Anwar Muhammad Foundation – Dunia sedang mengalami peristiwa pemutihan karang global ke-4. Data NOAA/ICRI menunjukkan bahwa hingga 30 Maret 2025, 84% area terumbu karang dunia telah terpapar panas laut pada tingkat yang memicu pemutihan; pembaruan per 10 Agustus 2025 mencatat angka 83,9%. Artinya, sebagian besar terumbu—dari Karibia, Pasifik, Hindia hingga Australia—mengalami stres panas yang berpotensi mematikan jika berkepanjangan.
Fakta Terbaru yang Perlu Anda Tahu
Sumber: forest digest
Pemutihan (bleaching) terjadi ketika karang mengusir alga zooxanthellae akibat stres (terutama kenaikan suhu laut), sehingga tampak putih. Jika stres reda dengan cepat, karang dapat pulih; jika tidak, kematian massal dapat terjadi. Pada 15 April 2024, NOAA menegaskan dunia memasuki global mass bleaching event; periode 2023–2025 tercatat sebagai yang paling luas dalam sejarah pengamatan modern.
Skala dampaknya luar biasa. Terumbu menutupi <1% dasar laut tetapi menopang ≥25% spesies laut dan menjadi penyangga ekonomi–sosial: >500 juta orang bergantung langsung pada terumbu untuk pangan, pendapatan, dan perlindungan pesisir. Nilai jasa ekosistemnya diperkirakan triliunan dolar per tahun dari pariwisata, perikanan, hingga perlindungan pantai.
Contoh lapangan menegaskan tren global ini. Survei udara 2024 di Great Barrier Reef (GBR) mencatat 79% dari 1000-an terumbu yang disurvei menunjukkan pemutihan, dengan 49% berada pada tingkat tinggi–ekstrem. Musim panas 2024/25 di Australia Barat memecahkan rekor gelombang panas laut; di beberapa lokasi, kehilangan karang mencapai >90%.
Mengapa 84% Terumbu Terpapar? Dua Penggerak Utama
1) Pemanasan Laut yang Ekstrem (penggerak global)
Sumber: mongabay
Gelombang panas laut yang berulang dan makin intens adalah penyebab utama. NOAA menggunakan metrik Degree Heating Weeks (DHW) untuk mengukur akumulasi panas: ≥4°C-minggu biasanya memicu pemutihan skala terumbu, ≥8°C-minggu sering berujung pada kematian signifikan; level yang lebih tinggi (≥12–16°C-minggu) terkait mortalitas multi-spesies. Dalam peristiwa 2023–2025, banyak lokasi melampaui ambang ini selama berminggu-minggu. Fenomena El Niño dapat memperkuat anomali suhu, tetapi tren pemanasan jangka panjang akibat emisi gas rumah kaca membuat dasar laut semakin panas sehingga karang kehilangan “jeda pemulihan” antarmusim.
2) Polusi & Tekanan Lokal (pengganda risiko)
Sumber: 4ocean
Di banyak pesisir tropis—termasuk Asia Tenggara—limpasan nutrien (nitrogen/fosfor dari pertanian, limbah domestik), sedimentasi (erosi lahan, pembangunan pesisir), dan sampah plastik memperburuk kerentanan karang terhadap panas. Enrichment nutrien meningkatkan risiko pemutihan dan penyakit; sedimen mengurangi cahaya dan mengiritasi jaringan karang, menurunkan keberhasilan rekrutmen; kontak plastik pada karang meningkatkan risiko penyakit hingga ~89% dalam studi multi-negara Asia-Pasifik. Tekanan ini saling memperkuat: karang yang sudah stres panas menjadi lebih mudah sakit dan mati.
Dampak Ekologis & Sosial–Ekonomi
Sumber: kompas com
Ketika pemutihan berulang sebelum pulih, struktur terumbu runtuh. Hilangnya karang pembangun mengurangi kompleksitas habitat, menurunkan keanekaragaman ikan karang, dan pada akhirnya menggerus ketahanan pangan masyarakat pesisir. Terumbu juga meredam energi gelombang dan melindungi pantai dari badai; degradasi terumbu meningkatkan risiko banjir pesisir dan kerugian ekonomi. Pada skala global, penurunan tutupan karang telah terdokumentasi—dan peristiwa 2023–2025 mempercepat tren itu di banyak wilayah yang sebelumnya dianggap “tahan panas”.
Baca Juga : Serangan Buaya di Indonesia Meningkat pada Tahun 2025
Solusi: Dari Skala Global hingga Tapak Lokal
A. Kurangi Emisi, Batasi Pemanasan
Sumber: freepik
Tidak ada substitusi untuk dekarbonisasi cepat. Menjaga pemanasan global mendekati 1,5°C adalah syarat untuk mengurangi frekuensi dan durasi gelombang panas laut. Kebijakan energi bersih, efisiensi, dan penghentian batubara adalah intervensi hulu yang paling menentukan nasib terumbu abad ini.
