Anwar Muhammad Foundation – Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan, tetapi menjadi bagian dari isu sosial dan ekonomi secara berkepanjangan. Masyarakat yang bergantung pada komoditas alam menjadi komunitas yang rentan, salah satunya adalah petani kopi. Harga kopi mungkin naik di pasaran, tetapi tidak sebanding dengan penurunan hasil panen yang menjadikan petani semakin terpuruk. Cuaca yang semakin tidak tentu, gagal panen, penurunan pendapatan menjadikan masa depan petani tidak pasti. Masalah gagal panen tidak berhenti sampai disitu, dampaknya dapat merambah ke seluruh aspek sosial dan ekonomi kehidupan rumah tangga petani. Anak-anak petani menjadi kesulitan untuk bersekolah, akses kesehatan semakin mahal, dan harga kebutuhan pokok semakin mahal.
Pada konteks ini studi SESVA hadir untuk menjawab pertanyaan penting: Siapa yang paling rentan terdampak? Dan bagaimana kita bisa membantu mereka untuk bertahan hidup? Melalui studi penilaian kondisi kerentanan sosial dan ekonomi, kondisi nyata dari petani dapat diidentifikasi. Studi ini tidak hanya menjadi laporan penilaian kerentanan, tetapi juga menjadi alat perumusan program yang berfokus pada kebutuhan masyarakat.
Apa itu Studi SESVA?
Secara sederhana, studi SESVA – atau Socio Economic and Vulnerability Assessment adalah studi untuk mengetahui, menganalisa, dan menilai kerentanan seseorang atau komunitas terhadap berbagai guncangan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Suatu komunitas atau individu menjadi rentan ketika mereka tidak mampu merespon kondisi guncangan sosial dan ekonomi yang terjadi. Dalam hal ini, misal ketika cuaca ekstrim menyebabkan gagal panen, dan harga kopi menurun drastis, seberapa siap petani kopi untuk menghadapinya? Apakah mereka telah memiliki safety net untuk beradaptasi dalam kehidupannya?
Lebih dari itu, studi SESVA ini juga dapat membantu untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi individu atau komunitas mudah terguncang secara ekonomi, atau bagaimana kondisi sosial yang tidak stabil dapat mempengaruhi ketahanan hidup komunitas atau individu. Menariknya, sampai saat ini belum ada standar baku untuk mengukur kerentanan sosial dan ekonomi. Hal ini karena penilaian kerentanan sangat berhubungan dengan konteks dan pemahaman yang berbeda di setiap komunitas.
Sebagai contoh, studi mengenai penilaian kerentanan sosial dan ekonomi memiliki istilah yang beragam, seperti SoVI (Social Vulnerability Index) to Environmental Hazard oleh UNDP; dan SeVI (Socioeconomic Vulnerability index for Climate Change) yaitu studi dari Ahsan & Warner. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh tujuan dari studi, apakah akan melihat dalam konteks kerentanan akibat perubahan iklim, kerentanan karena displacement lahan, dan lain sebagainya.
Intinya, studi SESVA bertujuan untuk melihat tantangan dan ancaman yang dirasakan oleh individu atau komunitas, yang merujuk pada analisis kondisi kerentanan sosial dan ekonomi. Hasil dari studi memberikan gambaran mengenai kondisi kerentanan yang dialami komunitas secara sosial dan ekonomi, yang dapat menjadi landasan dalam perumusan program pemberdayaan yang tepat sasaran.
Perlu Dipahami bahwa Konteks Kerentanan Berbeda di setiap Tempat
Kerentanan sosial dan ekonomi bukan hanya tentang kelaparan dan kemiskinan, tetapi lebih luas dari itu. Kondisi rentan adalah kondisi dimana suatu keluarga atau komunitas tidak memiliki jaring pengaman baik kondisi sosial yang stabil dan perlindungan dari konflik yang mengancam. Kerentanan ekonomi pun bukan hanya tentang kemiskinan, tetapi juga tentang tidak adanya aset dan sumber penghidupan yang tidak pasti.
Namun, penting untuk dipahami bahwa kerentanan di komunitas tidak bisa dilihat secara seragam. Hal yang menjadikan petani rentan belum tentu menjadi tantangan yang sama bagi nelayan. Kondisi tersebut juga dipengaruhi karena setiap rumah tangga atau komunitas memiliki ciri khas tersendiri. Bukan hanya karena perbedaan pekerjaan, tetapi juga dipengaruhi oleh budaya, adat, dan kebijakan juga ikut membentuk bagaimana cara komunitas dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Selama melaksanakan studi di lapangan, terdapat kondisi unik yang berpengaruh besar terhadap kondisi rentan dari rumah tangga atau komunitas.
1.Konteks Kerentanan (Vulnerability Context)
Sumber foto: detikcom
Merupakan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan komunitas. Misalnya, bencana alam yang datang tiba-tiba dan menghancurkan kebun dan rumah (shock); perubahan kebijakan yang membatasi akses ekspor kopi (trends); atau siklus panen kopi yang tidak terprediksi karena perubahan iklim (seasonality). Ketiga hal tersebut adalah hal yang tidak terprediksi dan menurunkan kualitas hidup masyarakat.
2. Konteks lokal
Sumber foto: negeri rempah
Meskipun tidak awam ditemui di setiap tempat, tetapi yang perlu dipahami adalah setiap daerah memiliki keunikan budaya dan adat istiadat yang berpengaruh terhadap cara hidup dan kebiasaan masyarakatnya. Seperti halnya, terdapat budaya tunggu tubang berupa hak guna lahan warisan dari keluarga untuk anak perempuan pertama. Pada satu sisi budaya ini baik untuk melindungi aset keluarga, tetapi di sisi lain budaya ini juga mempengaruhi kerentanan rumah tangga, karena jumlah tanggungan dan tanggung jawabnya menjadi lebih besar. Apabila tidak mampu untuk mengatur dengan baik, maka individu tersebut dapat menjadi tidak sejahtera dan memiliki kualitas hidup yang baik.
Baca Juga : Jaga Spesies, Jaga Hidup
Bagaimana Menentukan Kerentanan Sosial dan Ekonomi?
Sumber foto: law justice
Kerentanan sosial dan ekonomi diukur menggunakan model index pengukuran kerentanan, seperti Livelihood Vulnerability Index (LVI); Household Social Vulnerability Index (HSVI); Vulnerability Index (VI); dan Socioeconomic Vulnerability Index (SeVI). Index tersebut dapat digunakan dan direplikasi untuk skema penentuan kerentanan sosial dan ekonomi dari hasil penelitian lapangan.
Disamping menggunakan index dari studi terdahulu, penentuan kerentanan dapat dilakukan dengan menggabungkan framework dan teori terkait sosial dan ekonomi. Dalam implementasinya, dapat digunakan kerangka Sustainable Livelihood Framework, Multidimentional Poverty Index, dan Garis Kemiskinan dari BPS untuk memvalidasi mengenai kondisi kerentanan secara sosial dan ekonomi. Selain itu, konteks terkait dengan kondisi eksternal perlu dielaborasi untuk memahami kerentanan dalam helicopter view.
Dengan pendekatan ini, konteks kerentanan dapat dipahami dalam konteks yang lebih luas untuk mengetahui siapa yang rentan, mengapa mereka menjadi rentan, dan bagaimana kita bisa merancang program intervensi yang menjawab kebutuhan dan masalah mereka.
Referensi
AMF SESVA Report (2025, Juni)