Skip to content

Regenerative City: Melampaui Kota Hijau dan Berkelanjutan

Anwar Muhammad Foundation – Pernahkah barang sedetik kita memikirkan darimana kemegahan dan kemudahan hidup di kota berasal? Kendaraan mewah berlalu lalang di tengah jalanan yang begitu besar. Air tersedia melimpah untuk kebutuhan sehari-hari. Barang-barang untuk keseharian mudah didapatkan. Semua itu tidak muncul begitu saja di perkotaan. Sayangnya, sedikit orang yang sadar bahwa kenikmatan yang didapatkan selama ini berasal dari suatu sumber. Sumber kebutuhan yang melimpah tersebut pada akhirnya bisa habis begitu saja jika dieksploitasi terus menerus. Hal inilah yang menyebabkan perkotaan saat ini tidak berkelanjutan. Sistem yang dianut adalah sistem yang linear, bukan sirkular.

Maka dari itu, muncul konsep Kota Hijau dan Kota Berkelanjutan. Konsep Kota Hijau dimulai dengan upaya untuk mengurangi penggunaan energi, polusi, serta limbah yang dihasilkan. Namun, konsep ini tidak menantang metode produksi serta pola konsumsi yang sejatinya berdampak buruk pada lingkungan sekitar.

Konsep berkelanjutan mengandung makna bahwa apa yang kita gunakan saat ini tidak mengkompromikan kebutuhan generasi di masa depan. Sistem Berkelanjutan memiliki dampak terhadap lingkungan yang netral. Segala aktivitas yang dilakukan juga memiliki efisiensi yang maksimum. Konsep ini dianggap kurang menanggulangi berbagai isu yang saat ini mulai bermunculan.

Kota Regeneratif Bermetabolisme Layaknya Organisme

(Sumber foto : Pameran Milan Taman)

Organisme memiliki caranya sendiri untuk bisa bertahan. Mereka beregenerasi, memulihkan sel, jaringan, ataupun organ tubuhnya yang rusak agar bisa difungsikan kembali. Beberapa organisme tertentu memiliki kemampuan regenerasi yang sangat cepat. Berbeda dengan banyak perkotaan masa kini. Mereka mengalami kerusakan akibat masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pemulihan membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang tidak kunjung dilakukan. Kurang ada daya dan upaya yang dilakukan agar bisa memulihkan diri dari kerusakan yang terjadi.

 Regenerative City atau Kota Regeneratif hadir menjawab permasalahan yang belum terselesaikan oleh Kota Hijau dan Berkelanjutan. Bagaikan organisme, Kota Regeneratif mampu meregenerasi diri dari luaran negatif yang selalu dihasilkan. Hal ini terjadi secara otomatis dan cepat dengan sistem yang sudah tertata rapi.

Kota Regeneratif bukan tidak menghasilkan luaran negatif sama sekali, seperti emisi dan limbah. Hal-hal tersebut masih dihasilkan. Hanya saja, Kota regeneratif mampu mengatasi hal itu dan pulih kembali. Dalam konteks emisi, Kota Regeneratif mampu menjadi carbon sink, yaitu penyerap emisi. Emisi boleh saja dihasilkan, namun upaya offset bisa menyerap emisi lebih banyak. Limbah yang dihasilkan Kota Generatif pun dapat digunakan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan kota.

Beda Tingkatan, Beda Pula Tantangan

Mentransformasi kota yang selama ini mendegradasi lingkungan menjadi wilayah yang regeneratif membutuhkan desain sistem perkotaan yang fundamental. Pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan yang sangat komprehensif. Hal ini karena konsep regeneratif lebih jauh dari keberlanjutan yang selama ini digaungkan.

Baca Juga : Energi Bayu: Menghembuskan Angin Segar Bagi EBT Indonesia

Perencana tata kota serta insinyur sipil sedang menghadapi tantangan untuk bisa mendesain perkotaan yang mampu memenuhi kebutuhan. Namun, desain tersebut menjaga ketahanan ekonomi serta lingkungan di waktu yang sama. Pemerintah pun juga perlu berusaha untuk mengintegrasikan sistem perkotaan. Beberapa komponen kota sudah diprivatisasi. Maka sektor swasta harus berperan pula dalam mewujudkan Kota Regeneratif ini.

Melangkahkan Kaki Menuju Kota Regeneratif

(Sumber foto : Permata Singapura Bandara)

Kota seringkali dianggap sebagai tempat dimana solusi masalah lingkungan mudah diimplementasikan. Perkotaan terdiri atas sumber daya manusia berkualitas yang berpotensi untuk bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan efisien. Tidak hanya itu, banyaknya SDM juga memungkinkan adanya diskusi dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, SDM kota merupakan unsur sangat penting dalam upaya beralih menuju Kota Regeneratif.

Kota Regeneratif bertujuan untuk membangun hubungan antara kota dengan lingkungan yang menyuplai segala kebutuhannya. Hubungan antara kota, terutama unsur manusia di dalamnya, dengan alam tempat sumber daya dieksplorasi dapat dibangun secara fisik terlebih dahulu. Bangunan didesain lebih terbuka sehingga memungkinkan manusia dapat menghirup udara bebas dan bisa merasakan hangat panas matahari ataupun sejuknya hujan. Hal ini merupakan langkah pertama membangun rasa kepedulian manusia akan alam. Tidak hanya itu, konsep seperti ini akan menjadikan manusia lebih nyaman beraktivitas sehingga produktivitas semakin tinggi.

Kolaborasi antar kota merupakan cara sinergis yang bisa dilakukan. Kota tertentu sudah melangkah lebih dulu dalam menganut sistem regenerasi. Masing-masing kota tersebut juga memiliki aspek unggulan yang bisa menjadi teladan bagi kota lainnya. Benchmarking atau lebih jauh kolaborasi bisa dilakukan agar konsep Kota Regeneratif bisa disebarluaskan.

Author