Skip to content

Rantai Kreasi Nilai Komoditas Pertanian Diangkat sebagai Topik Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petani Muara Laboh

  • by

Kamis, 15 April 2021 diselenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas dan pemahaman terkait rantai kreasi nilai komoditas pertanian dan perkebunan termasuk Beras, Cabai, dan Kopi kepada 20 PAP (Masyarakat Terdampak) yang bertempat di Area Percontohan Pertanian Terpadu (APPT) AMF – Supreme Energy Muara Laboh, di Nagari Pekonina.

Pelatihan difasilitasi oleh Roni Wijayanto sebagai Supervisor Strategi Bisnis Tim AMF. Fasilitator menjelaskan mengenai rantai produksi hingga penjualan dan pemasaran dari komoditas para PAP. Pelatihan berlangsung secara interaktif dengan fokus utama adalah pada peningkatan kuantitas, kualitas, serta kontinyuitas dari hasil produksi pertanian. Para PAP sangat amtusias dan bersemangat dalam mengikuti pelatihan, mengingat relevansi materi pelatihan dengan kebutuhan para petani dalam meningkatkan rantai kreasi nilai dari produksi komoditas.

Para peserta pelatihan juga berdiskusi terkait rencana pengembangan nilai jual komoditas melalui pembentukan kelompok usaha dan koperasi penjualan komoditas. Konsep Circular Economic kemudian dijelaskan oleh Fasilitator untuk memetakan cara pengolahan komoditas yang memanfaatkan sebagian besar bahan komoditas dan mengurangi komponen buangan. Fasilitator pelatihan memaparkan secara detail komponen yang diperlukan yang secara menyeluruh dapat diimplementasikan sesuai dengan potensi dan permasalahan yang dialami para PAP. Salah satu permasalahan utama para PAP adalah kondisi iklim yang kerap tak menentu sehingga hasil komoditas belum mencapai kontinyuitas, yang dibahas untuk ditangani salah satunya melalui opsi pemanfaatan Solar Dry Cell dalam mengeringkan kopi.

Selesai melaksanakan pelatihan terkait peningkatan rantai dan kreasi nilai, Prapto selaku Perwakilan Tim AMF memandu sesi refleksi dan diskusi lanjutan terkait potensi peningkatan nilai jual dan produktivitas pertanian para PAP. Komponen yang dijelaskan adalah pentingnya penggunaan pupuk, khususnya pupuk organik yang menurut Prapto sangat potensial untuk dikembangkan pada Area Muara Laboh. Prapto juga menjelaskan perbedaan penting dan signifikan dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pemaparan ini diharapkan memberikan pemahaman pada PAP bahwa penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari komoditas.

Pada sesi ini, para PAP menceritakan pengalaman mereka dalam praktik pemupukan secara organik, kimia, maupun pertanian tanpa pupuk. Prapto selaku perwakilan tim di lapangan, mengajak para PAP untuk terlibat aktif dalam upaya pelatihan mengenai pemupukan  dan memaparkan pentingnya kekompakkan antar PAP dalam mewujudkan prakrik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Author