Skip to content

Meninjau Potensi Ekonomi Sirkular dalam Sektor Tekstil

Anwar Muhammad Foundation – Hari Raya Idul Fitri identik dengan membeli pakaian baru. Masyarakat berbondong-bondong membeli baju lebaran untuk menyambut Hari Kemenangan setelah berjuang di bulan Ramadhan. Beberapa hari terakhir ini, fenomena belanja baju lebaran mulai dapat diamati di berbagai daerah di Indonesia.

Faktanya, tidak jarang baju lebaran dibeli untuk dipakai di momen Idul Fitri saja, bukan karena sedang dibutuhkan. Hal ini karena membeli baju baru di masa lebaran sudah menjadi budaya yang mengakar. Baju yang dibeli seringkali hanya cocok untuk dipakai pada momen Idul Fitri saja sehingga jarang digunakan setelahnya. Hal ini terjadi secara berulang per tahunnya.

Tekstil Menjadi Salah Satu Sektor yang Berpotensi Besar dalam Ekonomi Sirkular

(sumber foto: Unsplash)

Di Indonesia, terdapat 5 sektor yang memiliki potensi besar dalam menerapkan ekonomi sirkular. Kelima sektor tersebut mencakup hampir sepertiga dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia. Salah satu dari kelima sektor tersebut adalah sektor tekstil.

Indonesia tergolong dalam 10 besar negara yang menghasilkan tekstil terbanyak di dunia. Masih banyak industri tekstil di Indonesia yang menerapkan sistem padat karya. Hal ini berarti dibutuhkan banyak sumber daya manusia dalam aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, sektor tekstil bertanggung jawab atas 26% lapangan pekerjaan di sektor manufaktur Indonesia.

Baca Juga: Meraih Endemi Covid-19: Mudik Lebaran Menjadi Kunci

Kiprah industri tekstil di Indonesia diprediksi akan semakin besar seiring berjalannya waktu. Pemerintah Indonesia berniat untuk meningkatkan nilai ekspor tekstil menjadi USD 75 miliar pada tahun 2030. Diperkirakan pula bahwa akan ada semakin banyak masyarakat yang tergabung dalam kelas masyarakat konsumtif. Hal ini berarti aktivitas konsumsi yang dilakukan akan semakin meningkat, begitu pula kebutuhan atau keinginan akan produk tekstil. Urbanisasi juga semakin meningkat. Hal ini juga menjadi salah satu faktor peningkatan perilaku konsumsi masyarakat.

Memetik Keuntungan Ekonomi Sirkular di Industri Tekstil

Menerapkan ekonomi sirkular di bidang tekstil dapat menawarkan berbagai keuntungan. Pada konteks produksi, proses yang dilakukan intensif menggunakan air, energi, dan bahan kimia. Material pakaian harus dihitung dan diproses seefisien mungkin. Hal ini dapat menghemat biaya dan dapat mengurangi tekanan akibat volatilitas harga material di pasar.

Industri tekstil bertanggung jawab atas 10% jejak karbon secara global. Air limbah yang dihasilkan akibat pewarna kain menjadi polutan air terbesar kedua. Indonesia berupaya menetapkan Standar Industri Hijau (SIH) untuk menjaga sirkularitas di sektor tekstil, terutama di proses produksi. Standar ini berupaya meminimalkan penggunaan bahan serta emisi dan limbah kimia berbahaya. Dibutuhkan ketaatan oleh pihak industri tekstil agar tujuan standar ini bisa diwujudkan.

Baca Juga: Waspada Penimbunan BBM Subsidi Menuju Mudik Lebaran 2022

Penerapan ekonomi sirkular pada sektor tekstil juga menghasilkan manfaat lingkungan. Proses produksi hingga distribusi dilakukan seefektif mungkin. Hal ini akan mengurangi konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Dalam konteks konsumsi oleh pembeli pakaian pun, dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, produksi limbah tekstil bisa dikurangi.

Rantai pasok tekstil bisa lebih panjang apabila menerapkan ekonomi sirkular. Daur ulang pakaian memiliki potensi bisnis yang besar. Saat ini, diperkirakan kurang dari 1% bahan pakaian digunakan kembali untuk menghasilkan pakaian baru. Lapangan pekerjaan dalam sektor ini pun bisa lebih meningkat.

Baca Juga: Partisipasi Publik Pada Kebijakan Mudik 2022 Pasca Pandemi

Memanen Potensi Ekonomi Sirkular Sektor Tekstil

Pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan keberlanjutan bukan merupakan suatu yang mudah, namun tidak mustahil. Pun dalam sektor tekstil. Segala proses dalam siklus hidup tekstil harus dipertimbangkan dengan betul sehingga tidak merugikan secara lingkungan maupun sosial. Berbagai pihak, dari produsen, pemerintah, hingga konsumen memiliki andil tersendiri untuk mewujudkan ekonomi sirkular dalam sektor tekstil.

Author