Anwar Muhammad Foundation – Pada banyak program pembangunan dan intervensi sosial, penghidupan masyarakat sering kali direduksi menjadi satu hal, yakni pendapatan. Padahal, kemampuan masyarakat untuk bertahan dan beradaptasi ketika menghadapi perubahan, tekanan, atau gangguan tidak semata ditentukan oleh seberapa besar uang yang mereka hasilkan. Akibatnya, banyak intervensi gagal memperkuat pondasi kehidupan masyarakat secara utuh, karena tidak menyentuh aspek-aspek yang justru menjadi penopang utama keberlangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.
Tantangan pembangunan yang semakin kompleks menuntut pendekatan yang mutakhir. Dibutuhkan sebuah cara pandang yang mampu menggambarkan bagaimana masyarakat benar-benar bertahan hidup dari waktu ke waktu. Pendekatan yang melihat persoalan secara multidimensional ini masih jarang digunakan secara menyeluruh dalam berbagai program pembangunan. Dalam konteks ini, Sustainable Livelihood Framework (SLF) menawarkan cara pandang yang lebih komprehensif dan multidimensional untuk membaca dinamika penghidupan secara utuh.
Apa itu Sustainable Livelihood Framework?
Sumber foto: pngtree
Sustainable Livelihood Framework (SLF) adalah pendekatan konseptual yang digunakan untuk memahami bagaimana individu, rumah tangga, atau komunitas mempertahankan dan meningkatkan penghidupan mereka dalam jangka panjang. Alih-alih hanya melihat hasil akhir seperti pendapatan atau konsumsi, SLF menggali lebih dalam hingga dapat menjangkau informasi tentang bagaimana mereka memanfaatkan modal yang tersedia, berinteraksi dengan sistem sosial, dan merespons perubahan dari lingkungan sosial maupun alam.
Kerangka ini dikembangkan oleh Department for International Development (DFID) yang dapat digunakan secara luas dalam program-program pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, maupun pemberdayaan masyarakat. SLF membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan bagaimana mereka dapat mengakses serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan penghidupan secara berkelanjutan.
Dengan lima komponen utama, yakni aset penghidupan, konteks kerentanan, transformasi struktur dan proses, strategi penghidupan, dan hasil penghidupan, SLF membuka ruang untuk memahami lebih dalam tentang apa yang membuat suatu komunitas rentan, dan apa yang membuat mereka tetap bertahan.
Sebelum Menggunakan SLF, Pahami Dulu Prinsip Utamanya
SLF digunakan dengan berdasar pada beberapa prinsip kunci yang menjadikannya relevan dan sensitif terhadap konteks masyarakat:
1. Berpusat pada Manusia
SLF menempatkan individu dan komunitas sebagai pusat dari seluruh proses. Kerangka analisis ini memiliki fokus utama untuk memahami kebutuhan, tantangan, dan kapasitas masyarakat dalam membangun kehidupan yang berkelanjutan.
2. Berbasis Aset
Pendekatan ini menekankan pemanfaatan aset atau modal yang dimiliki oleh individu atau komunitas, yang dalam hal ini terbagi atas modal alam, sosial, manusia, fisik, dan finansial.
3. Berbasis Partisipasi
Proses SLF mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahap, mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan. Dengan begitu, solusi yang dihasilkan lebih kontekstual dan berkelanjutan.
4. Fleksibel dan Adaptif
Pendekatan SLF memungkinkan strategi penghidupan diubah dan disesuaikan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terus berkembang.
5. Multidimensi
SLF melihat livelihood sebagai sesuatu yang kompleks dan saling terkait. Faktor ekonomi, sosial, lingkungan, hingga budaya dipertimbangkan secara menyeluruh dalam prosesnya.
SLF Menjadi Penting
Sumber foto: kalurahan sawahan
SLF menjadi alat penting untuk memahami faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi penghidupan masyarakat secara menyeluruh. Lebih dari sekadar menyoroti kerentanan akibat rendahnya pendapatan, pendekatan ini membantu mengurai keterkaitan antar sumber daya, relasi sosial, dan tekanan eksternal yang membentuk keseharian cara penghidupan masyarakat.
Dengan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan berfokus pada masyarakat sebagai subjek, SLF berguna tidak hanya dalam merancang intervensi yang lebih relevan dan kontekstual, tetapi juga dalam menilai sejauh mana intervensi tersebut benar-benar berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Dalam proses perencanaan, kerangka ini membantu mengenali kondisi dasar penghidupan. Sedangkan dalam evaluasi, SLF dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi, baik kemajuan maupun celah yang masih tersisa.
Dalam studi-studi seperti SESVA, SLF dapat digunakan untuk memahami bagaimana penghidupan masyarakat terbentuk dan berubah dari waktu ke waktu, terutama bagaimana lima modal yang ada dimanfaatkan, serta apakah intervensi yang dilakukan benar-benar memperkuat fondasi hidup mereka.
Baca Juga : Mengungkap Kerentanan Sosial-Ekonomi Komunitas Akibat Perubahan Iklim
Menguatkan Praktik, Mendorong Pemahaman yang Lebih Mendalam
Sumber foto: dokumentasi AMF
Pendekatan SLF layak diadopsi secara luas dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan sosial karena menawarkan cara pandang yang menyeluruh terhadap realitas penghidupan masyarakat. Dengan menempatkan pengalaman dan partisipasi komunitas sebagai prinsip utama, SLF mendorong pembangunan yang tidak hanya berfokus pada capaian akhir, tetapi juga pada proses yang inklusif dan kontekstual. Pendekatan ini membantu pengambil keputusan memahami berbagai komponen penghidupan, termasuk aset dan kerentanan, yang saling mempengaruhi dalam penghidupan masyarakat yang berkelanjutan.
Anwar Muhammad Foundation sebagai konsultan sosial telah menerapkan SLF dalam studi Socio-Economic and Vulnerability Assessment (SESVA) terhadap masyarakat terdampak pembangunan di Sumatera Barat. Pendekatan ini memadukan data kuantitatif dan kualitatif untuk memahami secara menyeluruh dampak intervensi, seperti Corporate Social Responsibility (CSR) dan Livelihood Improvement Program (LIP) terhadap keberlanjutan penghidupan masyarakat. Melalui SLF, tim berhasil mengidentifikasi kondisi penghidupan masyarakat yang multidimensi, seperti ketergantungan pada satu jenis penghasilan, beban ganda bagi perempuan janda, dan potensi diversifikasi mata pencaharian bagi masyarakat yang mayoritas petani. Temuan ini menjadi dasar bagi penyusunan rekomendasi program yang lebih kontekstual, relevan dengan kebutuhan lokal, dan benar-benar dibangun bersama masyarakat, bukan sekadar disusun dari luar.
Kesimpulan
Sustainable Livelihood Framework (SLF) menawarkan pendekatan yang komprehensif dan multidimensional dalam memahami penghidupan masyarakat, yang tidak hanya berfokus pada pendapatan semata, tetapi juga pada pemanfaatan berbagai modal (alam, sosial, manusia, fisik, dan finansial), konteks kerentanan, serta interaksi sosial dan lingkungan. Dengan menempatkan masyarakat sebagai pusat dan mendorong partisipasi aktif mereka, SLF memungkinkan perencanaan dan evaluasi program pembangunan yang lebih relevan, adaptif, dan berkelanjutan.
Referensi:
Anwar Muhammad Foundation. (2024). SESVA Baseline Report.
Anwar Muhammad Foundation. (2024). SESVA Final Report.
DFID. (1999). Sustainable Livelihoods Guidance Sheets.