Skip to content

Menurunnya Populasi Satwa Liar

Anwar Muhammad Foundation – Dunia telah menghadapi krisis penurunan populasi satwa liar sejak beberapa dekade terakhir. Menurut Living Planet Index yang dirilis oleh WWF pada tahun 2024, diperkirakan populasi satwa liar global telah mengalami penyusutan hingga 73% sejak 1970, terutama di wilayah Amerika Latin dengan penyusutan hingga 90%. Hal ini Disebabkan oleh degradasi ekosistem dan kehilangan habitat yang terjadi secara terus menerus, tekanan perubahan iklim akibat kenaikan suhu global, serta eksploitasi berlebihan akibat perburuan dan pembalakan liar.

Penurunan Populasi Satwa Liar Global Berdasarkan Wilayah
(Living Planet Index, 2024)

WilayahPersentase Penurunan Populasi (1970 – 2020)Spesies Terancam
Global73%
  • Harimau (Panthera tigris)
  • Gajah Asia (Elephas maximus)
  • Gajah Semak Afrika (Loxodonta africana)
  • Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
  • Orang utan Sumatra(Pongo abelii)
Amerika Latin94%
  • Jaguar (Panthera onca)
  • Tapir brasil (Tapirus terrestris (Amerika Selatan)
  • Burung Hummingbird (Famili Trochilidae)
Afrika76%
  • Badak Hitam (Diceros bicornis)
  • Jerapah (Giraffa camelopardalis)
  • Singa (Panthera leo)
Asia dan Pasifik60%
  • Panda (Ailuropoda melanoleuca)
  • Komodo (Varanus komodoensis)
  • Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
  • Orang utan Sumatra(Pongo abelii)
Eropa dan Amerika Utara24%
  • Beruang Kutub (Ursus maritimus)
  • Serigala (Canis lupus)

Dampak penurunan populasi satwa liar tentunya juga terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan rumah dari 12% spesies mamalia, 16% spesies herpetofauna (reptil dan amfibi), 17% spesies burung, 10% spesies tumbuhan berbunga dan 25% spesies dari seluruh dunia (Puspitasari et al, 2021). Kelimpahan dan keanekaragaman satwa liar di Indonesia menghadapi ancaman yang disebabkan oleh 2 hal, yaitu kehancuran dan kehilangan habitat, serta Perburuan dan Perdagangan liar. Sejak tahun 1950-an, Indonesia dilaporkan mengalami penurunan luas hutan dari 162 juta hektar menjadi 138 juta hektar hingga 2024. Selain hal tersebut, menurut laporan Wildlife Crime Unit (WCU) selama 2012-2014, sekitar 80% perdagangan satwa yang terjadi di Indonesia berasal dari perburuan liar di alam.

Sebagai contoh, spesies penting di Indonesia yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) hanya tersisa sekitar 600 ekor di alam. Selain itu, Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) mengalami penurunan populasi hingga 50% sejak 50 tahun terakhir. Kondisi ini diperparah oleh hilangnya 3 juta hektar hutan per tahun, yang sekaligus mempercepat kepunahan spesies endemik.

Contoh Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Estimasi Populasi saat Ini

Nama UmumStatus Konservasi (IUCN)Estimasi PopulasiPersebaran di Indonesia
Harimau Sumatra

(Panthera tigris sumatrae)

Kritis (Critically Endangered/ CR)± 600 individuTaman Nasional Kerinci Seblat, Taman Bukit Barisan Selatan, dan Taman Gunung Leuser
Orangutan Kalimantan

(Pongo pygmaeus)

Kritis (Critically Endangered/CR)± 55.000 individuTerutama di Kalimantan Tengah dan Timur
Badak Sumatra

(Dicerorhinus sumatrensis)

Kritis (Critically Endangered/CR)± 80 individuPersebaran utama di Pulau Sumatra (Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan), serta sebagian kecil di Kalimantan Utara
Gajah Sumatra

(Elephas maximus sumatranus

Kritis (Critically Endangered/CR)± 40.000 individuAceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung
Komodo

(Varanus komodoensis)

Rentan (Vulnerable/VU)± 3.000 individuNusa Tenggara Timur: Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang

 

Upaya Perlindungan Satwa Liar

1. Pembentukan dan Penguatan Fungsi Kawasan Lindung dan Konservasi

Penurunan populasi satwa liar

Sumber: TIMES Indonesia

Kawasan lindung dan kawasan konservasi di Indonesia terdiri atas Kawasan Suaka Alam (seperti cagar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelindungan Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam), serta Kawasan Hutan Lindung. Pembentukan dan penguatan fungsi kawasan lindung dan Kawasan Konservasi merupakan salah satu langkah krusial dalam upaya konservasi satwa liar.

Pengembalian fungsi kawasan akan memperkuat aspek pengelolaan dan pelindungan setiap spesies yang berhabitat di dalamnya. Selain itu, siklus dan rantai biologis yang saling berkaitan antara setiap element ekosistem akan terjaga dengan baik,memastikan kebutuhan biologis yang dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik.

Penetapan kawasan tersebut dapat membatasi interaksi langsung aktivitas manusia dengan alam, meminimalisir gangguan yang terjadi di ekosistem serta menjaga kondisi bentang alam dan ekosistem. Misalnya, taman nasional yang dikelola dengan baik tidak hanya melindungi flora dan fauna, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati keindahan alam tanpa merusak lingkungan.

