Skip to content

Menggandeng GIZ, AMF melatih Good Agricultural Practices (GAP) pada Petani Kopi di Wanoja dan Bukit Amanah

Anwar Muhammad Foundation “Kami berharap pelatihan ini bisa berlanjut dan dapat menyejahterakan para petani” Ucap Bapak Yoni saat menyampaikan kesan dan pesan terkait pelatihan.

Bersinergi dengan The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan Kementerian Pertanian RI, dalam rangka agenda Sustainability and Value Added in Agricultural Supply Chains in Indonesia (SASCI+) untuk meningkatkan kapasitas petani kopi dalam Good Agricultural Practices (GAP) Budidaya Kopi yang Baik dan Berkelanjutan. Anwar Muhammad Foundation (AMF) sebagai fasilitator penyelenggara Training of Trainers (ToT) kepada para petani kopi di wilayah Kabupaten Bandung selama 10 hari (5-13 Juni 2024). Pelatihan ini dihadiri oleh petani kopi, agronomis PT Indocafco, Penyuluh Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, dan beberapa perwakilan LMDH hadir untuk menimba ilmu, berbagi pengalaman, dan sebagai bakal calon pelatih bagi petani kopi lainnya.

Baca juga: Lokakarya Pendahuluan GIZ-SUPA: Mengembangkan Komoditas Unggulan di Lahan Gambut

Persiapan panjang telah disusun oleh tim AMF demi kesuksesan acara, mulai dari pertemuan dengan stakeholder, pembuatan modul, hingga pelaksana pelatihan. Para peserta juga diberikan modul sebagai panduan materi yang komprehensif yang disusun langsung oleh Iqbal Nurulhaq selaku ahli agronomis.

 

Rangkaian Kegiatan SASCI+

Lokasi kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Kantor Dusun Kamojang dan Kantor BPP Cimaung.  Kegiatan pelatihan terbagi menjadi 2 sesi, penyampaian materi di dalam kelas dan praktik lapangan di kebun kopi. Praktik lapangan adalah kesempatan bagi peserta untuk mengasah kemampuannya dalam GAP budidaya kopi secara langsung. Melalui pendekatan holistik, para petani memperdalam pengetahuannya terkait persiapan dan perencanaan lahan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman kopi serta menjaga kelestarian lingkungan. Peserta juga dilatih untuk membuat alat sederhana yang dapat mendukung aktivitas budidaya kopi seperti pembuatan klinometer sederhana, teknik kalibrasi dalam penggunaan larutan pupuk daun dan pestisida nabati beserta cara pembuatannya, hingga pembuatan Trichoderma sp sebagai agen hayati untuk pengendalian hama/penyakit tanaman. Antusiasme dirasakan para peserta mengingat mereka sangat aktif dalam bertanya, memberi pendapat, hingga bertukar pikiran sehingga materi dapat diserap melalui penyampaian yang interaktif dan partisipatif.

Pelatihan SASCI

Gambar 1. Tim AMF dengan “Modul Pelatihan Praktik Budidaya Kopi yang Baik dan Berkelanjutan di Jawa Barat

“Baru kali ini ada pelatihan yang mengajarkan cara mempersiapkan lahan (mengukur kemiringan dan pembersihan lahan), biasanya hanya pelatihan pembibitan, pemeliharaan, dan pemanenan saja yang sudah sering dilakukan” Ucap Bapak Anda, Petani Kopi Wanoja.

Menariknya, bukan hanya memberi pelatihan satu arah, namun tim AMF serta para ahli pun mendapat insight baru dari pelatihan yang berlangsung. Khususnya para petani kopi dari Koperasi Bukit Amanah memiliki standar kepatuhan yang tinggi dalam pengelolaan pertanian organik karena berada di Kawasan Hutan Lindung milik Perum Perhutani. Namun, pada dasarnya setiap tempat memiliki keunikannya masing-masing dan kebiasaan dalam budidayanya tetapi tujuannya sama untuk mencapai keberlanjutan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan

Baca juga: Pertanian Bernilai Tambah dengan Good Agricultural Practices

Pelatihan GAP Budidaya Kopi yang Baik dan Berkelanjutan ini diintegrasikan dengan gender-sensitive sustainability concepts, bertujuan untuk meninjau bagaimana keseharian perempuan dalam budidaya kopi, serta meningkatkan peran dan kontribusinya. Wiwin Winarni, selaku ahli Gender Equity Social Inclusion (GESI) dalam pelatihan ini membagikan ilmunya bahwa perempuan juga harus dilibatkan, seperti mengatur urusan administrasi dalam aktivitas budidaya kopi, pemanenan, penanaman benih, dan lainnya. Dalam hal kesetaraan gender, pendekatan gender-sensitive mewajibkan perempuan untuk memiliki akses terhadap informasi, kontrol dalam harga jual dan upah pekerja, dan manfaat, baik jangka pendek yakni mendapat upah, maupun jangka panjang yakni rasa bangga atas dirinya sendiri.

Kesan hangat tercipta, koneksi terjalin, dan ilmu bermanfaat didapatkan dari hasil pelatihan ini. Dengan program SASCI+, AMF dan semua pihak terlibat berharap melalui GAP Budidaya Kopi yang Baik dan Berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani kopi. Pengetahuan yang diperoleh peserta juga diharapkan dapat disebarluaskan dan diimplementasikan kepada sesama petani, menciptakan budidaya kopi berkelanjutan di seluruh lapisan petani.

Author