Skip to content

Ekonomi Hijau dan Peran dalam Mewujudkannya

  • by

Anwar Muhammad Foundation – Bersumber dari materi Angga Dwiartama, Ph.D dalam Webinar “Peran Akademisi dalam Mewujudkan Green Economy Berbasis Pendanaan dalam Kerangka Green Financing

Ekonomi hijau yang saat ini mulai digalakkan di Indonesia dapat diartikan sebagai  penerapan instrumen lingkungan berbasis pasar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup sebagai bagian dari strategi bisnis (Chesney et al. 2016). Akan tetapi, dalam memenuhi kebutuhan kita harus memperhatikan keberlanjutannya. Sejalan dengan tulisan dalam Buku Our Common Future yang dipublikasikan oleh Brutland Comission pada 1987 yang menyebutkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan saat ini harus dilakukan tanpa mengorbankan ketersediaan sumber pemenuh kebutuhan generasi mendatang. Dalam IUCN et al. (1991) tertulis pandangan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya untuk mempertahankan proses atau keadaan tertentu dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sebagai bentuk respons atas isu pembangunan berkelanjutan, bermunculan bidang penelitian yang membahas interaksi antara sistem alam dan sosial sekaligus menyinggung dampak interaksi tersebut dalam menjawab tantangan keberlanjutan (Kates, 2011). Maka dari itu, inovasi keilmuan untuk menjawab tantangan keberlanjutan sangat diperlukan. Inovasi-inovasi dalam bidang keilmuan akan muncul sejalan dengan masalah-masalah yang ada. Hal ini dikemukakan oleh Spangegenberg (2011) bahwa ilmu baru yang muncul tidak ditentukan oleh disiplinnya, tetapi masalah-masalahnya (Spangenberg, 2011).

Baca Juga: Peran AMF dalam Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali

Angga Dwiartama, Ph.D selaku dosen kelompok keahlian manajemen Sumber Daya Hayati SITH ITB dalam presentasinya menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik ilmu yang berkelanjutan menurut Spangenberg (2011), yaitu pertama berkaitan dengan tingkat adaptif, kerentanan, dan ketahanan sebuah ilmu dalam sistem sosio-ekologi yang kompleks. Kedua, berkenaan dengan sistem produksi dan konsumsi yang kompleks. Ketiga, menyangkut keberadaan lembaga yang menaruh perhatian khusus pada pembangunan berkelanjutan.

Dalam pandangan yang lain, karakteristik ilmu yang berkelanjutan ditandai dengan adanya ilmu dasar atau terapan yang terikat pada tujuan dan implementasinya, terdapat keterkaitan yang menghubungkan antara analisis dan penilaian terintegrasi yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan, serta adanya ilmu yang dikaji secara interdisipliner (Kauffman, 2009).

Baca Juga: “No Challenge? No Change!,” Take Chances to Make Changes!

Berbicara tentang ilmu berkelanjutan, ITB (Institut Teknologi Bandung) telah menerapkan kurikulum hijau, khususnya pada SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati). ITB memiliki mandat untuk mengintegrasikan isu keberlanjutan di dalam kurikulum 2019. Di dalamnya terdapat pemahaman tentang etika lingkungan (deep ecology) dan keterkaitan antara sistem ekologi dan sistem sosial. Nila-nilai tersebut diintegrasikan ke dalam beberapa mata kuliah, seperti Pengetahuan Lingkungan, Teknologi Produksi Bersih, Ekonomi Ekologi, Manajemen Bisnis Keanekaragaman Hayati, dan lain sebagainya.

Dalam kaitannya dengan Green Economy, selain ITB memiliki kurikulum hijau yang dapat mendorong terwujudnya gerakan hijau di Indonesia, ITB juga memiliki beberapa topik-topik penelitian yang sejalan dengan Green Economy, di antaranya pendekatan bioekonomi, konsep circular economy dalam skema pertanian terpadu dan penanganan limbah, Life Cycle Analysis (LCA) untuk menganalisis dampak lingkungan dari suatu produk, valuasi lingkungan, estimasi stok karbon, potensi nilai karbon suatu ekosistem, penerapan skema insentif lingkungan seperti Payment for Ecosystem Services (PES), Payment for Development Right (PDR), Habitat offsetting, dan evaluasi ekema sertifikasi hijau (organic, Fair Trade, GlobalGAP).

Baca Juga: Kepemimpinan Indonesia dalam Transformasi Ekonomi Berkelanjutan

Skema pembangunan berkelanjutan melalui green economy dapat diwujudkan dengan kolaborasi berbagai peran. Peran akademisi khususnya perguruan tinggi adalah menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten dalam penyediaan literasi keilmuan dan penerapannya di bidang lingkungan.  Dengan bekal yang didapatkan di bangku perkuliahan, alumni SITH terlibat dan berkontribusi secara langsung terhadap terwujudnya green economy di Indonesia dengan bergabung dalam CSO/NGO yang bergerak dibidang lingkungan, pemerintahan (KLHK, KKP, Kementerian Pertanian, dll), lembaga penelitian, dan lembaga pendidikan.

Author