Skip to content

World Café: Menghubungkan Petani, Bisnis, dan Pemerintah dalam Satu Meja

Anwar Muhammad Foundation – Metode diskusi partisipatif yang dikenal sebagai World Café menjadi kunci dalam mempertemukan berbagai pemangku kepentingan di Aceh untuk membahas pengembangan komoditas lokal. Pada 29 Agustus, sesi ini dilaksanakan di Hotel Eva Sky, Meulaboh, dengan tujuan memperluas akses pasar dan memfasilitasi kerjasama lintas sektor.

 

Apa itu World Café?

World Café adalah metode diskusi interaktif yang dirancang untuk mendorong kolaborasi, berbagi ide, dan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Diskusi diatur dalam beberapa “meja” yang masing-masing fokus pada satu topik, dan peserta akan bergilir dari satu meja ke meja lainnya setelah periode waktu tertentu

 

World Café dalam Rangkaian Kegiatan Direct Engagement

Kegiatan ini berlangsung pada 29 Agustus 2024 di Hotel Eva Sky, Meulaboh, Aceh Barat. Diikuti oleh perwakilan pemerintah, akademisi, petani, dan pelaku bisnis, acara ini diadakan sebagai bagian dari upaya SUPA dalam meningkatkan kolaborasi antar sektor

World Café

Sumber foto: Dokumentasi AMF

Peserta yang hadir meliputi perwakilan pemerintah daerah dari Aceh Barat dan Nagan Raya, Universitas Teuku Umar (UTU), serta pengusaha lokal dari sektor komoditas unggulan seperti madu Trigona, lele, dan nanas. Para petani yang tergabung dalam TKPPEG juga berpartisipasi aktif dalam diskusi ini.

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat jaringan pasar bagi komoditas lokal, memfasilitasi program dukungan yang berkelanjutan, serta mendorong kerjasama lintas sektor antara petani, akademisi, bisnis, dan pemerintah. Dalam jangka panjang, kegiatan ini diharapkan dapat memperluas akses pasar dan membantu petani lokal meningkatkan kualitas dan volume produksi mereka

Baca juga: Penguatan Pemasaran B2B untuk Rantai Nilai Komoditas Lahan Gambut

Diskusi dibagi ke dalam beberapa meja yang masing-masing diisi oleh perwakilan pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku bisnis. Setiap kelompok peserta menghabiskan waktu sekitar 20 menit di setiap meja untuk membahas topik-topik seperti akses pasar, inovasi teknologi, dan pengembangan rantai nilai. Setelah rotasi selesai, hasil diskusi kemudian dirangkum dalam sesi penutupan

 

Kebermanfaatan dan Hasil Diskusi dengan Metode World Café

Melalui metode World Café, para petani dan pemangku kepentingan lainnya dapat secara langsung bertukar ide dan memperkuat jaringan mereka. Hasil utama dari kegiatan ini adalah komitmen dari Universitas Teuku Umar untuk mendukung inisiatif pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa. Selain itu, pemerintah daerah dari Aceh Barat dan Nagan Raya juga menyatakan dukungannya untuk membantu pengembangan produk unggulan melalui berbagai program bantuan, seperti penyediaan bibit lele dan pengembangan kolam. Kolaborasi lintas sektor ini menegaskan pentingnya kerjasama berkelanjutan untuk membangun rantai nilai yang lebih efisien dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal di Aceh.

Author