Anwar Muhammad Foundation – Dalam dunia pertanian, salah satu beban terbesar bagi petani kecil adalah biaya input — benih, pupuk, tenaga kerja, irigasi. Khususnya pupuk, yang jenisnya seperti urea, NPK, ZA, organik — memainkan peran kunci dalam produktivitas tanaman. Belakangan ini, pemerintah Indonesia mengambil keputusan penting: menurunkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sekitar 20 %. Berdasarkan keputusan resmi, misalnya pupuk Urea dari Rp 2.250/kg menjadi Rp 1.800/kg, NPK dari Rp 2.300/kg menjadi Rp 1.840/kg. Tujuan utamanya: meringankan beban petani agar bisa lebih produktif dan mendukung stabilitas pangan nasional.
Mengapa hal ini krusial? Karena ketika pupuk mahal, petani kecil sering mengurangi pemakaian atau memilih pupuk berkualitas rendah — yang bisa mengurangi hasil panen. Dengan penurunan harga, secara teori kita harapkan terjadi peningkatan penggunaan pupuk yang sesuai, yang kemudian meningkatkan hasil dan memperkuat ketahanan pangan.
Apa Artinya Untuk Petani Kecil?

Sumber: bbc
Untuk petani kecil, penurunan harga pupuk menjadi beberapa hal positif:
- Dengan pupuk lebih murah, misalnya dari Rp 112.500 per sak (50 kg) menjadi Rp 90.000 per sak Urea, margin usaha tani membaik.
- Peluang penggunaan pupuk yang lebih optimal yakni ketika biaya lebih ringan, petani jadi punya ruang untuk memakai pupuk sesuai anjuran (baik jenis maupun dosis) daripada menahan penggunaan. Ini bisa berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil panen.
- Uang yang tadinya untuk pupuk bisa dialihkan ke kebutuhan lain — misalnya perbaikan saluran irigasi, tenaga kerja tambahan, atau benih unggul.
- Ketika petani merasa “diperhatikan” lewat kebijakan ini, muncul motivasi untuk bekerja lebih baik, untuk belajar teknik baru, atau bergabung dalam kelompok tani yang lebih aktif.
Dampak terhadap Ketahanan Pangan Nasional

Sumber: desawahan.gunungkidulkab.go
Ketahanan pangan nasional bukan sekadar soal cukup makanan hari ini, tapi soal produksi berkelanjutan, distribusi yang adil, dan harga yang stabil. Kebijakan ini mendukung beberapa aspek:
- Produktivitas meningkat: Dengan pupuk lebih murah dan akses lebih baik, diharapkan hasil panen—baik padi, jagung, kedelai—akan naik, yang membantu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
- Harga pangan lebih stabil: Ketika produksi meningkat, maka tekanan impor atau kekurangan bisa berkurang. Ini membantu menjaga harga pangan agar tidak meroket.
- Kemandirian pangan: Dengan petani kecil makin kuat secara ekonomi dan teknis, ketergantungan pada impor bisa berkurang.
- Efek berkelanjutan: Ketika siklus produksi-panen-reinvestasi berjalan dengan baik, maka sektor pertanian makin resilient terhadap gangguan seperti perubahan iklim atau fluktuasi global.
Baca Juga : Cara Gen Z Membentuk Aktivisme Lingkungan di Era Media Sosial
Tantangan & Catatan yang Harus Diperhatikan

