Anwar Muhammad Foundation – Keberlanjutan habitat Harimau Sumatera menjadi isu yang semakin mendesak di tengah ancaman kepunahan yang dihadapi spesies ini. Harimau Sumatera, sebagai salah satu subspesies harimau yang paling terancam, berfungsi sebagai indikator kesehatan ekosistem hutan tropis di Indonesia. Namun, habitat mereka terus mengalami tekanan akibat berbagai faktor, termasuk deforestasi, perburuan liar, dan perubahan iklim. Tantangan-tantangan ini tidak hanya membahayakan kelangsungan hidup harimau, tetapi juga memengaruhi keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Di sisi lain, terdapat peluang untuk meningkatkan keberlanjutan habitat Harimau Sumatera melalui upaya konservasi yang terintegrasi dan kolaboratif. Inisiatif seperti restorasi habitat, penguatan regulasi perlindungan, serta keterlibatan masyarakat lokal dalam program-program konservasi dapat menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan yang ada. Dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi Harimau Sumatera dan ekosistemnya.
Sumber foto: betahita.id
Adapun beberapa tantangan yang dapat diidentifikasi, antara lain sebagai berikut
1. Kehilangan Habitat
Sumber foto : ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Lebih dari 70% habitat harimau Sumatera berada di luar kawasan konservasi, terutama di konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit. Hal ini menyebabkan tumpang tindih antara habitat harimau dan aktivitas manusia yang merusak lingkungan. Penebangan liar dan pembukaan lahan untuk pertanian serta proyek infrastruktur telah mengurangi ruang hidup harimau secara drastis. Dalam 14 tahun terakhir, enam lanskap konservasi harimau di Sumatera kehilangan 12.5% dari tutupan hutan mereka.
2. Perusakan Lingkungan
Sumber foto : pixabay
Aktivitas perambahan hutan, pembukaan lahan pertanian, dan proyek infrastruktur telah mengurangi ruang hidup harimau secara drastis. Dalam 14 tahun terakhir, enam lanskap konservasi harimau di Sumatera kehilangan 12.5% dari tutupan hutan mereka. Penurunan tutupan hutan dari tahun ke tahun telah mempersempit ruang gerak harimau, memaksa mereka untuk memasuki wilayah yang lebih dekat dengan aktivitas manusia. Hal ini tidak hanya mengurangi jumlah mangsa alami, tetapi juga meningkatkan risiko konflik dengan manusia.
3. Konflik Manusia-Satwa
Sumber foto : antaranews
Dengan hampir 99% populasi harimau berada di luar kawasan konservasi, konflik antara harimau dan manusia menjadi semakin sering terjadi. Banyak kasus kematian harimau disebabkan oleh jerat yang dipasang oleh warga. Ketika ruang jelajah dan pasokan makanan berkurang, harimau merasa terancam dan sering kali menyerang ternak, yang memicu respons negatif dari masyarakat.
4. Perburuan Ilegal
Sumber foto : kompasiana
Perburuan harimau untuk perdagangan ilegal bagian tubuhnya merupakan salah satu ancaman utama bagi keberlangsungan hidup spesies ini. Meskipun upaya penegakan hukum telah dilakukan, perburuan liar masih terjadi, menambah tekanan pada populasi yang sudah terancam punah.
Adapun beberapa peluang yang dapat diidentifikasi, antara lain sebagai berikut
1. Kolaborasi Sektor Swasta
Sumber foto : InfoEkonomi
Pelibatan sektor swasta, terutama dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang ramah lingkungan, dapat menjadi solusi untuk mendukung konservasi harimau. Inisiatif seperti program HTI ramah konservasi dari APP Sinar Mas menunjukkan bahwa sinergi antara industri dan konservasi dapat dilakukan.
2. Pendekatan Konservasi Terpadu
Sumber foto : Dharma Satya Nusantara
Diperlukan kombinasi antara konservasi in-situ (dalam habitat alami) dan eks-situ (di luar habitat) untuk meningkatkan peluang keberlangsungan hidup harimau. Ini termasuk rehabilitasi habitat yang terdegradasi dan pemanfaatan berkelanjutan.
3. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Sumber foto : News Taman Safari Indonesia
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberadaan harimau dan ekosistemnya dapat membantu mengurangi konflik dan perburuan ilegal. Program edukasi yang melibatkan masyarakat lokal sangat penting dalam upaya pelestarian.
4. Restorasi Habitat
Sumber foto : National Geographic Indonesia
Mengembalikan area yang terdegradasi ke kondisi alami dapat membantu memperluas habitat harimau dan mendukung populasi mereka. Pengalaman sukses dari negara lain, seperti Nepal, menunjukkan bahwa restorasi hutan dapat meningkatkan jumlah populasi harimau.
Kesimpulan
Kehilangan habitat akibat deforestasi, perburuan liar, dan perubahan iklim menjadi tantangan utama yang tidak hanya membahayakan spesies ini, tetapi juga keanekaragaman hayati di Indonesia. Saat ini, lebih dari 70% habitat harimau berada di luar kawasan konservasi, yang menyebabkan konflik antara manusia dan harimau semakin meningkat. Peluang untuk meningkatkan keberlanjutan habitat melalui berbagai inisiatif. Kolaborasi dengan sektor swasta, pendekatan konservasi terpadu, serta edukasi masyarakat lokal menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan tersebut.
Upaya seperti restorasi habitat dan penguatan regulasi perlindungan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi harimau dan ekosistemnya. Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan melibatkan berbagai pihak dalam upaya konservasi, terdapat harapan untuk melindungi harimau Sumatera dari ancaman kepunahan dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis Indonesia.
Referensi
Paiman, A., Anggraini, R., & Maijunita, M. (2018). Faktor Kerusakan Habitat dan Sumber Air Terhadap Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III Taman Nasional Sembilang. Jurnal Silva Tropika, 2(2), 22-28.
Unilak.ac.id. (2024). Ini Masukkan Ahli Kehutanan Fahutsains Unilak untuk Habitat Harimau Sumatera.
Ppid.menlhk.go.id. (2018). Menteri LHK: Habitat Bonita Rusak Akibat Alih Fungsi Lahan