Anwar Muhammad Foundation – Pandemi COVID-19 ternyata memberikan masalah yang kompleks bagi generasi muda. Demikian pernyataan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam laporan berjudul “ILO Monitor: COVID-19 and The World of Work, Fourth Edition”, atau Monitor ILO: COVID-19 dan Dunia Kerja, Edisi Keempat. Masalah tersebut terdiri dari kehilangan kesempatan kerja, mengganggu proses mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan untuk mendapatkan keterampilan tertentu dan menghambat para generasi muda yang sedang berusaha untuk masuk dunia kerja atau berpindah pekerjaan.
Hal ini tentu menjadi catatan penting bagi Indonesia yang pada tahun 2020 ini sedang mengawali dominasi Bonus Demografi dalam pembangunan. Bonus Demografi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan lonjakan usia produktif (15-64) yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020-2045 oleh SUPAS (Sensus Penduduk Antar Sensus) 2015. Lonjakan ini dikatakan sebagai modal sosial dalam percepatan pembangunan di Indonesia.
Baca Juga: Menyambut Indonesia Menjadi Ladang Investasi Berkelanjutan
Wabah Corona memang di luar perhitungan perencanaan pembangunan negara manapun di dunia. Bencana non-alam ini menyerang dengan tiba-tiba saat Indonesia sedang berangsur bergerak setelah gonjang-ganjing Pemilu 2019 yang membuat pertumbuhan ekonomi cenderung melambat. Dalam postur anggaran belanja negara, selalu tersedia anggaran belanja tak terduga, seperti bencana, namun prosentasenya tidak banyak. Khusus untuk pandemi ini, kemudian pemerintah merespon dengan penerbitan peraturan realokasi dan reprogramming anggaran agar pemerintah daerah memiliki anggaran untuk penanganan COVID-19 di wilayah masing-masing.
Baca Juga: Siap Mengawal Integrasi Isu Iklim dalam Parlemen
Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan solusi dari situasi kompleks yang dihadapi oleh anak muda tadi? Dari laporan Monitor ILO edisi keempat, rekomendasi yang dapat mendukung anak muda agar keluar dari situasi tersebut adalah kebijakan pemerintah yang mendukung adanya program padat karya bagi anak muda, sambil memastikan anak muda agar dapat masuk ke lapangan kerja serta memperoleh pelatihan ketrampilan khusus. ILO sendiri sebagai organisasi dunia yang memusatkan perhatiannya pada isu ketenagakerjaan, pada akhir laporan mengingatkan ILO akan terus menegakkan empat pilar dasarnya dalam melakukan monitoring ini, yaitu mendorong perekonomian dan ketenagakerjaan, mendukung perusahaan, pekerjaan dan pendapatan, melindungi pekerja di tempat kerja, dan mengandalkan dialog sosial untuk solusi.
Baca Juga: 7 Manfaat Sebagai Presidensi G20 Bagi Indonesia dan Dunia
Dari perspektif Partisipasi Publik, pilar terakhir ILO: mengandalkan dialog sosial untuk solusi, sejalan dengan Core Value (Nilai Dasar) Partisipasi Publik IAP2, yaitu nilai dasar pertama: Partisipasi Publik memiliki keyakinan bahwa mereka yang terdampak oleh sebuah keputusan memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut. Nilai dasar ini meyakini bahwa partisipasi anak muda dalam pengambilan keputusan akan secara signifikan memberikan kontribusi yang efektif untuk mencari solusi pada situasi yang muncul akibat pandemi COVID-19.
Dasar pemikiran inilah yang menjadi landasan IAP2 Indonesia berkolaborasi dengan Plan Indonesia dalam penyelenggaraan webinar dengan tema “Pentingnya Partisipasi Anak dan Kaum Muda yang Bermakna dalam Pengambilan Keputusan dan Pembuatan Kebijakan” pada tanggal 23 Juli 2020 kemarin, dan bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN) 2020. Melalui webinar ini, baik IAP2 Indonesia dan Plan Indonesia mengemuka beberapa pandangan efektif dan aplikatif yang dapat mendukung partisipasi anak muda dalam ranah kebijakan. Nantikan artikel edisi selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut isi pandangan tersebut.