Lompat ke konten

Sehari Menjadi Pemilik Usaha: Belajar Business Craft dengan Board Game Role Play

Anwar Muhammad Foundation – Sebagai bentuk komitmen dari Anwar Muhammad Foundation (AMF) dalam pengembangan kapasitas pegawai. Kali ini AMF berkolaborasi dengan Corporate Innovative Asia (CIAS) menyelenggarakan pelatihan “Business Craft” pada 15 Juni 2025. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan pembelajaran tentang betapa pentingnya strategi berbisnis.

“Tim saya tadi fokus berjualan produk saja, karena saya rasa tadi yang penting tetap sustain. Ternyata setelah dilihat kami kalah jauh dengan tim sebelah yang bisa mencapai 79 miliar.”

– Peserta Pelatihan

Melalui mekanisme board game, setiap squad dengan 4 tim berkompetisi untuk menjadi perusahaan dengan profit tertinggi. Permainan ini mendorong seluruh anggota pelatihan untuk berpikir, strategi apa yang paling cocok dengan perusahaan dengan mempertimbangkan produk atau jasa, tim internal, kemampuan kompetitor, dan kebijakan yang mengatur jalannya perusahaan.

Menyesuaikan Produk dengan Kebutuhan Konsumen

Pelatihan Business Craft

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Sejak awal, berjualan adalah inti dari sebuah perusahaan. Akan tetapi, untuk dapat melakukan penjualan, sebuah perusahaan perlu melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, penjual harus mengetahui pembelinya. Mengetahui pembeli berarti menyesuaikan produk dengan kebutuhan pembeli. Siapakah yang menjadi target pembelian? Apa pekerjaan mereka? Apa masalah mereka yang kemungkinan dapat diselesaikan oleh produk yang dijual? Bagaimana perilaku konsumsi mereka? Pembeli membutuhkan produk yang murah tetapi dalam jumlah banyak atau pricey tapi berkualitas?

Produk atau jasa yang dibutuhkan tentu menjadi daya tarik bagi pembeli. Akan berbeda cerita jika penjual hanya membuat produk seperti yang mereka inginkan, belum tentu ada yang akan membelinya. Pelatihan Business Craft ini membuat peserta pelatihan memahami Customer Profiling.

Hal selanjutnya yang tidak kalah penting adalah product development. Board game Business Craft yang dimainkan memungkinkan peserta pelatihan untuk mengubah komponen produk, menambah produk, maupun memberikan hak cipta pada produk. Kemampuan ini memacu peserta untuk memikirkan lebih lanjut tentang pengembangan produk yang dimiliki. Informasi tentang konsumen sebelumnya sudah didapatkan, sehingga kini pilihan-pilihan seperti intensifikasi dan diversifikasi produk patut untuk dipertimbangkan.

Berani Berinovasi, Berani Berkembang

Pelatihan Business Craft

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Perlu diingat bahwa bisnis bukan hanya tentang menjual produk. Apalagi jika prospek bisnis kedepannya adalah perusahaan yang berkembang dari waktu ke waktu. Perlu ada strategi bisnis yang lebih berani dan kreatif. Board game Business Craft pun menawarkan beberapa inovasi bisnis. Inovasi ini membuka ruang bagi perusahaan untuk mengambil langkah strategis demi mendapat profit yang lebih besar.

Ini menjadi menarik ketika melakukan inovasi berarti perlu keberanian mengambil risiko. Perusahaan yang akan melakukan inovasi harus mengeluarkan modal, tetapi keberhasilan inovasi masih belum valid, walaupun kemungkinan tetap bisa diperhitungkan. Jika dilihat dari perspektif lainnya, keberhasilan inovasi dengan risiko tinggi akan berdampak cukup besar bagi perusahaan.

Dengan motto ‘Tidak apa benar atau salah, karena ini hanya permainan’, fasilitator mendorong tim-tim dengan modal yang mereka miliki untuk melakukan inovasi-inovasi yang dapat mengembangkan bisnis mereka. Sebagai contoh, terdapat inovasi cross selling, yakni ketika pembelian sebuah produk harus dibersamai dengan pembelian produk lainnya. Ini mirip dengan sistem bundling. Dengan inovasi ini, perusahaan mencapai penjualan yang lebih tinggi untuk kedua produk.

Baca Juga : Hari UMKM 2025: Tulang Punggung Ekonomi

Bersama Lebih Inovatif

Pelatihan Business Craft

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Salah satu bentuk inovasi yang sangat menarik adalah melakukan kolaborasi. Kolaborasi dengan perusahaan lain bahkan kompetitor dapat menjadi pilihan yang strategis untuk keberlanjutan perusahaan. Kolaborasi semacam ini memungkinkan terciptanya nilai tambah yang tidak bisa dicapai jika bekerja sendiri. Selain itu, kolaborasi juga membuka peluang untuk berbagi risiko, sumber daya, dan pasar secara lebih efisien.

Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika melakukan kolaborasi, diantaranya trust. Kepercayaan terhadap tim internal maupun collaborator. Sebelum melakukan kolaborasi dengan eksternal, penting juga untuk menguatkan internal. Terutama yang berkaitan dengan pembagian kerja.

“Kita bisa dapat profit segitu karena A juga berani buat ambil risiko, lalu B juga banyak memberikan ide yang timingnya pas. Nah, saya perannya sebagai penstabil emosi. Biar kita ambil keputusan dengan tenang dan dipikirkan matang-matang.”

Pernyataan ini diberikan oleh tim dengan skor tertinggi dari 3 squad yang ada. Ia menjelaskan setiap anggota memainkan perannya masing-masing dengan sangat apik dan saling mendukung sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Selain itu, kolaborasi dengan pihak eksternal juga membutuhkan kepercayaan. Tentunya kolaborasi memerlukan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Memorandum of Understanding (MoU) dapat menjadi pengikat bagi kedua belah pihak ketika melakukan kerja sama.

Strategi Bisnis: Bertahan atau Berani Take The Risks

Pelatihan Business Craft

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Segala macam strategi telah diperkenalkan, kini pilihan ada ditangan perusahaan. Tetap bertahan dengan pendekatan yang selama ini dianggap aman atau mulai berani mengambil risiko demi pertumbuhan yang lebih signifikan? Di tengah kondisi pasar yang terus berubah dan persaingan yang semakin ketat, strategi bertahan mungkin memberikan rasa aman jangka pendek, namun sering kali membuat perusahaan kehilangan momentum inovasi. Sebaliknya, keberanian untuk mengambil risiko dengan perhitungan yang matang dapat membuka peluang baru, memperluas pasar, dan menjadikan perusahaan lebih adaptif terhadap perubahan.

Authors