B. Lindungi & Pulihkan Terumbu yang Masih Sehat
Sumber: laut sehat id
Perluasan dan penegakan kawasan konservasi laut (MPA), pengurangan penangkapan berlebih, serta tata kelola pariwisata yang hati-hati memberi ruang bagi terumbu untuk pulih di antara kejadian panas. Upaya restorasi—kebun karang, transplantasi fragmen, seleksi bibit lebih tahan panas—dapat mengisi kesenjangan lokal, meski tidak akan berhasil tanpa pengendalian panas global.
C. Tekan Polusi dari Darat
Sumber: mypangandaran
Perbaiki pengolahan air limbah, terapkan pertanian ramah nutrien (buffer riparian, pupuk presisi), dan kendalikan erosi/sedimentasi melalui tata ruang pesisir yang ketat. Pengurangan sampah plastik—terutama sekali pakai—dibuktikan menurunkan beban penyakit pada karang.
D. Sistem Peringatan Dini & Manajemen Berbasis Data
Sumber: NOAA Coral Reef Watch
Manfaatkan NOAA Coral Reef Watch dan prakiraan Bleaching Outlook untuk merencanakan penutupan sementara lokasi selam, membatasi kegiatan yang menambah stres (mis. pemancingan tertentu), atau menggeser jadwal restorasi. Pengukuran DHW dan pemantauan suhu berbasis satelit–in situ membantu pengambil kebijakan bertindak sebelum ambang kritis terlampaui.
E. Aksi Warga & Industri
Sumber: rakyat merdeka
Kurangi jejak karbon pribadi (hemat energi, transportasi rendah emisi), dukung produk/perusahaan yang meminimalkan nutrien & plastik ke laut, dan pilih operator wisata yang bersertifikat praktik baik. Komunitas selam dapat berperan penting dalam citizen science (pelaporan pemutihan) dan kode etik pemanduan di lokasi rentan.
Kesimpulan
Angka 84% bukan sekadar statistik; ia menggambarkan skala krisis. Tanpa pengurangan emisi yang ambisius, frekuensi kejadian seperti 2023–2025 akan membuat banyak terumbu kehilangan kesempatan pulih. Namun, di tempat yang mengendalikan polusi lokal dan memberi ruang lindung, karang masih menunjukkan ketahanan. Menggabungkan aksi iklim, perlindungan ekosistem, dan manajemen berbasis sains adalah jalan paling realistis untuk memastikan terumbu—dan jutaan manusia yang bergantung padanya—tetap memiliki masa depan.
Referensi·
ICRI (2025). 4th Global Bleaching Event update: 84% area terumbu terpapar panas pemicu pemutihan (1 Jan 2023–30 Mar 2025). https://icriforum.org/4gbe-2025/
NOAA Coral Reef Watch (2025). Global Bleaching Status Update: 83,9% per 10 Agustus 2025; konfirmasi peristiwa global 15 April 2024. https://coralreefwatch.noaa.gov/satellite/research/coral_bleaching_report.php ; https://www.noaa.gov/news-release/noaa-confirms-4th-global-coral-bleaching-event
NOAA (2024–2025). Definisi pemutihan & ambang DHW: ≥4°C-minggu (pemutihan luas), ≥8°C-minggu (kematian signifikan), level tambahan ≥12–16°C-minggu. https://oceanservice.noaa.gov/facts/coral_bleach.html ; https://coralreefwatch.noaa.gov/product/5km/index_5km_dhw.php
AIMS (2024). Aerial surveys GBR 2024: 79% terumbu disurvei mengalami pemutihan; 49% tinggi–ekstrem. https://www.aims.gov.au/sites/default/files/2024-04/FINAL-Aerial%20Bleaching%20GBR2024Report_AIMS_Final_15Apr2024.pdf
The Guardian (2025). Gelombang panas laut Australia Barat 2024/25 & kerusakan luas; konteks peristiwa global. https://www.theguardian.com/environment/2025/aug/14/how-a-marine-heatwave-is-threatening-australias-spectacular-coral-reefs
GCRMN/UNEP (2020). Status global terumbu: menutupi 0,2–1% dasar laut, menopang ≥25% spesies; nilai jasa ekosistem hingga US$2,7 triliun/tahun. https://gcrmn.net/2020-report/
NOAA Education (2025). >500 juta orang bergantung langsung; ±1 miliar orang mendapat manfaat langsung/tidak langsung. https://www.noaa.gov/education/resource-collections/marine-life/coral-reef-ecosystems
Wiedenmann et al., 2013 (Nat Clim Chang). Enrichment nutrien meningkatkan kerentanan karang terhadap pemutihan. https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-031-10127-4_4 (ringkasan sitasi)
Science (2018) via Wired/Axios ringkas). Plastik meningkatkan risiko penyakit pada karang hingga ~89%. https://www.wired.com/story/plastic-thrown-in-the-sea-is-causing-disease-in-coral-reefs ; https://www.axios.com/2018/01/25/plastic-pollution-1516816986
ScienceDirect (2025). Dampak sedimentasi halus pada kesehatan karang & rekrutmen. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0025326X25009555
NOAA CRW (Outlook). Prakiraan pemutihan 4 bulan untuk manajemen dini. https://coralreefwatch.noaa.gov/satellite/bleachingoutlook_cfs/outlook_cfs.php