Anwar Muhammad Foundation – Jejak polusi dari sungai ke lautan menunjukkan keterkaitan erat antara aktivitas manusia di daratan dengan kualitas lingkungan laut. Polusi air di Indonesia merupakan masalah serius yang bermula dari pencemaran di sungai dan akhirnya bermuara ke laut, mengancam ekosistem dan kehidupan manusia. Aktivitas manusia seperti pembuangan limbah domestik, industri, pertanian, dan pertambangan yang tidak terkelola dengan baik telah mencemari banyak sungai besar yang bermuara ke laut, seperti Sungai Citarum dan Sungai Musi. Sampah plastik menjadi salah satu penyebab utama, dimana sekitar 10% plastik yang dibuang ke sungai berakhir di laut, dengan estimasi 165.000 ton plastik per tahun masuk ke perairan laut Indonesia.
Limbah-limbah ini membawa berbagai zat berbahaya, termasuk logam berat dan plastik, yang menurunkan kualitas air dan merusak habitat laut. Kondisi ini diperparah oleh tumpahan minyak dan praktik penangkapan ikan yang merusak. Dengan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, pencemaran ini mengancam keanekaragaman hayati laut yang sangat kaya dan sumber penghidupan masyarakat pesisir. Oleh karena itu, pengelolaan limbah yang terpadu dan kesadaran kolektif masyarakat sangat dibutuhkan untuk melindungi sungai dan laut dari polusi yang terus meningkat.
Pencemaran ini menyebabkan dampak negatif dari sungai ke laut, diantaranya:
1. Kerusakan Ekosistem Laut
Sumber foto: OOHYA
Pencemaran yang berasal dari limbah plastik, bahan kimia, dan logam berat menyebabkan rusaknya habitat penting seperti terumbu karang, hutan mangrove, dan padang lamun. Terumbu karang, misalnya, sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Polutan dapat menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) dan kematian massal organisme karang. Mangrove yang tercemar juga kehilangan fungsinya sebagai pelindung pantai dan tempat berkembang biak bagi ikan dan udang. Akibatnya, keanekaragaman hayati laut menurun drastis karena banyak spesies kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan.
2. Penurunan Populasi Biota Laut
Sumber foto: myPangandaran
Zat pencemar seperti limbah industri dan pertanian mengandung bahan toksik yang masuk ke dalam rantai makanan laut. Misalnya, logam berat seperti merkuri dan timbal dapat terakumulasi dalam tubuh ikan dan organisme laut lainnya, menyebabkan kematian atau gangguan reproduksi. Selain itu, pencemaran juga menurunkan kadar oksigen di dalam air (eutrofikasi), sehingga ikan dan organisme laut sulit bernapas dan bertahan hidup. Penurunan populasi ini berdampak langsung pada ketahanan sumber daya perikanan yang menjadi mata pencaharian banyak masyarakat pesisir.
3. Dampak Ekonomi bagi Nelayan dan Pariwisata
Sumber foto: mongabay
Nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan karena ikan yang biasa mereka tangkap berkurang jumlahnya atau terkontaminasi sehingga tidak layak konsumsi. Hal ini menyebabkan berkurangnya pendapatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu, pantai dan laut yang tercemar juga mengurangi daya tarik wisata bahari seperti snorkeling, menyelam, dan wisata pantai. Sektor pariwisata yang menurun berarti hilangnya peluang ekonomi bagi masyarakat lokal yang bergantung pada kunjungan wisatawan.
4. Gangguan Kesehatan Manusia
Sumber foto: TIMES Indonesia
Masyarakat yang mengonsumsi ikan dan hasil laut dari perairan tercemar berisiko mengalami masalah kesehatan. Mikroplastik dan bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam ikan dapat masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan kerusakan organ, hingga risiko kanker. Selain itu, pencemaran air juga dapat menyebabkan penyakit kulit, gangguan pernapasan, dan penyakit menular lainnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dan pantai.
5. Penurunan Kualitas Air dan Kerusakan Sumber Air Tawar
Sumber foto: RRI
Pencemaran yang bermuara ke laut juga dapat merembes ke sumber air tawar di pesisir, seperti mata air dan sumur. Air yang tercemar ini tidak layak untuk dikonsumsi dan digunakan sehari-hari, sehingga meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air. Hal ini juga memperburuk krisis air bersih di beberapa daerah pesisir yang sudah mengalami keterbatasan akses air.
Baca Juga : Suara Alam yang Kian Menghilang
Kesimpulan
Pencemaran dari sungai ke laut menyebabkan kerusakan ekosistem, penurunan populasi biota laut, dampak negatif pada ekonomi nelayan dan pariwisata, serta risiko kesehatan bagi manusia. Masalah ini menuntut pengelolaan limbah yang baik dan kesadaran bersama untuk melindungi lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir.
Rekomendasi
1. Memperkuat Sistem Pengeloaan Limbah Terpadu
Dengan melakukan pemilahan sampah, daur ulang, dan pengelolaan limbah secara tepat akan mencegah masuknya limbah ke badan air
2. Mendukung Praktik Pertanian dan Industri Berkelanjutan
Mendukung adanya metode pertanian yang ramah lingkungan dan sistem pengolahan limbah industri yang berkelanjutan yang dapat mengurangi dampak yang dihasilkan
3. Edukasi dan Peran Partisipatif Masyarakat
Memberikan kesadaran kepada masyarakat akan dampak pencemaran terhadap sungai dan laut. Memberdayakan masyarakat dalam program bersih-bersih, bank sampah, pengelolaan limbah rumah tangga. Dengan pemahaman ini, masyarakat dapat mengerti pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan perairan.
4. Memperkuat Pengawasan dan Penegakkan Hukum dari Pemerintah
Pemerintah turut mendorong kelestarian lingkungan dengan menerapkan regulasi terkait pengelolaan limbah, pengawasan yang ketat terhadap pembuangan limbah industri, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran. Serta dapat mendorong kolaborasi multipihak dalam aksi bersama menjaga kelestarian lingkungan
Referensi
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. (2024). Tingkat Pencemaran Laut di Indonesia.
Laut Sehat. (2024). Pencemaran Perairan Laut Indonesia: Dampak dan Cara Menanggulangi.
Wahyono, et al. (2020). Dampak Pencemaran Air terhadap Kehidupan Biota Laut dan Kesehatan Manusia. Jurnal Administratum, Universitas Sam Ratulangi.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2017). Pemantauan Sampah Laut Indonesia.