Anwar Muhammad Foundation – Krisis serangga di hutan tropis Indonesia merupakan salah satu masalah ekologis yang mendesak, mengingat peran penting serangga dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Hutan tropis Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia, menghadapi ancaman serius akibat deforestasi, perubahan iklim, fragmentasi habitat, dan aktivitas manusia lainnya. Penurunan populasi serangga di wilayah ini tidak hanya mengancam keberlanjutan ekosistem hutan tropis, tetapi juga berdampak langsung pada layanan ekologi seperti penyerbukan, pengendalian hama alami, dan siklus nutrisi.
Hilangnya habitat akibat konversi lahan menjadi perkebunan sawit dan karet telah menekan keberagaman serangga secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga seperti kupu-kupu jauh lebih tinggi di hutan primer dibandingkan dengan lahan pertanian atau perkebunan monokultur. Selain itu, perubahan iklim memperburuk situasi ini dengan mempengaruhi pola cuaca, suhu, dan ketersediaan sumber makanan bagi serangga. Fenomena seperti El Nino dan La Nina juga mengganggu siklus kehidupan serangga tropis yang sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Penurunan populasi serangga memiliki efek berantai pada ekosistem, antara lain sebagai berikut:
1. Gangguan rantai makanan
Sumber foto: detikcom
Berkurangnya serangga mengurangi ketersediaan makanan bagi predator seperti burung, reptil, amfibi, dan mamalia kecil Hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi hewan-hewan tersebut.
2. Penurunan kualitas nutrisi
Sumber foto: EARTH ORG
Selain berkurangnya jumlah makanan, kualitas nutrisi juga menurun. Serangga merupakan sumber penting asam lemak esensial omega-3 dan omega-6 bagi predatornya. Penurunan keanekaragaman serangga berarti berkurangnya asupan nutrisi penting ini. Serangga berperan penting dalam siklus nutrisi di ekosistem. Penurunan populasi mereka dapat mengganggu proses-proses penting seperti dekomposisi dan penyuburan tanah
3. Gangguan layanan ekosistem
Sumber foto: Ruang kota
Serangga berperan vital dalam penyerbukan, penguraian nutrisi, dan pengendalian hama alami. Berkurangnya populasi serangga mengganggu fungsi-fungsi ekosistem ini. Gangguan pada layanan ekosistem yang disediakan serangga, seperti penyerbukan dan pengendalian hama, dapat mengancam produksi pangan.
Penanganan krisis serangga di hutan tropis Indonesia memerlukan beberapa pendekatan multidimensi, diantaranya
1. Perlindungan Dan Restorasi Habitat
Sumber foto: save the frogs
Pelestarian hutan primer harus menjadi prioritas, karena keanekaragaman serangga di hutan alami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan terdegradasi. Selain itu, upaya restorasi ekosistem gambut dan mangrove juga sangat penting, mengingat keberhasilan dalam memulihkan lahan dapat meningkatkan populasi serangga dan mendukung keanekaragaman hayati.
2. Penelitian dan pemantauan berbasis teknologi
Sumber foto: panda id
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan metode penginderaan jauh dapat membantu memetakan populasi serangga serta mengidentifikasi spesies endemik yang terancam. Survei jangka panjang diperlukan untuk memantau dinamika populasi serangga, sehingga langkah-langkah konservasi dapat diambil secara tepat waktu.
3. Kebijakan terintegrasi dan kolaborasi lintas sektor
Sumber foto: LinkedIn
Kebijakan ini sangat penting untuk mencapai hasil yang efektif. Pendekatan One Health, yang melibatkan berbagai kementerian seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pertanian, dapat membantu mengatasi masalah deforestasi dan penyakit zoonosis secara bersamaan. Selain itu, memberikan insentif bagi inovasi dalam pengelolaan kehutanan juga dapat mendorong praktik berkelanjutan yang mendukung keberlangsungan populasi serangga.
4. Pengelolaan pertanian berkelanjutan
Sumber foto: Asian Agri
Pengelolaan pertanian berkelanjutan juga memainkan peran penting dalam menangani krisis ini. Manajemen Hama Terpadu di perkebunan sawit, yang mengurangi penggunaan pestisida kimia dan memanfaatkan predator alami, dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Reforestasi produktif dengan menanam spesies asli yang mendukung keanekaragaman serangga juga merupakan langkah yang sangat dianjurkan.
5. Pemberdayaan masyarakat lokal
Sumber foto: RRI
Pemberdayaan ini menjadi elemen kunci dalam upaya konservasi ini. Keterlibatan Masyarakat Peduli Api (MPA) dalam patroli pencegahan kebakaran hutan bersama TNI dan Polri dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem hutan. Selain itu, bioprospeksi sumber daya genetik hutan untuk pangan dan farmasi dapat memberikan manfaat ekonomi sekaligus mendukung keberlanjutan ekosistem.
Kesimpulan
Krisis serangga di hutan tropis Indonesia, yang disebabkan oleh deforestasi, perubahan iklim, dan aktivitas manusia, mengancam keseimbangan ekosistem dan layanan ekologi penting seperti penyerbukan dan pengendalian hama. Penanganan krisis ini memerlukan perlindungan habitat, penelitian berbasis teknologi, kebijakan terintegrasi, pengelolaan pertanian berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Referensi
lestari.kompas.com. (2025, April). Populasi Serangga Hutan Tropis Turun Drastis, Apa Dampaknya?
rekoforest.org. (2025, Februari). Capung dan Capung Jarum di RER: Konservasi Serangga Terbang Tertua di Dunia.
weforum.org. (2020, March). Insects are declining rapidly – here’s why that needs to change.