Skip to content

Kupas Tuntas Transformasi Desa

  • by

Desa di Indonesia memiliki karakteristik dan fungsi sebagai hinterland yaitu pemasok kebutuhan bagi kota dan lumbung pangan. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan desa akibat dari rural-urban linkage menyebabkan adanya aliran informasi, teknologi, dan budaya yang menyebabkan fenomena transformasi desa ini terjadi, yaitu sebuah proses perubahan sosial yang komprehensif pada masyarakat pedesaan dengan mendiversifikasi ekonomi mereka menjadi mirip aglomerasi perkotaan yang besar. Demi terciptanya transformasi desa yang berkelanjutan, penerapan SDGs desa berperan penting. SDGs Desa terbagi dalam tiga fokus utama, meliputi pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan Desa, program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa, dan adaptasi kebiasaan baru mengenai Desa Aman Covid-19. Maka dari itu, isu penerapan SDGs dan transformasi di pedesaan menjadi bahasan yang penting diangkat untuk mewujudkan desa yang dinamis serta adaptif.

Merujuk pada latar belakang tersebut, Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota ‘Pangripta Loka’ ITB didukung oleh AMF menggelar Kajian isu strategis bertajuk “Berlanjut  atau Semrawut: Kupas Tuntas Transformasi Desa” pada  Sabtu, 27 Februari 2021. Acara ini dihadiri oleh tiga narasumber, di antaranya Dr. Vivi Yulaswati, M.Sc. selaku Staf Ahli Kementerian PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Kepala Sekretariat Nasional SDGs; Erwin Patrisa Floris, S.T. selaku Head of Community Relations & Affair PT. Supreme Energy; dan Dr. Fikri Zul Fahmi, S.T., M.Sc. selaku dosen PWK ITB Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan. Selain itu, juga menghadirkan dosen PWK ITB, Lanthika Atianta, S.T., M.Sc. sebagai moderator dalam acara ini.

Acara yang berlangsung selama kurang lebih dua jam secara daring ini terbuka untuk seluruh mahasiswa di Indonesia. Pada kesempatan ini, peserta yang hadir mencapai 80 orang dari berbagai universitas dan umum. Hal ini bersesuaian dengan dengan tujuan utama diselenggarakannya acara ini yakni untuk memberikan pemahaman terkait isu transformasi desa di Indonesia secara komprehensif kepada mahasiswa, stakeholder, dan masyarakat umum.

UN-Habitat (2016) menjelaskan bahwa transformasi bukanlah fenomena yang seutuhnya buruk karena ketika pergeseran desa-kota dikelola dengan baik bersamaan dengan industrialisasi dan ruang kota yang direncanakan, hal itu cenderung mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi dan pada akhirnya meningkatkan standar hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.

Definisi terkait dengan transformasi desa disampaikan oleh Pak Fikri, salah satu narasumber dalam acara ini, Beliau menjelaskan bahwa transformasi pedesaan terkait dengan proses yang komprehensif yang menunjukkan perubahan yang signifikan dan dinamis pada tingkat society sebagai suatu indikasi atau didorong oleh diversifikasi ekonomi dan restrukturasi dari mata pencaharian pertanian ke nonpertanian yang kemudian menghasilkan transformasi secara keseluruhan di sektor sosial, fisik, dan lingkungan.

Peran desa selain sebagai penunjang kehidupan kota diharapkan dapat mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh pemerintah. Pernyataan ini diperkuat dalam paparan yang disampaikan oleh Bu Vivi disebutkan bahwa transformasi desa perlu selaras dengan upaya pencapaian SDGs dengan mengupayakan sinkronisasi dan sinergi dari RAN (Rencana Aksi Nasional) dan RAD (rencana Aksi Daerah).

Dalam kerangka SDGs, sektor industri juga memberikan andilnya dalam kesusksesan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pak Erwin perwakilan dari industri Panas Bumi, PT. Supreme Energy menyampaikan dalam pemaparannya bahwa peran industri panas bumi sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan  terutama di wilayah potensi panas bumi yang umumnya berada di daerah terpencil bahkan daerah tertinggal. Hal ini merujuk pada pembangunan desa dari segi ekonomi.

Apakah berlanjut atau semrawut? Pada akhir sesi, ketiga narasumber memberikan pemahamannya terkait keberlanjutan transformasi desa. Dari sudut pandang akademisi, Pak Fikri menerangkan bahwa transformasi merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tidak dapat dihindari, tapi dapat dimanfaatkan berbekal ilmu pengetahuan yang berkembang untuk meng-improve sistem ekonomi masyarakat pedesaan secara keseluruhan sehingga para akademisi berperan untuk melihat keterkaitan antarkomponen di dalam suatu desa. Dari sektor swasta, transformasi desa tentu diharapkan dapat berlanjut dan bisa memunculkan petani-petani mandiri yang didukung oleh sektor pemerintah, akademisi, maupun pihak swasta sehingga masing-masing desa dapat menjadi desa yang mandiri. Dari sudut pandang pemerintah, transformasi desa perlu diwujudkan dan dilanjutkan menuju Indonesia maju.

Author