Skip to content

Covid-19, Faktor Pendorong Pemikiran Transportasi Masa Depan

Anwar Muhammad Foundation – Kehadiran pandemi covid-19 memberikan pembelajaran berharga bagi manusia. Menjaga kebersihan merupakan salah satu hikmah terbesar yang bisa kita dapatkan. Pandemi juga menyadarkan kita betapa kehadiran orang tersayang sangatlah penting. Pandemi covid-19 juga menjadi momen bagi pegiat sektor transportasi untuk berinovasi, mengingat pandemi memberikan dampak besar pada bidang ini.

Urbanisasi, Kemacetan, Hingga Kerugian Ekonomi

Pembicara pertama RUBRIK (Ruang Bincang Isu Keplanologian) HMP PL ITB Komisariat dan Anwar Muhammad Foundation (AMF) berasal dari sektor pemerintah. Sosok tersebut adalah Dr. Budi Hidayat, Perencana Ahli Utama di Kedeputian Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas. Dr. Budi menjelaskan bahwa urbanisasi terus meningkat. Pada 2045, diperkirakan sebanyak 73% penduduk Indonesia (319 juta jiwa) akan tinggal di perkotaan. Saat ini, sudah sebanyak 53% penduduk Indonesia memilih melakukan urbanisasi.

Urbanisasi berdampak pada fenomena teridentifikasinya Kota Jakarta, Surabaya, hingga Bandung sebagai beberapa di antara kota termacet di Asia. Kemacetan ini disinyalir akan berdampak buruk bagi sektor ekonomi. Kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta diestimasikan sebesar Rp 65 triliun/tahun. Pada 5 wilayah metropolitan (Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, dan Makassar), kerugian diperkirakan mencapai Rp 12 triliun tiap tahunnya.

Fenomena beberapa kota di Indonesia mengalami masalah kemacetan kemudian direspon dengan berbagai upaya pembangunan nasional. Salah satunya berupa penyediaan Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020-2024. Dalam kerangka pembangunan tersebut, sektor transportasi perkotaan termasuk dalam salah satu infrastruktur yang mendapat perhatian lebih.

Baca Juga : Wrap Up Webinar HMP x AMF tentang Transportasi Berkelanjutan

Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Menghadapi Tantangan Selama Pandemi Covid-19

Infrastruktur perkotaan yang notabene terkait dengan sistem transportasi akan didukung oleh Program Pembangunan Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan. Hal ini dapat dilihat pada salah satu ilustrasi yang terdapat dalam paparan Dr. Budi. Program ini diimplementasikan di 6 wilayah metropolitan yang memiliki isu kemacetan tinggi, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, dan Makassar.

(Sumber foto : Paparan Dr. Budi Hidayat)

Program pembangunan ini kemudian juga dihadapkan pada tantangan masa pandemi COVID-19. Pembatasan mobilitas yang diterapkan pemerintah untuk menekan penyebaran COVID-19 berdampak pada sektor transportasi di Indonesial, termasuk proses pengembangannya.

Dalam pemaparannya, Dr. Budi menyatakan bahwa sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar -15,04%. Nilai tambah dari Subsektor Angkutan Udara dan Angkutan Kereta Api pada tahun 2020 hanya sekitar setengah dari tahun 2019. Akibat pandemi covid-19, terjadi penurunan signifikan pada penumpang angkutan umum massal perkotaan, kereta api, dan pesawat terbang.

Baca Juga : Energi dan Covid-19: Bagaimanakah Hubungan Antara Keduanya?

Sisi Lain: Pandemi Covid-19 Menjadi Pendorong Pembangunan Sektor Transportasi

Dengan berbagai rencana dan tantangan pembangunan sektor transportasi, terdapat pendekatan yang dapat dilakukan guna merespon disrupsi pandemi ini. Salah satunya adalah perencanaan untuk menyediakan opsi pergeseran moda yang dapat mengurangi porsi kendaraan pribadi. Selain itu, kebijakan dalam mengatasi pemisahan fisik dan aktivitas dengan mengurangi jarak transportasi juga bisa dilakukan.

Upaya mewujudkan pengembangan sektor transportasi harus dilengkapi dengan inovasi dan litbang dalam isu teknologi untuk meningkatkan inovasi dan efisiensi transportasi. Pada akhirnya, segala usaha ini akan menciptakan manfaat besar dalam penggunaan transportasi. Penghematan waktu perjalanan dan percepatan waktu pergerakan akibat penyediaan multi-moda yang memadai pun bisa diwujudkan.

Author