Skip to content

GENERASI ALPHA VS KRISIS IKLIM : SIAPA YANG AKAN MENANG?

generasi alpha krisis iklim

Anwar Muhammad Foundation   Krisis iklim di era Generasi Alpha akan mengalami peningkatan suhu yang lebih signifikan sehingga mereka akan menjadi generasi yang paling merasakan dampak dari krisis iklim ini. Generasi yang lahir di awal abad ke-21 ini tumbuh dalam dunia yang semakin hangat dan tak menentu. Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir dari generasi millennial, mereka tumbuh berinteraksi dengan ragam teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan robot yang layaknya manusia. Mereka akan bermain dengan mainan yang terhubung dan akan merespon perintah dan juga mampu menunjukkan kecerdasan emosional.

Generasi Alpha akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alpha lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya akan membengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi Alpha memiliki rentang hidup yang lebih panjang dibandingkan generasi sebelumnya. Ini berarti mereka akan hidup lebih lama dalam kondisi iklim yang terus berubah. Akan tetapi, perubahan iklim dapat membatasi peluang dan pilihan hidup mereka. Gelombang panas yang ekstrim dapat menyebabkan penyakit terkait panas, seperti dehidrasi dan stroke.

Baca juga: Kode Merah untuk Bumi: Aksi Nyata Hadapi Krisis Iklim di Indonesia

Kualitas udara yang buruk juga dapat memicu masalah pernapasan.  Perubahan pola curah hujan dapat menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan, mengancam ketersediaan air bersih dan dapat mengganggu produksi pangan, menyebabkan harga pangan naik, dan meningkatkan risiko kelaparan. Meskipun menghadapi tantangan besar, Generasi Alpha juga memiliki potensi yang besar untuk menjadi agen perubahan. Mereka tumbuh dengan kesadaran yang tinggi tentang lingkungan dan memiliki akses ke teknologi yang dapat membantu mengatasi masalah iklim.

Adapun statistik global yang tercatat di tahun 2023 sebagai tahun terpanas dalam sejarah pengamatan suhu global, dengan anomali temperatur mencapai 1,45 derajat Celcius diatas periode pra-industri. Hal Ini menunjukkan tren pemanasan yang mengkhawatirkan bagi generasi muda. Pada tahun 2050, menjadi skenario terburuk untuk Generasi Alpha karena akan menghadapi tidak hanya bencana hidrometeorologi tetapi juga kelangkaan air yang dapat mengarah pada krisis pangan.

Berikut adalah beberapa cara di mana Generasi Alpha berkontribusi dalam menghadapi krisis iklim ini

1. Kesadaran dan Pendidikan Lingkungan

generasi alpha krisis iklim

Sumber Foto : eposdigi.com

Generasi Alpha mulai mendapatkan pendidikan tentang perubahan iklim sejak usia dini, yang merupakan langkah penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. Sekolah-sekolah kini memasukkan kurikulum yang menekankan pentingnya keberlanjutan dan dampak lingkungan, sehingga anak-anak ini menjadi lebih sadar akan isu-isu lingkungan yang ada di sekitar mereka. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga memahami bagaimana tindakan mereka sehari-hari dapat mempengaruhi planet ini.

2. Aktivisme dan Aksi Iklim

generasi alpha krisis iklim

Sumber Foto : beritalingkungan

Anak-anak dari Generasi Alpha terlibat dalam berbagai aksi iklim, baik secara langsung maupun melalui platform digital yang tersedia. Mereka berpartisipasi dalam kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik, mendukung energi terbarukan, dan mempromosikan gaya hidup berkelanjutan. Melalui media sosial dan aplikasi berbasis internet, mereka menyebarluaskan pesan-pesan lingkungan dan menggerakkan teman-teman serta keluarga mereka untuk ikut serta dalam aksi-aksi positif bagi lingkungan.

3. Inovasi Teknologi

Sumber Foto : shutterstock

Generasi Alpha tumbuh di era digital yang sangat maju, memungkinkan mereka untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi ramah lingkungan dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Mereka diharapkan dapat menciptakan solusi inovatif untuk masalah lingkungan, seperti aplikasi yang membantu mengurangi jejak karbon individu atau komunitas. Dengan kemampuan teknologi yang tinggi, mereka dapat merancang alat dan sistem yang lebih efisien dalam pengelolaan sumber daya alam.

4. Kolaborasi dengan Komunitas

Sumber Foto : Swietenia/DCA

Generasi ini juga diharapkan membangun jaringan dan kolaborasi dengan organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Melalui kerja sama ini, mereka dapat memperluas dampak positif terhadap lingkungan dan menciptakan inisiatif lokal yang lebih efektif. Dengan menjalin hubungan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan sektor swasta, Generasi Alpha dapat berkontribusi pada program-program keberlanjutan yang lebih luas.

5. Peran dalam Pengambilan Keputusan

Sumber Foto : syakal.iainkediri.ac.id

Meskipun masih muda, Generasi Alpha diharapkan dapat terlibat dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan lingkungan yang berdampak pada kehidupan mereka dan generasi mendatang. Dengan meningkatkan suara mereka dalam diskusi publik, baik melalui forum formal maupun informal, mereka dapat mempengaruhi kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Keterlibatan ini tidak hanya memberikan perspektif segar tetapi juga memastikan bahwa kepentingan generasi muda diperhitungkan dalam setiap kebijakan yang diambil. Dengan kontribusi-kontribusi ini, Generasi Alpha diharapkan tidak hanya menjadi saksi perubahan iklim tetapi juga menjadi agen perubahan aktif yang mampu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi muka bumi.

Kesimpulan

Krisis iklim yang semakin parah menjadi ancaman nyata bagi generasi mendatang, terutama bagi Generasi Alpha. Lahir di era digital yang serba cepat, generasi ini akan hidup dalam dunia yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Perubahan iklim mengancam kesehatan, keamanan pangan, dan kualitas hidup mereka. Namun, di tengah tantangan yang besar, Generasi Alpha juga muncul sebagai harapan baru.

Dengan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan dan akses yang luas terhadap teknologi, Generasi Alpha memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Mereka aktif dalam berbagai aksi lingkungan, mulai dari kampanye di media sosial hingga pengembangan teknologi ramah lingkungan. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi lingkungan, semakin memperkuat upaya mereka dalam mengatasi krisis iklim.

 

 Referensi

Desmufita Sari, D. (2020). Mendidik Generasi Alpha Dalam Membangun Sikap Mandiri, Sosial Dan Tanggung Jawab (Doctoral dissertation, Iain Bengkulu).

Nurdin, I. P., Fatia, D., Mustaqim, M., Simanjuntak, A. P., Keumalawati, C., & Rusnawati, R. (2024). Penguatan Kapasitas Adaptasi Generasi Z Pedesaan Dalam Menghadapi Variabilitas Iklim. Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(5), 391-398.

Diah Ayu Prawitasari, D. A. (2024).  Gen Z dan Baby Boomers Sama-Sama Merana Karena Perubahan Iklim, Tak Perlu Saling Tuding.

Damiana. (2024). Umat Manusia Terancam, Plt Kepala BMKG Minta Gen Alpha Turun Tangan

Aisyah, N. (2024). BMKG: Gen-Z dan Generasi Alpha Paling Terdampak Perubahan Iklim, Ini Alasannya

Author