Sumber: kabarbumn
Walaupun kebijakan ini memiliki banyak potensi positif, ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai agar hasilnya maksimal:
- Distribusi dan penyalahgunaan
- Pupuk subsidi hanya efektif jika sampai ke tangan petani yang berhak. Ada regulasi yang mengatur alokasi berdasarkan sistem digital (e-Alokasi) agar lebih tepat sasaran.
- Kios (penyalur) yang nakal atau di luar regulasi bisa menjual di atas HET atau menyalahgunakan kuota. Hal ini bisa mengurangi dampak positif kebijakan.
- Penggunaan pupuk yang benar
- Hanya karena pupuk lebih murah tidak otomatis berarti penggunaan optimal. Butuh edukasi kepada petani agar dosis dan jenis pupuk sesuai kebutuhan tanah dan tanaman.
- Jika petani tetap memakai secara sembarangan, maka efeknya bisa kurang maksimal atau malah merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang.
- Ketergantungan subsidi tanpa inovasi
- Kebijakan subsidi bagus, tapi apabila bertahan tanpa dorongan inovasi (misalnya teknologi pertanian, diversifikasi tanaman, pertanian organik) maka jangka panjang bisa jadi “misalnya” petani ranum tapi masih rentan.
- Lahan & faktor eksternal lainnya
- Seringkali petani punya kendala lain: lahan sempit, irigasi kurang baik, modal sedikit, akses ke pasar terbatas. Pupuk murah saja tidak cukup jika faktor-lain ini tidak diperhatikan.
Rekomendasi untuk Pemangku Kepentingan & Petani

Sumber: tenjolayar desa
ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar kebijakan ini benar-benar “berbuah” bagi petani dan ketahanan pangan:
- Untuk pemerintah & penyelenggara program
- Pastikan sistem e-Alokasi dan distribusi berjalan lancar, transparan, dan diawasi secara real-time.
- Perkuat edukasi dan penyuluhan bagi petani kecil tentang penggunaan pupuk tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu.
- Integrasikan kebijakan pupuk murah dengan program lain: irigasi, benih unggul, akses pasar, kredit mikro.
- Monitor dan evaluasi dampak kebijakan secara rutin—berapa banyak petani yang terbantu, bagaimana perubahan produktivitas, dan apa kendalanya.
- Untuk petani & kelompok tani
- Pastikan tergabung dalam kelompok tani resmi dan terdata dalam sistem yang sah agar bisa mendapat pupuk bersubsidi.
- Gunakan pupuk sesuai rekomendasi (jenis tanah, tanaman, musim). Jangan sekadar karena murah.
- Kelola sisa biaya yang dihemat dari pupuk untuk hal produktif lain: perawatan lahan, pupuk organik tambahan, diversifikasi tanaman.
- Bangun jejaring dengan petani lain/kelompok tani agar berbagi pengalaman—apa yang berhasil, apa yang belum.
Kesimpulan
Kebijakan penurunan harga pupuk bersubsidi sebesar 20 % bukan hanya angka di kertas — ini adalah sebuah sinyal bahwa petani kecil mendapat perhatian lebih dan bahwa sektor pertanian di Indonesia sedang diarahkan ke arah yang lebih berkelanjutan dan adil. Ketika petani bisa membeli pupuk dengan harga lebih terjangkau, mereka memiliki peluang lebih besar untuk menghasilkan panen berkualitas, memperkuat kesejahteraan, dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Namun, agar potensi ini terwujud penuh, dibutuhkan kerja bersama: pemerintah, petani, kelompok tani, lembaga advokasi, dan publik.
Referensi
Badan Pusat Statistik. (2024). Statistik pertanian Indonesia 2024. Jakarta: BPS. Retrieved from https://www.bps.go.id
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2024, Agustus 10). Pemerintah turunkan harga pupuk subsidi untuk tingkatkan kesejahteraan petani. Retrieved from https://www.pertanian.go.id
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2024, September 5). Kebijakan subsidi pupuk sebagai strategi menjaga ketahanan pangan. Retrieved from https://www.kemenkeu.go.id
Kompas.com. (2025, Oktober 24). Harga pupuk subsidi turun 20 persen, petani sambut positif kebijakan pemerintah. Retrieved from https://www.kompas.com
Tempo.co. (2025, Oktober 25). Dampak penurunan harga pupuk terhadap produktivitas pertanian di Indonesia. Retrieved from https://www.tempo.co
FAO. (2023). Fertilizer and sustainable agriculture: Balancing production, environment, and food security. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations. Retrieved from https://www.fao.org
OECD. (2023). Agricultural Policy Monitoring and Evaluation 2023: Indonesia. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/agr_pol_2023-en
The World Bank. (2024). Ensuring food security through effective fertilizer subsidy management. Washington, DC: World Bank. Retrieved from https://www.worldbank.org





