Skip to content

BMKG Beri Peringatan Adanya Perubahan Iklim Ekstrem!

Anwar Muhammad Foundation – Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar terkait perubahan iklim ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan mengenai potensi peningkatan curah hujan yang signifikan akibat fenomena La Nina yang lemah, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Maret atau April 2025. Dalam laporan terbaru, BMKG menyatakan bahwa puncak musim hujan tahun ini diprediksi terjadi antara Januari hingga Februari 2025, dengan curah hujan yang dapat meningkat 20-40% dibandingkan dengan kondisi normal. Perubahan iklim yang ekstrem ini tidak hanya berpotensi menyebabkan curah hujan yang tinggi tetapi juga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

BMKG mengingatkan bahwa fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah yang sudah rentan terhadap bencana alam. Kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi cuaca yang tidak menentu ini. Dengan lebih dari 80% Zona Musim di Indonesia memasuki fase musim hujan, kewaspadaan terhadap potensi banjir dan cuaca ekstrem harus ditingkatkan.

Perubahan iklim ekstrem memiliki dampak signifikan pada sektor pertanian, yang dapat dijelaskan melalui beberapa aspek berikut.

1. Perubahan Pola Curah Hujan

perubahan iklim ekstrem

Sumber foto: Jawa Pos

Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan menjadi tidak terduga, yang berdampak pada waktu tanam dan panen. Pergeseran musim hujan menyulitkan petani dalam menentukan masa tanam yang optimal, sehingga mengurangi produktivitas tanaman.

 

2. Kenaikan Suhu

perubahan iklim ekstrem

Sumber foto: Binus University

Peningkatan suhu global berkontribusi pada stres termal bagi tanaman. Suhu yang lebih tinggi dapat mempercepat penguapan air dari tanah, mengurangi ketersediaan air untuk irigasi, dan menghambat pertumbuhan tanaman.

 

3. Frekuensi Bencana Alam

perubahan iklim ekstrem

Sumber foto: RRI

Perubahan iklim meningkatkan frekuensi bencana seperti banjir dan kekeringan. Banjir dapat merusak tanaman dan infrastruktur pertanian, sementara kekeringan berkepanjangan dapat menyebabkan gagal panen. Dampak ini tidak hanya menurunkan hasil panen tetapi juga meningkatkan biaya produksi karena kebutuhan akan irigasi dan perlindungan tanaman yang lebih tinggi.

 

4. Penyebaran Hama dan Penyakit

Sumber foto: Bibit Online

Suhu dan kelembaban yang meningkat menciptakan kondisi yang lebih baik bagi hama dan penyakit tanaman untuk berkembang. Hal ini dapat menyebabkan kerugian besar dalam hasil panen dan meningkatkan biaya pengendalian hama.

 

5. Dampak Ekonomi

Sumber foto: pluang

Penurunan hasil panen akibat perubahan iklim dapat mengurangi pendapatan petani secara signifikan, dengan estimasi penurunan pendapatan antara 9-25%. Ketidakpastian cuaca juga mempersulit perencanaan jangka panjang bagi petani, menciptakan risiko ekonomi yang lebih besar.

 

6. Adaptasi dan Mitigasi

Sumber foto: RRI

Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi petani dan pemerintah untuk mengimplementasikan strategi adaptasi, seperti penggunaan varietas tahan iklim, praktik pertanian berkelanjutan, serta investasi dalam teknologi ramah lingkungan.

Baca juga: Kekeringan Meluas Menjadi Dampak El Nino Mengancam Wilayah Pertanian

Kesimpulan

BMKG telah mengeluarkan peringatan terkait perubahan iklim ekstrem yang dihadapi Indonesia, yang diperkirakan akan menyebabkan peningkatan curah hujan 20-40% hingga Maret atau April 2025. Puncak musim hujan diprediksi terjadi antara Januari dan Februari, meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, terutama di daerah rawan bencana. Kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi cuaca yang tidak menentu ini.

Perubahan iklim ekstrem juga berdampak signifikan pada sektor pertanian, dengan perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu, dan frekuensi bencana alam yang dapat mengurangi hasil panen dan pendapatan petani. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi, termasuk penggunaan varietas tahan iklim dan praktik pertanian berkelanjutan. Kesadaran dan kolaborasi antara semua pihak menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.

 

 

Referensi

kemenkeu.go.id. (2023, November 17). Berikut Upaya Pemerintah Hadapi Perubahan Iklim.

maritim.go.id. (2017). Upaya Pemerintah Mengatasi Dampak Perubahan Iklim di Pulau-Pulau Kecil di Indonesia.

gramedia.com. 10 Cara Mengatasi Pemanasan Global.

kompasiana.com. (2025, Januari 30). Melawan Perubahan Iklim: Kolaborasi untuk Bumi yang Lebih Baik.

Author