Anwar Muhammad Foundation – Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), sering kali disebut sebagai Raja Rimba Sumatra, merupakan subspesies harimau yang endemik di Pulau Sumatra, Indonesia. Dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan subspesies harimau lainnya, namun tetap tangguh dan kuat, hewan ini menjadi predator puncak dalam ekosistem hutan hujan tropis Sumatra. Sebagai predator puncak, harimau Sumatra memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka membantu mengontrol populasi mangsa seperti rusa, babi hutan, dan kera, sehingga mencegah terjadinya ledakan populasi mangsa yang dapat merusak vegetasi.
Populasi harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) saat ini diperkirakan berkisar antara 400 hingga 600 ekor, hal ini menandakan penurunan drastis lebih dari 1.200 ekor yang tercatat pada tahun 1970-an.
Sumber foto: Balai Besar KSDA Jawa Timur
Penurunan ini sangat signifikan dan mencerminkan krisis yang dihadapi oleh spesies ini di Indonesia. Penyebab utama penurunan populasi harimau adalah maraknya perdagangan ilegal satwa liar, yang merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies ini dan diperkirakan setiap tahun sekitar 100 ekor harimau dibunuh untuk daging dan bagian tubuhnya yang digunakan dalam obat tradisional.
Aksi nyata untuk masa depan harimau Sumatra, yang dikenal sebagai “Raja Rimba,” mencakup berbagai strategi dan inisiatif yang dirancang untuk melindungi dan memulihkan populasi serta habitat mereka. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil, yaitu
1. Peningkatan Kawasan Lindung
Sumber foto: koran TEMPO
Pemerintah perlu memperluas kawasan hutan lindung yang merupakan habitat harimau. Ini termasuk penetapan kawasan baru dan perlindungan terhadap area yang sudah ada untuk mencegah deforestasi dan pengalihfungsian lahan menjadi perkebunan, terutama kelapa sawit.
2. Memperkuat Program STRAKOHAS
Sumber foto: Mongabay
Melanjutkan dan memperkuat Strategi Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatra (STRAKOHAS) 2018 – 2028, yang bertujuan untuk meningkatkan populasi harimau dan habitat mereka melalui kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal.
3. Pelestarian Budaya Inyiak Balang
Sumber foto: GNFI
Menghidupkan kembali kepercayaan dan budaya lokal yang menghormati harimau sebagai bagian dari identitas masyarakat Minangkabau. Hal ini dapat memperkuat hubungan antara manusia dan harimau serta mengurangi konflik.
Adapun program penting yang dirancang untuk melestarikan hutan tropis di Sumatra, dengan fokus pada perlindungan habitat harimau Sumatra yakni antara lain sebagai berikut
1. Tropical Forest Conservation Action for Sumatra (TFCA-Sumatra)
Sumber foto: auriga.or.id
TFCA-Sumatra adalah skema pengalihan utang untuk lingkungan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat, yang ditandatangani pada tahun 2009. Program ini bertujuan untuk melestarikan kawasan hutan tropis di Sumatra yang mengalami tingkat deforestasi tinggi. Program ini mengalihkan dana pembayaran utang luar negeri Indonesia ke dalam upaya konservasi, dengan total dana yang disediakan mencapai hampir 30 juta dolar AS selama delapan tahun. Dana ini digunakan untuk perlindungan habitat kritis bagi spesies terancam punah, termasuk harimau Sumatra.
2. Yayasan Ekosistem Lestari Medan (YELM)
Sumber foto: sonora.id
YELM telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui penandatanganan Nota Kesepahaman yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Program ini mencakup penyelamatan dan rehabilitasi satwa dilindungi, perlindungan kawasan, serta peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan konservasi.
3. Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD)
Sumber foto: Kanal Kalimantan
Di Sumatera Selatan, KKMD dibentuk sebagai wadah kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove. Program ini berfokus pada pemulihan ekosistem mangrove yang sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan pesisir. KKMD bertujuan untuk membangun sinergi antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan mangrove yang berkelanjutan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem tersebut.
Kesimpulan
Pentingnya upaya konservasi untuk melindungi harimau Sumatra, yang merupakan predator puncak dan simbol keanekaragaman hayati di Pulau Sumatra. Populasi harimau Sumatra mengalami penurunan drastis, dari lebih dari 1.200 individu pada tahun 1970-an menjadi sekitar 400 hingga 600 ekor saat ini, akibat ancaman seperti perdagangan ilegal dan deforestasi. Aksi nyata yang diperlukan mencakup peningkatan kawasan lindung, penguatan program Strategi Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatra (STRAKOHAS), serta pelestarian budaya lokal yang menghormati harimau.
Baca juga: Tantangan dan Peluang pada Keberlanjutan Habitat Harimau Sumatera
Program seperti Tropical Forest Conservation Action for Sumatra (TFCA-Sumatra) dan kolaborasi dengan Yayasan Ekosistem Lestari Medan (YELM) serta Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) menunjukkan pentingnya sinergi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal dalam menjaga habitat dan populasi harimau. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masa depan harimau Sumatra dapat terjamin, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis yang vital bagi kelangsungan hidup berbagai spesies lainnya. Dengan dukungan semua pihak, kita dapat memastikan bahwa Raja Rimba Sumatra tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang.
Referensi
ugm.ac.id. (2011). Tinggal 7 Persen, Harimau Sumatera Terancam Punah.
ppid.menlhk.go.id. (2021). KLHK – LSM Perkuat Kerjasama Bidang Konservasi Sumber Daya Alam.
ykan.or.id. (2022). Provinsi Sumatera Selatan Luncurkan Kelompok Kerja Mangrove Daerah.