Anwar Muhammad Foundation – Padi merupakan sumber utama pangan bagi masyarakat Indonesia dan menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan perubahan iklim yang tidak menentu, peningkatan produktivitas padi menjadi suatu keharusan untuk menjamin kecukupan pangan dan kesejahteraan petani. Namun, upaya meningkatkan hasil panen tidak dapat semata-mata mengandalkan input kimia seperti pupuk dan pestisida, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan ketergantungan yang merugikan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, masyarakat kini mulai mengadopsi berbagai pendekatan pengelolaan sumber daya alam, baik melalui pertanian terpadu berbasis sawah yang menggabungkan pengelolaan tanaman dan hewan, maupun penerapan teknologi pertanian berkelanjutan. Pendekatan-pendekatan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem pertanian dan kualitas lingkungan hidup.
Kondisi Produktivitas Padi di Indonesia
Sumber: CNBC Indonesia
Meskipun secara total produksi padi tahun 2024 diperkirakan sedikit menurun dibanding 2023, produksi nasional tetap stabil di atas 50 juta ton GKG (Gabah Kering Giling). Pada paruh kedua tahun 2024, produksi bahkan menunjukkan tren peningkatan, khususnya pada periode Mei–Agustus dan September–Desember. Kondisi ini mencerminkan daya tahan sektor pertanian Indonesia dalam menghadapi tantangan iklim. Padi tetap menjadi sumber pangan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dengan laju konsumsi yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi. Secara rata-rata, produktivitas padi nasional berada pada kisaran 5–6 ton per hektar per musim tanam, meskipun terdapat variasi antarwilayah akibat perbedaan kondisi lahan, iklim, dan teknik budidaya. Selain fokus pada peningkatan hasil, upaya produktivitas kini juga diarahkan pada peningkatan kualitas panen dan keberlanjutan lingkungan melalui penggunaan varietas unggul, pengelolaan sumber daya alam yang efisien, serta pengurangan penggunaan bahan kimia.
Peran Masyarakat dalam Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati
Sumber: Media Indonesia
Peran aktif masyarakat petani sangat menentukan keberhasilan dalam pengelolaan lahan padi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Masyarakat petani tidak hanya sebagai pelaksana teknik budidaya, tetapi juga sebagai penggerak inovasi dan adaptasi lokal yang relevan dengan kondisi geografis dan ekosistem sekitar sawah. Dalam menghadapi berbagai tantangan, petani secara kreatif memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada, misalnya dengan mengintegrasikan budidaya ikan dan bebek di sawah, menerapkan sistem tumpangsari yang menggabungkan padi dengan tanaman kacang-kacangan, serta mengelola jerami padi sebagai pupuk organik alami. Praktik-praktik ini menunjukkan bagaimana petani memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, meningkatkan kesuburan tanah, mengendalikan hama secara alami, dan meminimalkan penggunaan bahan kimia. Selain itu, melalui kelompok tani dan kegiatan penyuluhan, pengetahuan dan pengalaman tersebut terus berkembang dan disebarluaskan sehingga konsep pertanian berkelanjutan semakin mengakar di masyarakat.
Pendekatan dengan Hewan
1. Rice–Fish System (Sistem Mina Padi)
Sumber: Agri Farming
Petani Indonesia memelihara ikan kecil seperti ikan mas atau ikan tawes (loach) di sawah bersamaan dengan padi. Ikan-ikan ini memakan serangga dan gulma yang dapat merusak padi, sehingga penggunaan pestisida bisa dikurangi. Kotoran ikan juga berfungsi sebagai pupuk organik alami yang memperbaiki kesuburan tanah. Pendekatan ini memberikan hasil ganda berupa beras dan ikan yang meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga ekosistem sawah.
2. Rice–Duck System (Sistem Sawah–Bebek)
Sumber: ficco
Bebek dilepas di sawah untuk memakan hama seperti keong, serangga, dan gulma. Bebek yang mengacak lumpur membantu aerasi tanah, sedangkan kotoran bebek menjadi pupuk organik alami. Dengan demikian, ketergantungan pada pestisida dan pupuk kimia dapat dikurangi, menghasilkan produksi padi yang sehat dan ramah lingkungan.
Pendekatan dengan Tumbuhan
1. Intercropping (Tumpangsari)
Sumber: harian jogja
Padi ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti kacang-kacangan. Kacang-kacangan memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen dari udara sehingga memperbaiki kesuburan tanah. Sistem tumpangsari ini memperbaiki keseimbangan nutrisi tanah dan meningkatkan hasil panen secara keseluruhan.
2. Pengelolaan Jerami Padi
Sumber: newsbytes
Pengelolaan jerami padi dapat dilakukan dengan dibakar untuk menghasilkan abu sekam sebagai pupuk, atau diolah kembali ke tanah sebagai pupuk organik maupun dijadikan pakan ternak. Kedua cara ini tetap mendukung kesuburan tanah dan keberlanjutan lingkungan sawah, meski pengolahan tanpa pembakaran juga mengurangi polusi udara.
3. Agroforestri (Sawah + Pohon di Sekitar)
Sumber: kompasiana
Sawah dikelilingi oleh tanaman bambu atau pohon buah yang berfungsi menahan erosi dan menjaga kelembapan tanah. Selain itu, agroforestri menambah sumber pangan dan pendapatan bagi petani, serta membantu menjaga keseimbangan ekologis kawasan pertanian.
Kesimpulan
Upaya masyarakat dalam meningkatkan produktivitas padi di Indonesia sangat berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Melalui penerapan teknik pertanian berkelanjutan seperti integrasi budidaya padi dengan ikan dan bebek, sistem tumpangsari, pengelolaan jerami padi sebagai pupuk organik, serta agroforestri di sekitar sawah, masyarakat mampu meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Pendekatan ini mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia yang merusak, serta memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Selain itu, peran aktif komunitas petani dalam berbagi pengetahuan dan inovasi lokal semakin memperkuat keberlanjutan produksi padi yang sehat dan ramah lingkungan untuk masa depan pangan Indonesia.
Referensi
Wahyudi, S. (2025). Budidaya padi terpadu dan pengelolaan jerami sebagai sumber pupuk organik. Jurnal Agribisnis Berkelanjutan, 5(2), 113-120.
Setiawan, M. (2024). Sistem Terpadu Padi dan Bebek Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Agroforestri, 12(1), 50-58.
Nugroho, Y., & Simanjuntak, Y. (2023). Pemanfaatan Tumpangsari dalam Budidaya Padi. Jurnal Sains dan Teknologi Pertanian, 42(3), 215-223.
Putra, R. (2023). Sistem Rice-Fish sebagai Inovasi Produktivitas Padi. Agroekologi Indonesia.
Kementerian Pertanian. (2023). Strategi peningkatan produksi padi di Indonesia.
Fauzi, A. et al. (2024). Eco Intensif Agroforestri Bambu-Padi Gogo Untuk Perbaikan Tata Lahan Sawah. Universitas Gadjah Mada.