Anwar Muhammad Foundation – Tahun sudah berganti, namun krisis iklim masih saja terjadi. Jumlah penduduk bumi semakin bertambah. Kebutuhan semakin meningkat. Emisi gas rumah kaca masih masif dihasilkan. Krisis iklim memicu berbagai permasalahan lanjutan. Salah satunya adalah terjadinya cuaca ekstrem, fenomena yang sangat terasa di Indonesia.
Bulan Januari: Kutukan Bencana Hidrometeorologi
Setiap tahun, bulan Januari hingga Februari selalu menjadi puncak musim hujan di Indonesia. Sebagai dampak krisis iklim, hujan yang turun derasnya tidak terkira. Hal ini memicu terjadinya bencana alam yang beragam. Terbukti bahwa di setiap awal tahun, banyak terjadi bencana hidrometeorologi, yaitu bencana akibat faktor meteorologis seperti kelembaban, suhu, dan angin. Di bulan Januari 2021, 98% bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi.
Bencana-bencana yang menimpa Indonesia di bulan Januari biasanya meliputi banjir, tanah longsor, serta puting beliung. Ketiga bencana ini disebabkan oleh La Nina. La Nina merupakan keadaan dimana temperatur laut Samudera Pasifik lebih dingin daripada biasanya. Hal ini akan menyebabkan Indonesia mengalami curah hujan yang tinggi. Namun, pemanasan global dapat memicu La Nina yang lebih ekstrim, menyebabkan Indonesia mengalami cuaca ekstrem pula.
Di antara bencana alam yang banyak terjadi di bulan Januari, banjir adalah bencana yang paling sering terjadi. Tercatat sebanyak 171 fenomena banjir terjadi di Indonesia di Januari 2021. Curah hujan tinggi menjadi salah satu penyebab banjir terus terjadi. Hal ini diperparah dengan infrastruktur daerah yang tidak sesuai untuk memitigasi banjir. Tidak hanya itu, perilaku manusia, seperti buang sampah sembarangan, menjadikan limpasan air hujan tidak bisa mengalir sebagaimana mestinya.
Cuaca yang ekstrim juga bisa menyebabkan longsor. Kekuatan hujan deras bisa mengalahkan kekuatan tanah di dataran tinggi. Hal ini akan lebih parah saat di dataran tinggi tersebut hutan digunduli. Tidak ada lagi akar yang bisa menopang stabilitas tanah. Alhasil, guyuran hujan pun mampu menyeret tanah agar longsor.
Fenomena pergerakan angin yang tidak normal yang disebabkan oleh perubahan suhu laut bisa menyebabkan terjadinya puting beliung. Di bulan Januari 2021, hampir sebanyak 2.500 orang harus mengungsi akibat bencana puting beliung. Kerusakan yang disebabkan pun cukup signifikan. La Nina yang ekstrem berpotensi menyebabkan frekuensi puting beliung lebih sering dan kekuatannya yang lebih besar.
Baca Juga : Menelisik Keampuhan Ekolabel pada Produk Pertanian
Selain ketiga bencana yang sudah dijelaskan sebelumnya, hanya ada 6 kejadian gempa bumi. Selain itu terdapat 1 kasus kebakaran hutan dan 6 titik yang terkena abrasi di Januari 2021. Hal ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem Januari ini berdampak signifikan terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi. Menyambut Januari 2022, risiko ini patut ditanggulangi.
Sumber foto : Flood Danube Sandbag – Free photo on Pixabay
Bencana Membawa Pelajaran dan Petaka
Kehilangan orang tersayang karena meninggal dunia ataupun tidak ditemukan merupakan dampak bencana yang paling tidak diinginkan. Dari tahun 2020, korban meninggal dunia meningkat 100% di tahun 2021. Kenaikan ini tentu tidak diharapkan terjadi di tahun 2022. Gerak cepat dan sigap saat bencana oleh masing-masing individu ataupun lembaga tanggap bencana harus diimplementasikan.
Korban luka-luka juga tetap tidak diharapkan. Dampak ini bisa mempengaruhi produktivitas warga di masa yang akan datang. Padahal, produktivitas sangat diperlukan untuk bisa memulihkan dampak-dampak yang lain, seperti perekonomian. Beberapa bencana alam juga mengharuskan warga untuk mengungsi. Hal ini agar warga tidak terkena dampak yang lebih parah lagi. Selain itu, mengungsi juga diakibatkan karena korban kehilangan aset dan properti.
Kerusakan alam juga menjadi dampak bencana alam. Meskipun bencana adalah bagaikan pesan bagi manusia untuk menjaga lingkungan, namun manusia bisa melihat bahwa alam juga rusak akibat bencana. Terlebih jika alam yang dimaksudkan adalah area produktif warga, seperti persawahan dan perkebunan. Hal ini akan memperparah dampak perekonomian yang sudah terjadi.
Sumber foto : Farmers Rice Fields – Free photo on Pixabay
Menciptakan Masyarakat Tangguh Bencana
Bencana seringkali disebut sebagai cara alam untuk bisa memulihkan diri. Namun bagi manusia, bencana adalah mimpi buruk yang tidak diharapkan. Terlebih bagi masyarakat desa yang lebih rentan terhadap bencana. Salah satu faktornya adalah infrastruktur yang tidak memadai untuk bisa melakukan mitigasi bencana. Tidak hanya itu, kualitas sumber daya manusianya pun seringkali tidak mendapatkan edukasi terkait tanggap bencana.
Menyediakan infrastruktur yang bisa menanggulangi dampak bencana yang menerpa masyarakat adalah hal yang patut dilakukan. Dalam kasus bencana meteorologi, akses menuju titik kumpul, resapan air, serta posko pengungsian menjadi beberapa fasilitas yang harus diadakan. Selain itu, pelatihan masyarakat yang sigap bencana juga perlu dilakukan.
Lebih lanjut, perlu dilakukan perencanaan untuk pemulihan daerah yang terkena bencana. Pemulihan bisa dalam hal fasilitas dan infrastruktur. Tidak hanya itu, pemulihan secara psikologis juga perlu dilakukan. Pemulihan perekonomian warga juga wajib diupayakan, terutama jika daerah yang terkena bencana adalah daerah-daerah produktif.