Skip to content

Bencana dan Krisis Iklim: Bagaimana Posisi Sektor Pertanian?

Anwar Muhammad Foundation – Tahun 2021 bukanlah tahun yang menyenangkan bagi sebagian besar orang. Pandemi masih belum reda, kepastian dalam aspek ekonomi dan kesehatan belum dapat dijanjikan. Banyak berita duka yang bersahut-sahutan, meninggalkan keluarga dan sanak saudara yang sesungguhnya masih membutuhkan. Selain itu, warta tentang kekerasan dan kejahatan masih terus terdengar, menyebabkan keresahan di sana-sini. Tidak berhenti di situ, bencana datang bertubi-tubi, menyerang siapa saja tanpa pilih kasih.

Bencana Alam Datang Bertubi-tubi, Menyaingi Pilu Akibat Pandemi

Akhir-akhir ini, kita banyak mendengar pilu yang dirasakan oleh korban akibat erupsi Gunung Semeru. Terdapat lebih dari 50 korban jiwa yang meninggal dunia. Ribuan warga juga diharuskan untuk mengevakuasi diri, dengan banyak di antara mereka kehilangan tempat tinggalnya karena diluluhlantahkan oleh lahar panas. Namun, letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu bukanlah satu-satunya bencana yang terjadi di tahun 2021.

Sumber foto : [Update] – Hari Kelima Paska Erupsi Semeru, Tim Gabungan Temukan Total 43 Korban Meninggal Dunia – BNPB

Sejak Januari 2021, menurut BNPB, tercatat 265 kasus kebakaran hutan dan lahan, 15 daerah mengalami kekeringan, serta 580 tanah longsor. Selain itu terjadi 41 peristiwa gelombang pasang dan abrasi, 734 kejadian akibat cuaca yang ekstrem, serta 1.209 kasus banjir. Angka-angka ini merupakan angka yang berhasil tercatat. Masih terdapat kemungkinan kasus bencana Indonesia di tahun 2021 tidak terekam jejaknya.

Indonesia memang negara yang terletak di daerah yang rawan bencana. Selain keeksotisan yang didapat karena berada di garis khatulistiwa, Indonesia juga berada di antara lempeng Pasifik, Eurasia, dan Indo-Australia. Indonesia juga mendapatkan julukan daerah cincin api karena memiliki banyak gunung berapi. Namun, terlepas dari itu semua, sebagian besar bencana yang terjadi di Indonesia juga merupakan bencana akibat krisis iklim. Lebih jauh, krisis iklim ini diakibatkan oleh perilaku manusia.

Bencana Alam dan Krisis Iklim: Hubungan Sebab Akibat Tak Terbantahkan

Manusia, dengan segala kebutuhan yang harus dipenuhi, mengeksplorasi sumber daya yang ada di bumi. Dengan segala kecanggihan yang berhasil diciptakan, manusia akhirnya mengeksploitasi sumber daya tersebut dengan tidak bijak. Sumber daya alam semakin menipis, lingkungan menjadi korban keserakahan manusia,.

Kegiatan manusia, terutama sejak terjadinya revolusi industri, menyebabkan emisi gas rumah kaca yang masif. Gas-gas ini dinamakan gas rumah kaca bukan tanpa alasan, melainkan karena mereka dapat menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca yang sesungguhnya normal terjadi menjadi tidak lazim karena tingginya gas rumah kaca. Hal ini kemudian menyebabkan panas matahari yang terperangkap di dalam bumi menjadi lebih banyak sehingga menyebabkan pemanasan global. Selanjutnya, krisis iklim terjadi dan menjurus ke berbagai bencana yang saat ini kita rasakan.

Baca Juga : Menuju Masyarakat Muara Laboh Mandiri : Pendampingan Adalah Kunci

Pertanian dan Krisis Iklim

Salah satu sektor kegiatan manusia yang mendorong krisis iklim adalah pertanian. Proses produksi produk pertanian dari hulu hingga hilir menggunakan energi yang besar. Tidak hanya itu, limbah dan emisi juga dihasilkan dalam kegiatan pertanian. Semua hal ini akan mendukung terjadinya krisis iklim yang terjadi di bumi. Maka, apa yang bisa dilakukan oleh sektor pertanian untuk menebus dosa mereka dalam berkontribusi terhadap krisis iklim?

1. Sistem irigasi yang efisien

Tahukah Anda bahwa setiap manusia membutuhkan 3.000 L air untuk menunjang kebutuhan makanannya per hari? Terbayang betapa banyak air yang dibutuhkan jika seluruh manusia membutuhkan air sedemikian banyak. Maka, jawaban akan isu ini adalah dengan menyediakan sistem irigasi yang efisien. Dengan air yang terbatas, sistem irigasi yang efisien akan tetap bisa mengairi tanaman dengan optimal.

2. Menggunakan energi terbarukan

Indonesia mungkin membutuhkan waktu yang panjang untuk menerapkan langkah kedua ini. Sektor pertanian sangat mungkin memanfaatkan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi kegiatan pertanian. Mesin-mesin yang masih menggunakan bahan bakar fosil serta transportasi distribusi produk pertaniannya dapat menjadi sasaran utama praktik penggunaan energi terbarukan.

3. Menanam tanaman secara organik

Menanam tanaman secara organik juga mengurangi dampak pertanian terhadap krisis iklim. Bertanam secara organik berarti bahwa penanaman tidak menggunakan pestisida yang berbahaya bagi lingkungan. Tanah bisa tetap produktif dan bisa untuk menyerap karbon di atmosfer. Tidak hanya itu, bertani secara organik juga menguntungkan dengan adan ya pola hidup yang semakin sehat di masyarakat. Langkah ini juga sangat didukung oleh Anwar Muhammad Foundation (AMF). Komunitas binaan AMF menerapkan pertanian organik untuk bisa berdaya saing di pasaran serta bisa mengurangi dampak pertanian terhadap lingkungan.

4. Usaha kompos

Kompos merupakan metode yang sangat ampuh mencegah emisi gas rumah kaca. Hal ini akan mencegah terjadinya efek rumah kaca yang mengarah pada krisis iklim. Tidak hanya itu, kompos akan berguna untuk pupuk sehingga petani bisa lebih hemat. Kompos juga akan memperbaiki kualitas tanah pertanian sehingga menjadi lebih produktif.

Peran AMF dalam Pertanian Berkelanjutan

Di bulan Desember 2021 ini, AMF membersamai PT Supreme Energy melakukan implementasi Livelihood Improvement Program (LIP) SERD. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeliharaan demplot percontohan kopi organik. Hal ini terdiri atas kegiatan pembersihan lahan perkebunan kopi dan perawatan pohon kopi dengan melakukan pemupukan dengan kompos. Selain itu, dilakukan juga pemeliharaan tanaman bunga di sekitar area demplot.

Sumber foto : Laporan Progress & Plan Implementasi LIP SERD AMF

Bencana, krisis iklim, dan sektor pertanian ternyata memiliki hubungan sebab akibat secara langsung ataupun tidak. Meskipun demikian, sektor pertanian masih bisa menebus kesalahannya dengan berbagai hal. Anwar Muhammad Foundation sangat mendukung praktik pertanian berkelanjutan agar meminimalisir dampaknya terhadap krisis iklim.

Author