Skip to content

Dampak Perubahan Pola Hujan di Indonesia, Apa Saja?

Anwar Muhammad Foundation – Perubahan pola hujan di Indonesia merupakan salah satu fenomena yang semakin nyata akibat dampak perubahan iklim global. Negara ini, yang memiliki karakteristik iklim tropis, sangat bergantung pada kestabilan pola curah hujan untuk menunjang berbagai sektor, seperti pertanian, air bersih, serta ekosistem alam. Namun, beberapa dekade terakhir, terjadi ketidakteraturan pola hujan, mulai dari pergeseran musim hujan dan kemarau, perubahan intensitas hujan, hingga peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan.

Menurut data BMKG, musim hujan di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan berlangsung hingga sekitar akhir Maret, dengan beberapa daerah masih mengalami hujan hingga April atau awal Mei 2025. Puncak musim hujan tahun ini umumnya terjadi pada Januari hingga Februari. Selama periode ini, sekitar 67% wilayah Indonesia diperkirakan menerima curah hujan tahunan di atas 2.500 mm, terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dengan kondisi curah hujan secara umum dalam kategori normal hingga atas normal.

Pola Curah Hujan yang Berubah Berkontribusi pada Berbagai Permasalahan Besar di Indonesia.

Sumber: banten pos

Musim hujan yang datang lebih awal atau lebih lambat dari biasanya dapat menyebabkan gagal tanam dan panen, menurunnya produktivitas pertanian, serta gangguan terhadap ketahanan pangan dan perekonomian masyarakat. Di sisi lain, intensitas hujan yang semakin ekstrem turut meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur. Sementara itu, di wilayah yang mengalami kekurangan curah hujan, ancaman kekeringan, krisis air bersih, serta penurunan cadangan air tanah menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan lingkungan.

Berikut adalah tabel statistik prediksi dan analisis curah hujan serta musim hujan di Indonesia tahun 2025 berdasarkan data BMKG.

PeriodeCurah HujanWilayah dengan Hujan Tinggi (>150 mm/dasarian atau >300 mm/bulan)Keterangan/Prediksi Lain
Januari II – Februari ICurah hujan rendah-menengah (20-150 mm/dasarian)Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dll.Puncak hujan kategori tinggi-sangat tinggi di beberapa wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua
Februari II – Maret ICurah hujan rendah-menengah (10-150 mm/dasarian)Sebagian kecil Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTT, Maluku, Papua TengahCurah hujan kategori tinggi tersebar di wilayah-wilayah kecil
April II – Mei ICurah hujan rendah-menengah (10-150 mm/dasarian)Sebagian kecil Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, PapuaCurah hujan dengan sifat bawah normal hingga normal umumnya
Juni ICurah hujan bervariasi (rendah 37%, menengah 56%, tinggi-sangat tinggi 8%)Sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi, Maluku, Papua19% wilayah sudah memasuki musim kemarau
Juni II – Juli ICurah hujan rendah-menengah (0-150 mm/dasarian)Wilayah-wilayah tertentu diprediksi hujan kategori tinggi-sangat tinggiMusim kemarau mulai meluas, hujan masih ada di sebagian wilayah
Tahun 2025 (tahunan)Umumnya normal dengan beberapa wilayah >2500 mm/tahun curah hujanAceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, PapuaKondisi normal-atas normal, potensi mendukung ketahanan pangan dan risiko banjir

Beberapa Dampak Perubahan Pola Hujan di Indonesia, antara lain sebagai berikut;

1. Peningkatan Risiko Banjir dan Tanah Longsor

perubahan pola hujan

Sumber: sidoarjo

  • Pola curah hujan yang tidak menentu, terutama intensitas hujan lebat dalam waktu singkat, meningkatkan risiko banjir di daerah perkotaan maupun pedesaan.
  • Banjir sering menimbulkan kerusakan infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi, serta menyebabkan korban jiwa dan kerugian materiil.
  • Erosi tanah akibat curah hujan tinggi dan kontinyu juga memicu tanah longsor, terutama di daerah pegunungan dan lereng

