Anwar Muhammad Foundation – Kondisi iklim yang berubah menyebabkan berbagai dampak sehingga dunia saat ini telah, sedang, dan akan menghadapi berbagai krisis iklim. Krisis iklim yang dipicu oleh kegagalan dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim merupakan risiko global jangka panjang dan menjadi salah satu tantangan terbesar di abad ke-21 (WEF, 2020). Perubahan iklim telah memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di Indonesia seperti kenaikan suhu rata-rata, peningkatan frekuensi bencana alam, atau dampak terhadap sektor pertanian dan ekonomi.
Oleh karena itu, krisis iklim perlu dipandang sebagai musuh bersama (common enemy) dan perlu disadari oleh komunitas internasional sebagai bentuk krisis nyata (common sense of crisis) sehingga mendorong semua pihak untuk melakukan aksi dan kolaborasi untuk mengatasinya (common action and collaboration). Ditinjau dari sifat masalahnya maka penanganan terhadap krisis iklim memaksa kerjasama jangka panjang oleh komunitas internasional. Disinilah pentingnya penggunaan saluran dan strategi diplomatik untuk mengatasi perubahan iklim global dan dampaknya yang dikenal sebagai diplomasi iklim (climate diplomacy).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengendalian perubahan iklim melalui pameran dan program edukasi. Aksi nyata dari masyarakat sangat penting untuk mendukung upaya mitigasi ini. Indonesia telah menetapkan target ambisius dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (NDC), dengan target penurunan emisi sebesar 31,89% pada tahun 2030. Rencana jangka panjang juga mencakup Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Untuk mencapai ini, sektor kehutanan dan penggunaan lahan menjadi fokus utama dalam pengurangan emisi.
Baca juga: KONSERVASI UNTUK MASA DEPAN: UPAYA BERSAMA MELINDUNGI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Untuk itu, diperlukan upaya mitigasi konstruktif (membangun,membina,dan memperbaiki) terhadap krisis iklim. Mitigasi adalah berbagai tindakan aktif untuk mencegah atau memperlambat terjadinya perubahan iklim, pemanasan global.
Adapun hal yang bisa kita lakukan sebagai aksi nyata untuk menyelamatkan bumi dari krisis iklim, antara lain
1. Menghemat Pemakaian air dan Penggunaan Listrik
Sumber Foto : Pexels
Cuaca yang tidak dapat lagi diprediksi membuat bencana alam tak terduga bisa datang kapan saja, salah satunya adalah banjir. Volume air laut yang meningkat diakibatkan mencairnya es di kutub, membuat siklus turunnya hujan semakin sering. Lalu dengan tidak membuang-buang air, maka volume air di saluran buang yang tinggi tidak menjadi salah satu penyebab banjir, selain karena kebiasaan buang sampah sembarangan
Listrik merupakan salah satu sumber panas, yang berarti menyumbang pada peningkatan suhu bumi. Jika kita mencabut sumber listrik pada satu saja peralatan yang tidak terpakai, mungkin hasilnya tidak terasa.
2. Menggunakan Peralatan Ramah Lingkungan
Sumber Foto : pixabay
Mengganti kantong plastik dengan tas kain sehingga bisa digunakan berulang adalah salah satu program yang kini tengah menjadi tren ramah lingkungan. Selain itu, menggunakan lap untuk mengurangi pemakaian tisu pun dapat mengurangi penebangan pohon untuk produksi tisu. Memanfaatkan teknologi dalam dunia kerja dan pendidikan, yakni dengan tidak banyak menggunakan kertas untuk tugas dan dokumen-dokumen yang tetap bisa dibahas secara digital. Jika terpaksa harus dicetak, bisa menggunakan sisi sebaliknya dari kertas yang telah tidak digunakan atau menggunakan bahan kertas ramah lingkungan
3. Inisiatif Masyarakat
Sumber Foto : uns.ac.id
Misalnya seperti aksi nyata yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dan organisasi non-pemerintah (NGO). Organisasi Non-Pemerintah (NGO) adalah lembaga nirlaba yang beroperasi secara independen dari pemerintah dan bertujuan untuk kepentingan sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Misalnya, kegiatan pelatihan eco enzyme dan penanaman pohon yang dilakukan oleh mahasiswa bersama Dompet Dhuafa untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Aksi dalam membersihkan lingkungan juga dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi sampah dan menjaga ekosistem.
Bukan hanya sekedar aksi nyata dalam mengatasi krisis iklim, namun juga ada tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat sekitar, diantaranya
1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Sumber Foto : freepik
Banyak masyarakat yang masih kurang memahami urgensi perubahan iklim dan dampaknya. Pengetahuan yang terbatas dapat menghambat partisipasi aktif dalam program mitigasi. Untuk itu perlu adanya peningkatan edukasi dan kampanye kesadaran melalui seminar, workshop, dan media sosial untuk menjelaskan pentingnya tindakan individu dan kolektif.
2. Kendala Finansial
Sumber Foto : xdana.com
Banyak proyek mitigasi memerlukan investasi yang signifikan. Keterbatasan dana dari pemerintah dan sektor swasta sering kali menjadi penghalang. Salah satu cara mengatasinya dengan mencari sumber pendanaan alternatif, seperti hibah internasional, kerjasama dengan NGO, serta kemitraan publik-swasta untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan.
3. Perubahan Iklim yang Sudah Terjadi
Sumber Foto : baktinews
Beberapa dampak perubahan iklim sudah tidak dapat dihindari, seperti peningkatan suhu dan cuaca ekstrem, yang mempersulit upaya mitigasi. Mengembangkan strategi adaptasi yang komprehensif untuk membantu masyarakat menghadapi dampak perubahan iklim sambil tetap fokus pada mitigasi adalah bentuk salah satu strategis yang dapat membantu masyarakat sekitar.
4. Kebijakan yang Tidak Konsisten
Sumber Foto : id.linkedin.com
Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah atau tidak konsisten dapat menghambat implementasi program mitigasi. Ketidakpastian kebijakan juga membuat investor ragu untuk berinvestasi dalam solusi ramah lingkungan, lalu mendorong pembuatan kebijakan yang jelas dan berkelanjutan, serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses perumusan kebijakan.
Kesimpulan
Krisis iklim adalah ancaman nyata yang sudah kita rasakan dampaknya di Indonesia. Perubahan iklim telah memicu berbagai bencana alam, mengganggu ekosistem, dan mengancam keberlangsungan hidup manusia. Namun, bukan berarti kita menyerah. Baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta memiliki peran yang krusial. Upaya mitigasi seperti mengurangi emisi gas rumah kaca dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim harus terus dilakukan.
Meskipun terdapat berbagai tantangan, seperti kurangnya kesadaran masyarakat, kendala finansial, dan kebijakan yang tidak konsisten, kita masih memiliki harapan. Dengan meningkatkan kesadaran, mengadopsi gaya hidup berkelanjutan, dan mendukung kebijakan yang ramah lingkungan, kita dapat berkontribusi dalam menyelamatkan bumi. Penting untuk diingat bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, dapat memberikan dampak positif.
Referensi
Subiyanto, A. (2024). D Diplomasi Iklim: Upaya menyelamatkan bumi dari krisis iklim?. PENDIPA Journal of Science Education, 8 (1), 27-34.
Wahyudin, W., Sampara, S., & Baharuddin, H. (2020). Kebijakan Hukum Lingkungan Terhadap Penanggulangan Krisis Iklim Di Indonesia. Kalabbirang Law Journal, 2(2), 91-100.
Irfan., Apriesta Z. (2024). Aksi Nyata Bersama Pemuka Agama: Menangkis Krisis Iklim