Skip to content

Membangun Peradaban dengan Konsep Ekonomi Sirkular

Anwar Muhammad Foundation – Pernahkah Anda terpikirkan bagaimana bangunan serta lanskap di sekitar Anda bisa terbentang sedemikian rupa? Gedung-gedung yang menjulang merupakan pemandangan khas yang bisa kita lihat di kota besar. Jalanan besar tempat kendaraan berlalu lalang sudah menjadi keseharian bagi masyarakat kota metropolitan. Infrastruktur di luar bangunan ditata sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Namun terkadang, fenomena seperti pembangunan yang tidak selesai sering kita lihat. Tumpukan limbah konstruksi beberapa kali terlihat tergeletak begitu saja. Tata wilayah seakan-akan dibuat sembarangan.

Sektor konstruksi merupakan salah satu bidang yang di dalamnya cocok untuk diterapkan konsep ekonomi sirkular. Sektor ini masih diliputi ketidakefisienan dalam prosesnya. Prinsip take-make-waste masih diterapkan dalam pembangunan saat ini. Sumber daya yang dibutuhkan dalam konstruksi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Dalam eksplorasinya dibutuhkan energi yang besar serta menghasilkan gas rumah kaca. Tidak hanya itu, perilaku deforestasi dan desertifikasi juga dilakukan untuk bisa mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk membangun bangunan.

Dalam proses make atau pembangunannya, penggantian fungsi lahan yang tidak jarang dalam jumlah besar juga dilakukan. Lahan hijau semakin sempit. Pohon semakin sedikit. Sumber air semakin menipis. Bangunan yang sudah jadi nantinya akan bertahan bahkan hingga ratusan tahun. Tanpa pembangunan yang berkelanjutan, bangunan-bangunan ini akan menjadi penghasil emisi gas rumah kaca.

Konstruksi juga dapat menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan pun tidak sedikit. Secara global, 29 juta ton limbah konstruksi dihasilkan. Tanpa upaya yang signifikan, jumlah ini bisa bertambah 82% di tahun 2030. Belum ada proses yang sangat mengikat untuk bisa mengelola limbah konstruksi ataupun demolition yang dihasilkan selama ini.

Menuju Konstruksi Berkelanjutan

(Sumber foto : Insinyur Rekayasa)

Inovasi dan perkembangan teknologi merupakan hal yang digadang-gadang dalam mewujudkan ekonomi sirkular dalam sektor konstruksi. Karakteristik bangunan yaitu tahan lama dan memiliki perawatan yang mudah harus bisa dicapai. 5R, yaitu reduce, repair, reuse, refurbish, recycle, merupakan langkah-langkah yang bisa dilakukan.

Reduce berarti bahwa sebisa mungkin proses konstruksi menghasilkan limbah ataupun emisi seminimal mungkin. Hal ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan bangunan sejak perencanaan dilakukan. Repair berarti memperbaiki. Kerusakan bangunan bukan merupakan hal yang mengagetkan, terlebih di negara dengan cuaca yang cukup ekstrem. Kerusakan bangunan konstruksi juga bisa disebabkan oleh desain yang kurang baik. Bahan yang tidak berkualitas juga mendorong rapuhnya suatu konstruksi bangunan. Bangunan yang rusak, apabila masih memungkinkan, lebih baik diperbaiki. Hal ini akan mencegah limbah konstruksi yang lebih besar terutama jika dilakukan demolisi.

Komponen-komponen bangunan rusak seringkali masih bisa digunakan. Hal ini asalkan dilakukan pengumpulan, pemilahan, dan pemrosesan yang tepat. Komponen-komponen ini bisa digunakan secara langsung dengan reuse. Apabila memerlukan proses manufaktur kembali untuk pemanfaatan komponen bangunan yang tidak terpakai, prinsip refurbish dan recycle digunakan.

Baca Juga : Manusia Sehat sebagai Kunci Pembangunan Berkelanjutan

Mengambil Peran dalam Sektor Konstruksi Berbasis Ekonomi Sirkular

Kontribusi berbagai peran sangat dibutuhkan dalam mewujudkan konsep ekonomi sirkular pada sektor konstruksi. Masing-masing dapat membantu dengan keahliannya masing-masing. Semua itu diintegrasikan hingga dapat mewujudkan sirkularisme yang memungkinkan konstruksi yang berkelanjutan.

Dalam menciptakan bangunan konstruksi yang berkelanjutan, arsitek dapat mendesain bangunan yang berkelanjutan dan baik dari segi estetika. Para insinyur dapat memperhitungkan dan memungkinkan sistem berkelanjutan diwujudkan. Kontraktor dan supplier bisa memastikan bahwa proses pembangunan tidak menimbulkan limbah yang terlampau banyak. Ekonom bisa memperkirakan bagaimana penggunaan biaya bisa dilakukan seefisien mungkin dalam proses pembangunan. Masing-masing peran bergantung pada fokus bidang yang digeluti.

Bagi masyarakat awam, memahami bahwa sektor konstruksi perlu menerapkan ekonomi sirkular adalah langkah awal yang dapat dilakukan. Mengawal pemerintah dan pihak swasta agar tetap berada di koridor ekonomi sirkular dalam melakukan pembangunan juga akan sangat membantu mewujudkan ekonomi sirkular dan sektor konstruksi. Setelah itu, peran dapat dapat dilanjutkan berdasarkan posisi masing-masing individu.

Author