Anwar Muhammad Foundation – Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (Biodiversity) dan juga merupakan rumah bagi lebih dari 17% spesies flora dan fauna yang ada di dunia, meskipun hanya mencakup sekitar 1,3% dari total daratan Bumi. Menurut Global Biodiversity Information Facility (2023), Indonesia memiliki lebih dari 500 spesies mamalia, 1.600 spesies burung, dan 45.000 spesies tumbuhan, menjadikannya salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Namun, dibalik kekayaan yang dimiliki ada beberapa ancaman serius, yakni salah satunya ancaman terhadap keanekaragaman hayati juga sangat besar. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 70% ekosistem di Indonesia telah mengalami degradasi, dengan sekitar 25% spesies flora dan fauna terancam punah. Salah satu tantangan terbesar adalah deforestasi. Menurut laporan Forest Watch Indonesia, pada tahun 2023, Indonesia kehilangan sekitar 1,47 juta hektar hutan per tahun, yang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies. Ancaman lain termasuk polusi, perubahan iklim, dan perdagangan satwa liar ilegal.
Untuk itu, dalam menghadapi tantangan ini diperlukan arahan yang jelas mengenai tanggung jawab manusia terhadap alam, keadilan sosial dalam pengelolaan sumber daya, dan pentingnya kolaborasi multi-stakeholder untuk mewujudkan pelestarian ekosistem. Penjelasan ini disebut dengan Pancasila. Pancasila sendiri memiliki peran penting sebagai dasar negara dan panduan moral bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dijadikan landasan dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan memajukan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Peran Masing-Masing Sila Pancasila dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa – Kesadaran Spiritual terhadap Tanggung Jawab Lingkungan
Sumber foto : Pinterest
Sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa yang menekankan pada pentingnya hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Kesadaran akan tanggung jawab spiritual ini dapat mendorong individu maupun masyarakat untuk menjaga dan melestarikan alam sebagai bagian dari ciptaan-Nya.
Pelestarian keanekaragaman hayati, dalam konteks ini, menjadi bagian dari upaya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan sang pencipta. Dalam praktiknya, pengelolaan sumber daya berbasis komunitas yang menghormati nilai-nilai spiritual, seperti hutan adat dan tradisi kearifan lokal, telah terbukti efektif dalam menjaga keanekaragaman hayati di banyak wilayah Indonesia.
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab – Pengelolaan Sumber Daya yang Adil dan Berkelanjutan
Sumber foto : Pinterest
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merujuk pada pentingnya keadilan dan perikemanusiaan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan keanekaragaman hayati harus dilakukan secara adil, yakni di mana manfaat dari sumber daya alam juga bisa dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara berkelanjutan. Hal ini termasuk pemberdayaan masyarakat adat dan lokal yang memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati melalui pengetahuan tradisional mereka.
Adapun penyebab dari ketidakadilan dalam distribusi manfaat sumber daya alam seringkali yaitu eksploitasi yang berlebihan. Salah satu contohnya, perambahan hutan untuk industri skala besar yang tidak memperhatikan hak-hak masyarakat adat seringkali menjadi salah satu penyebab utama deforestasi. Sila kedua ini mengajarkan pentingnya keberadaban dan keadilan dalam memastikan bahwa keanekaragaman hayati tetap terjaga, dan manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi sekarang dan yang akan datang.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia – Keanekaragaman Hayati sebagai Pemersatu Bangsa
Sumber foto : Pinterest
Sila ketiga, Persatuan Indonesia mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pelestarian alam. Keanekaragaman hayati di Indonesia tidak hanya merupakan kekayaan alam, tetapi juga menjadi simbol keberagaman budaya, yang terkait erat dengan identitas bangsa. Pelestarian keanekaragaman hayati dapat menjadi alat pemersatu, dimana seluruh elemen bangsa dari berbagai latar belakang dapat bekerja bersama untuk menjaga kelestarian alam yang merupakan milik bersama.
Kolaborasi antar provinsi, sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga kawasan konservasi, misalnya, mencerminkan nilai-nilai persatuan yang ada dalam Pancasila. Keberhasilan program-program konservasi seperti Taman Nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia menjadi contoh nyata bahwa pelestarian alam adalah upaya kolektif yang melibatkan semua pihak.
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan – Partisipasi Publik dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Sumber foto : Pinterest
Sila keempat menjelaskan betapa pentingnya musyawarah dan keterlibatan semua pihak dalam pengambilan keputusan. Prinsip ini sangat relevan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati, di mana setiap kebijakan yang diambil harus melibatkan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, ilmuwan, pemerintah, dan sektor swasta. Pendekatan yang inklusif akan menghasilkan keputusan yang lebih bijak dan berkelanjutan.
Praktik community-based conservation di Indonesia, seperti pengelolaan kawasan hutan oleh masyarakat adat di Papua dan Kalimantan, telah menunjukkan bahwa partisipasi publik yang aktif dapat menghasilkan dampak positif bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Proses musyawarah yang melibatkan semua pihak tidak hanya memastikan pengelolaan yang adil, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap upaya pelestarian lingkungan.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia – Akses yang Adil terhadap Sumber Daya Alam dan Manfaatnya
Sumber foto : Pinterest
Sila kelima mengajarkan pentingnya keadilan sosial, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Keanekaragaman hayati Indonesia yang melimpah harus dikelola dengan cara yang adil sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat, baik sekarang maupun di masa depan. Dalam hal ini, keberlanjutan menjadi kunci, di mana eksploitasi alam harus dilakukan dengan baik dan bijak agar tidak merusak ekosistem yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat.
Baca juga: Menggapai Kemerdekaan Sejati dalam Semangat Bhinneka Tunggal Ika: Refleksi Terhadap Visi Indonesia
Keadilan sosial juga mencakup upaya untuk mengurangi ketimpangan akses terhadap sumber daya alam, di mana masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi seringkali harus menghadapi pembatasan akses terhadap sumber daya yang mereka butuhkan. Pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama untuk memastikan bahwa masyarakat lokal mendapatkan manfaat yang adil dari kegiatan konservasi, seperti melalui program pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan.
Penutup
Nilai-nilai Pancasila memberikan fondasi yang kuat dalam melestarikan dan memajukan keanekaragaman hayati di Indonesia. Setiap sila dalam Pancasila mengandung pedoman etis dan moral yang relevan dengan pelestarian alam, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan keterlibatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi multi-stakeholder yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, masyarakat lokal, dan organisasi non-pemerintah (NGO) untuk mengatasi tantangan ini, hal ini dapat menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan dan sejahtera, di mana keanekaragaman hayati dihargai dan dilindungi sebagai aset berharga bagi bangsa dan generasi mendatang. Dengan menjaga keanekaragaman hayati, kita tidak hanya melestarikan kekayaan alam Indonesia, tetapi juga memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua rakyat Indonesia, selaras dengan visi Indonesia Raya.