2. Kekeringan dan Krisis Air Bersih

perubahan pola hujan

Sumber: liputan6 com

  • Di sisi lain, curah hujan yang berkurang atau musim kemarau yang panjang menyebabkan kekeringan, berkurangnya persediaan air tanah, hingga krisis air bersih di berbagai wilayah.
  • Kekeringan mengganggu pasokan air untuk rumah tangga, pertanian, dan industri, memicu gagal panen serta menurunkan produktivitas pertanian

 

3. Gangguan terhadap Sektor Pertanian

perubahan pola hujan

Sumber: lingkar co

  • Ketidakpastian musim hujan membuat pola tanam sulit diprediksi, menyebabkan gagal tanam dan gagal panen.
  • Curah hujan ekstrem mengakibatkan lahan pertanian tergenang air, akar tanaman membusuk, serta gangguan suplai sinar matahari yang mengurangi kualitas hasil pertanian.
  • Pada musim kemarau yang panjang, ketersediaan air irigasi menurun sehingga petani menghadapi risiko panen yang lebih rendah atau gagal sepenuhnya

Baca Juga : Musim Kemarau Pendek, Panen Padi Meningkat 14 %

Dampak pada Kesehatan Masyarakat

perubahan pola hujan

Sumber: klik dokter

Perubahan pola hujan di Indonesia berdampak serius pada kesehatan masyarakat, terutama melalui peningkatan penyakit menular dan masalah sanitasi. Intensitas hujan yang ekstrem menciptakan genangan air, memicu perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah dan malaria, serta meningkatkan risiko leptospirosis dan diare akibat kontaminasi air. Selain itu, dampak tidak langsung meliputi penurunan kualitas udara yang memicu gangguan pernapasan seperti asma, khususnya pada anak-anak dan lansia.

Kekeringan akibat berkurangnya curah hujan juga menyebabkan krisis air bersih, yang memperburuk sanitasi dan meningkatkan penyebaran penyakit berbasis air. Perubahan iklim secara keseluruhan dapat mengganggu produksi pangan, berujung pada kelangkaan pangan dan malnutrisi yang memperparah kondisi kesehatan, terutama pada kelompok rentan.

Gangguan Siklus Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati

Sumber: Yayasan IAR Indonesia

Perubahan pola hujan di Indonesia mengganggu siklus ekosistem dengan menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan intensitas hujan lebih tinggi saat musim hujan. Gangguan ini memengaruhi ketersediaan air bagi flora dan fauna, mengakibatkan perubahan komposisi spesies, terutama pada habitat yang sensitif seperti hutan hujan tropis dan ekosistem pesisir. Risiko punahnya spesies endemik yang memiliki habitat sempit meningkat, sementara rantai makanan alami menjadi terganggu.

Selain itu, ekosistem laut juga terdampak melalui pengasaman laut dan perubahan arus yang merusak terumbu karang serta mengubah distribusi spesies ikan penting secara ekonomi. Kerusakan habitat seperti erosi pantai dan intrusi air laut ke lahan pertanian pesisir juga mengancam keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem secara keseluruhan. Semua faktor ini secara kumulatif mengancam keberlanjutan ekosistem dan kekayaan biodiversitas Indonesia.

 

 

Referensi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Musim Kemarau Basah Diprediksi Hingga Oktober 2025. Jakarta: BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Buletin Informasi Iklim Mei 2025. Jakarta: BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia. Jakarta: BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulanan Mei 2025. Jakarta: BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Buletin Informasi Iklim Januari 2025. Jakarta: BMKG.

Stasiun Klimatologi Malang. (2025). Prakiraan Curah Hujan Bulanan Jawa Timur Tahun 2025. Malang: Stasiun Klimatologi Malang.

Author