Skip to content

Surau dari Masa ke Masa

Anwar Muhammad Foundation – Surau, identik dengan Masjid kecil yang hanya mampu menampung sedikit jemaah. Masjid kecil ini menjadi tempat berkumpulnya umat Muslim untuk melaksanakan ibadah shalat maupun kegiatan keagamaan lainnya. Namun, jika kita melihat akar sejarahnya, surau telah ada jauh sebelum masuknya Islam. Surau telah berdiri sejak 1356 M di Minangkabau, Sumatera Barat. Pada masa itu, keberadaan surau sering dikaitkan dengan hal-hal yang sakral dan mistis karena digunakan sebagai tempat pertapaan dan pemujaan roh nenek moyang. Disisi lain, surau juga berperan penting sebagai pondasi pengembangan nilai moral dan adat istiadat budaya Minangkabau.

 

Setelah kedatangan Islam, fungsi surau berubah menjadi tempat ibadah serta sarana penyebaran agama Islam. Meskipun demikian, Islam tetap mempertahankan fungsi sosial budaya yang telah menjadi simbol budaya masyarakat Minangkabau sejak lama. Sebagai pusat kegiatan sosial, setiap surau memiliki ciri khas tersendiri dengan program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tradisi masyarakat setempat. Surau menjadi tempat bagi masyarakat Minangkabau untuk mengenyam pendidikan karena sulitnya akses pendidikan yang layak di masa lampau. Anak-anak Minangkabau diajarkan norma-norma sosial dan adab seperti kesopanan, keramahan, kejujuran, keadilan, menepati janji, serta menghormati adat istiadat yang ada. 

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Tidak hanya itu, surau juga mengajarkan ilmu agama, bela diri, persoalan hidup sehari-hari hingga pengembangan soft skill seperti berbicara di depan umum dan berdiskusi. Sementara itu, ketika anak laki-laki sudah memasuki usia dewasa atau akil baligh, mereka akan tinggal di surau karena dianggap tidak lagi layak tinggal di rumah orang tuanya. Hal ini berkaitan dengan tradisi adat Minang yang menetapkan bahwa kamar di rumah gadang hanya untuk orangtua dan anak perempuan. Berbekal ilmu yang mereka dapatkan di surau, para pemuda Minangkabau kemudian akan merantau atau tinggal di surau untuk hidup mandiri dan mengaktualisasi diri mereka. Para tokoh bangsa seperti, Muhammad Hatta, Buya Hamka, M. Natsir, H. Agus Salim, Sutan Sjahrir, dan tokoh lainnya lahir dari sistem pendidikan di surau. Oleh karenanya, besar harapan masyarakat agar para pemuda saat ini menjadi pribadi yang berkualitas layaknya para tokoh bangsa zaman dahulu.

Baca juga: Inisiatif Baru dalam Menghadapi Perubahan Iklim Bagi Petani Kopi di Rantau Dedap – Secara WISE!

Namun, melestarikan budaya surau bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan eratnya hubungan surau dengan masyarakat disekitarnya. Maka dari itu, perubahan hubungan sosial di masyarakat saat ini menjadi tantangan utama bagi surau. Perubahan ini tak luput dari perkembangan teknologi dan modernisasi yang terjadi di tengah masyarakat. Pemuda yang dulu aktif berinteraksi di surau kini lebih individualis dan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Hal ini juga berdampak pada pudarnya minat para pemuda untuk aktif menjalankan peran di surau. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk merantau dan meninggalkan kampung halamannya.

Saat ini, surau mengalami 3 pola pergeseran yang berbeda; 1) transformasi, surau bertransformasi dengan mengadopsi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat; 2) stagnansi, surau tetap menjalankan fungsinya meskipun mulai kehilangan perannya sebagai pewaris tradisi adat istiadat; 3) degradasi, surau hanya menjadi tempat untuk beribadah dan kehilangan fungsi sosial budayanya. Agar surau tidak kehilangan eksistensinya, perlu adanya perubahan pola pikir terbuka (open-minded) yang mampu mengakomodir setiap perubahan yang terjadi, baik perubahan dalam bidang pendidikan, ekonomi, teknologi, maupun bidang lainnya. Surau juga perlu menjaga koordinasi dan kerjasama yang baik antara surau dengan masyarakatnya agar tercipta interaksi yang harmonis. Suasana lingkungan yang harmonis memudahkan surau untuk merangkul para pemuda yang diharapkan akan turut aktif menghidupkan kembali peran surau.

 

Referensi

https://tarbiyahislamiyah.id/surau-lapau-dan-rantau-romantika-masa-lalu-minangkabau-pentingkah/

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/surau-gadang-syekh-burhanuddin/

https://islamkaffah.id/surau-di-minangkabau-sejarah-dan-kontribusinya-dalam-penyebaran-islam/

Sabri, A., Sermal, S., Vadhillah, S., Akmal, A., & Pilbahri, S. (2022). The Shift of a Surau to Be a Mushalla as a Non-Formal Education Implementation in The Regency of West Sumatra Agam. Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam, 5(2), 434-452.

Author