah dan kualitas air dalam suatu ekosistem air untuk mempertahankan fungsi ekologis, keanekaragaman hayati, dan kesehatan ekosistem. Environmental flows penting untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara berkelanjutan dan menyeimbangkan kebutuhan manusia dan kebutuhan lingkungan.

Baca Juga: Pentingnya Pengukuran Dampak ESG untuk Efektivitas Praktik ESG

Dampak keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem sangat tergantung pada bagaimana PLTA dirancang, dioperasikan, dan dikelola. Environmental flows tidak hanya ditentukan oleh jumlah aliran air, tetapi juga kemampuannya dalam memenuhi pola aliran air alami (natural flow pattern). Pada umumnya, pola aliran air sungai terdiri dari musim hujan dan musim kemarau. Selama musim hujan, volume air sungai meningkat dan aliran air menjadi lebih cepat karena adanya curah hujan yang tinggi. Sementara itu, selama musim kemarau, volume air sungai menurun dan aliran air menjadi lebih lambat karena kekurangan curah hujan.

Natural flow pattern sangat penting bagi keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati di sungai. Pada saat air sungai meningkat, biota air seperti ikan dapat berkembang biak dan mencari makan. Sedangkan selama musim kemarau, air yang tersisa menjadi lebih dangkal dan suhu air meningkat, sehingga menjadi lingkungan yang ideal bagi tumbuhan dan hewan yang bergantung pada ekosistem sungai.

Namun, pembangunan PLTA dapat mengubah pola aliran air sungai secara signifikan. PLTA seringkali memanipulasi debit air sungai untuk memenuhi kebutuhan produksi listrik. Dengan jumlah debit air yang sama, natural flow pattern akan tetap berubah. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sungai dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan konsep environmental flows yang memadai dalam perencanaan dan operasi PLTA, untuk meminimalisir dampak yang merusak ekosistem sungai.

Author