Baca Juga : Hutan Adat, Harapan Kita

2. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Penurunan populasi satwa liar

Sumber: Animal Welfare Indonesia

Edukasi dan kesadaran masyarakat adalah kunci dalam upaya konservasi yang efektif. Melalui kampanye edukasi, masyarakat dapat diberikan pemahaman tentang pentingnya melindungi satwa liar dan habitatnya. Kegiatan seperti seminar, lokakarya, dan program sekolah dapat meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari perburuan liar dan kerusakan habitat. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam program konservasi, mereka akan merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar.

3. Penegakan Hukum

Penurunan populasi satwa liar

Sumber: media indonesia

Penegakan hukum yang tegas sangat penting dalam melindungi satwa liar dari ancaman perburuan ilegal dan perdagangan satwa. Pemerintah perlu memperkuat undang-undang perlindungan satwa liar dan habitatnya, serta memastikan bahwa pelanggaran terhadap hukum tersebut mendapatkan sanksi yang sesuai. Dengan adanya penegakan hukum yang efektif, pelaku kejahatan lingkungan akan merasa tertekan dan takut untuk melakukan tindakan ilegal. Selain itu, pelibatan masyarakat dalam melaporkan aktivitas ilegal juga dapat meningkatkan efektivitas penegakan hukum.

Kisah Sukses Konservasi – Konservasi Badak Sumatra

Penurunan populasi satwa liar

Sumber: forest digest

Salah satunya adalah konservasi Badak Sumatra. Salah satu spesies paling terancam di dunia, dengan populasi yang sangat kecil. Namun, proyek pemulihan yang dilakukan di Sumatra, Indonesia, menunjukkan harapan. Melalui upaya konservasi yang terkoordinasi, termasuk perlindungan habitat, pengawasan terhadap perburuan, dan program pembiakan di penangkaran, populasi badak Sumatra mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada tahun 2019, dua badak Sumatra berhasil dilahirkan di penangkaran, yang merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan jumlah mereka. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat lokal telah membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi badak Sumatra untuk berkembang.

Konservasi Laut Desa Birawan – Konservasi Berbasis Masyarakat

Mengutip dari artikel Mongabay, Desa Birawan, Larantuka, Flores Timur (NTT) merupakan desa yang berada di pesisir laut dan menjadi perbincangan karena menjadi desa yang telah menerapkan Peraturan Desa terkait Konservasi Laut yang terdapat pada Perdes No.9/2017 tentang perlindungan pesisir dan laut. Upaya konservasi karang diawali dari kesadaran masyarakat atas berkurangnya hasil tangkapan ikan di perairan laut depan desa mereka.

Upaya konservasi laut dimulai dengan pelaksanaan restorasi karang dengan dana desa sebesar 48 juta rupiah. Dana ini digunakan untuk membuat 40 tiang transplansi karang yang dipasangkan pada 10 meja. Selain hal tersebut, Desa juga menginisiasi pembentukan Kelompok Restorasi Ekosistem Terumbu Karang dan Konservasi Penyu beranggotakan 7 orang. Operasional kelompok juga disertai dengan perlengkapan snorkeling yang dibiayai dengan dana desa.

Dalam menunjang upaya konservasi laut, penguatan regulasi di tingkat desa juga telah dilakukan. Pihak desa awalnya ingin mengembangkan potensi wisata bahari, namun terkendala oleh banyaknya terumbu karang yang telah rusak. Oleh karena itu, inisiasi pembuatan Perdes dilakukan. Selain tersebut, juga diskusi dan penggalian kembali kearifan lokal pada tingkat desa juga diadakan. Diskusi ini dihadiri oleh Dinas Perikanan Flores Timur, LSM Misool Baseftin, pihak gereja dan masyarakat. Berbagai regulasi dibentuk, mulai dari pembagian peran kepada setiap suku, penetapan sanksi adat, pelarangan penggunaan racun atau tuba, hingga pembagian hasil tangkapan atas komunitas yang dilarang seperti penyu telah disusun dan diterapkan di skala desa.

Manusia Memiliki Peran Penting Dalam Melindungi Satwa Liar dan Keanekaragaman Hayati di Bumi

Sumber: newsbytes

Setiap individu dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya konservasi, baik melalui tindakan kecil sehari-hari maupun dukungan terhadap inisiatif yang lebih besar. Melindungi satwa liar bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi non-pemerintah; ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari komunitas global. Ketika menyadari dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan, dapat membuat pilihan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan.

 

 

Referensi

WWF (World Wildlife Fund). Catastrophic 73% decline in the average size of global wildlife populations in just 50 years reveals a ‘system in peril’.

Living Planet Index. (2024). Laporan Penurunan Populasi Satwa Liar Global.

Puspitasari, P., Herdiansyah, H., & Asteria, D. (2021). Protecting biodiversity: The importance of understanding the role of government and society in human-urban wildlife interaction in Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 819(1), 012046. https://doi.org/10.1088/1755-1315/819/1/012046

Global Forest Watch, 2023.

IUCN (International Union for Conservation of Nature).

WWF Indonesia. (2022). Sumatran Rhino: Conservation Efforts and Success Stories.

Rosary, E, D. 2018. Ini Cerita Sukses Konservasi Laut Desa Birawan. Mongabay. Diakses pada 8 Juli 2025. URL : https://mongabay.co.id/2018/12/16/ini-cerita-sukses-konservasi-laut-desa-birawan/.

Maulina, D., Irawati, M. H., Rochman, F., & Syamsuri, I. (2016). Kajian kerusakan lingkungan terhadap penurunan populasi satwa lindung Elepas maximus sumantresis di Provinsi Lampung. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, 4(2).

Author