Kelor atau dalam bahasa latin disebut dengan Moringa Oleifera merupakan tanaman yang mudah tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman ini terbilang sangat adaptif dengan kondisi lingkungan. Bahkan, tanaman Kelor ini mampu bertahan hidup di saat kemarau panjang dengan cara menggugurkan sebagian daunnya. Inilah yang membuat tanaman kelor tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, tanaman ini menyimpan sumber vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Daun kelor kaya akan antioksidan yang dapat meredakan peradangan yang ada di dalam tubuh.
Fakta menariknya, tanaman kelor ini telah dipromosikan secara internasional oleh WHO (World Health Organization) dan lembaga internasional lainnya untuk mengatasi malnutrisi yang terjadi di negara-negara miskin. Hal ini dibahas dalam e-book yang berjudul Moringa Oleifera. Dalam buku tersebut dituliskan bahwa tanaman Kelor adalah “Miracle Tree” atau “Trees of Life” karena kandungan super nutrisi yang dimilikinya dan telah diverifikasi oleh berbagai lembaga ilmiah dan universitas di berbagai belahan dunia (Krisnadi, 2015: 5).
Kelor, di daerah Pekonina Muara Laboh, termasuk tanaman yang jarang dibudidayakan oleh masyarakat dibandingkan dengan sayuran lain seperti cabai dan bawang merah. Akan tetapi, minat masyarakat Pekonina terhadap pengembangan tanaman Kelor ini sangat tinggi mengingat mudahnya perawatan dan mudahnya pengolahan daun kelor menjadi beragam jenis makanan. Daun kelor dapat diolah menjadi sayur bening, sayur santan, camilan stik, dan olahan makanan manis seperti puding, kue bolu bahkan bisa juga diolah menjadi minuman.
Mengingat ribuan manfaat yang dimiliki oleh tanaman Kelor, AMF mengajak masyarakat petani PLT Panas Bumi terdampak Muara Laboh untuk mengembangkan tanaman ini. Tepatnya, di rumah penyemaian, telah disemai sejumlah 41 bibit kelor yang dihasilkan dari pohon kelor yang berada di lahan APPT (Area Percontohan Pertanian Terpadu). Kabar baiknya, hingga 21 Januari 2021, saat dilakukan monitoring, bibit kelor sudah tumbuh mencapai 8—18 cm.
Sumber: Krisnadi, A. D. (2015). Moringa Oleifera. Retrieved 2021, from http://kelorina.com/blog/ebook-kelorsuper-nutrisi/